And we'll never be royals (royals)
It don't run in our blood
That kind of lux just ain't for us
We crave a different kind of buzzSera menatap pengunjung kafe yang malam ini cukup banyak. Tidak, kalian salah jika mengira Sera masih mengisi acara di kafe Aila. Sera berdiri di sini, di atas panggung dengan mic di tangan hanya untuk bernyanyi di kafe yang ia kunjungi. Sera hanya seorang pengunjung yang tidak suka melihat panggung kosong.
Yang membuat Sera tersenyum malam ini adalah, tangan pengunjung yang rela melepas sendok hanya untuk menoleh ke arahnya. Sungguh, itu kesenangan tersendiri bagi Sera.
"Satu lagu lagi" teriak seorang pengunjung di meja paling ujung.
Sera ingin namun dia memilih tersenyum dan berjalan menuruni panggung dengan perlahan untuk duduk di mejanya bersama Kenya. Gadis itu masih menatap Sera dengan pandangan seakan ingin berkata.
'Lo gilak'
Pasalnya, Kenya paling anti menjadikan dirinya atau diri seseorang yang datang bersamanya sebagai penarik perhatian. Bagi Kenya itu adalah hal memalukan.
"Nyesel gue ngajak lo ke sini" kesal Kenya saat Sera duduk di kursinya.
Tidak ada suara balasan. Sera hanya duduk, memandang ke depan dan sesekali menenggak water kefir pesanannya. Ponsel yang Sera letakan di atas meja terus berkedip sejak dia belum menaiki panggung, pesan-pesan dari berbagai pengirim terus masuk memenuhi notif ponsel Sera.
Tak suka dengan tanda + yang tertera di deretan notif, akhirnya Sera membuka pesan-pesan itu.
"Ke," panggil Sera
"Hmm"
"Ke,"
"Apaan?"
"Balik yuk, udah malem"
Dahi Kenya berkerut, "Lo tobat? Dah minta ampun sama om Adnan hah? Ceilah... Yang ngakunya sakit hati di duain sama Ayah mana? Sudah menerima kenyataan non?"
"Heh kampret lo!" Sera melempar sedotannya asal, "Udah ah, gue mau balik. Serah lo mau ikut gue apa engga" Sera meraih tas selempangnya dan berjalan keluar dari kafe.
Kenya -yang terlebih dahulu berdecak, akhirnya memilih ikut mengambil tasnya dan berlari mengejar langkah Sera, "Ngapa dah lo Ra? PMS?"
"Hmm" balas Sera acuh, "Banyak PR juga"
"Ouhh ngerti-ngerti, anaknya bu kepala sekolah sudah tobat ternyata. Oke-oke, itu sebuah perubahan yang baik" Sera menghentikan langkahnya dan menoleh pada Kenya, "What?"
"Bawel"
"Eh sialan!! Gue bawel juga kan kerena lo, eh anak kepala sekolah sini lo! WOY" Kenya berlari mengejar langkah lebar Sera dan kembali berteriak saat Sera sudah masuk ke dalam taksi, "Nggak balik bareng gue Ra? Oy, yehh bocah sinting"
Di dalam taksi, Sera mendial nomor Gina yang terjawab pada dering kedua, "Sera udah mau pulang. Bilang sama Oma jangan pergi dulu"
"Udah malam nak, nanti Oma kelamaan di jalan"
"Di antar Ayah kan? Udah biar aja, Sera mau ngomong penting sama Oma"
"Ya udah, cepat ya, hindari macet tapi harus tetap hati-hati. Bunda tunggu"
Sambungan telpon berakhir, Sera meminta pengemudi taksi berbelok kanan saat ada pertigaan. Sera kembali mendial nomor seseorang, kali ini pacaranya, Raga.
Terdengar suara gemerisik kertas dan plastik beberapa saat sebelum suara berat itu menyapa, "Kenapa?"
"Kok kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAGA (Completed)
Teen FictionPertemuan yang tidak direncanakan, membawa Sera juga Raga pada sepenggal kisah yang singkat. Tidak butuh waktu lama untuk memulai sebuah perkenalan juga pendekatan. Dan Tuhan pun adil, Ia tidak memperlambat datangnya perpisahan. "Simpan gue di sisa...