"Gue telpon lo lima kali tadi malem, tapi lo nggak angkat. Lo kemana?" tanya Sera saat Raga baru saja duduk di jok motornya, "Udah tau gue lagi marah sama lo tapi lo malah nggak ngasih kabar, gue kan jadi khawatir Ga"Raga membenahi rambutnya dengan asal lalu menatap Sera, "Gue kerkel" jawabnya pendek.
"Ya apa urusannya sama kasih kabar? Emang orang kerkel nggak bisa kasih kabar?"
"Gue nggak boleh pegang hp pas kerkel"
Sera berdecak, "Siapa sih yang jadi ketua kelompok?"
Raga menyenderkan tubuhnya pada badan motor dan mengamati Sera yang berbicara. Raga sedang dalam suasana hati yang tidak begitu baik dan Raga tidak ingin melampiaskan hal itu pada Sera.
"Temen gue"
"Siapa?"
"Cowok, lo nggak bakal berani mukul dia" kata Raga, "Hari ini lo bimbel kan? Naik cepet, gue anterin"
Sepatutnya Sera menuruti ucapan Raga, tapi bukan Sera jika dia menelan ucapan orang mentah-mentah, "Tadi kenapa lo nggak ke perpus pas istirahat?"
"Gue ngerjain PR" tanya Raga.
"Kan bisa di kerjain di perpus sama gue" protes Sera tak terima.
Raga berdecak keras, "Lo tuh kenapa sih Ra?" tanya Raga, "Masih marah karena kemaren gue ngebut? Gue ngebut aja tetap telat dateng kerkel, gimana kalau engga?"
Sera menghentakkan kakinya dengan rasa kesal yang menumpuk, "Udah tau gitu kenapa kemaren lo pake nawarin gue nganter bimbel?!"
Raga mengusap wajah lelahnya dengan frustasi. Tentu dia frustasi! Kerja kelompok yang di rencanakan hanya akan berlangsung selama dua jam justru berlipat ganda menjadi empat jam, parahnya, Raga terguyur hujan di tengah kemacetan malam hari.
Beruntung ponselnya baik-baik saja.
Tidak cukup dengan itu, semalam sesampainya di rumah, Raga di sambut dengan kedatangan seorang tamu yang merupakan klien Ardi. Raga tidak suka terjebak di antara hubungan pekerjaan pria itu yang mengharuskannya beramah-tamah.
Di tambah dengan dirinya yang lupa mengerjakan tugas dan mendapat nilai 60 di mata pelajaran Bahasa Indonesia makin membuat suasana hati Raga buruk.
Dan sekarang, Raga justru di hadapkan dengan Sera yang entah mengapa hari ini sangat menyebalkan.
"Mending nggak usah di lanjutin deh. Ayo naik, gue anter pulang" ajak Raga yang mulai mengenakan helm.
Sera tak beranjak.
"Sera cepetan!!"
Gadis itu masih setia dengan posisi tangan terlipat di depan dada. Raga menghela napas panjang, "Mau naik apa engga?" tanyanya dengan nada yang lebih sabar.
"Gak"
"Maunya apa?"
"Gue mau bunuh lo, mati aja sana lo!" jerit Sera yang kemudian berjalan meninggalkan tempat parkir dengan kesal.
Entah karena sebab apa, rasa kesal Raga justru tersampaikan dengan kekehan. Cara Sera menginginkan dirinya untuk mati sangat... Akh, Raga tak mengerti lagi.
Setelah merogoh saku seragamnya mencari kunci motor, Raga mulai mengendarai kuda besi itu untuk menyusul Sera yang tengah berdiri bersama beberapa siswa-siswi lain di bawah atap halte.
Raga menghentikan laju roda sepeda motornya tepat di depan Sera lalu membuka kaca helm, "Naik"
Sera tak menjawab dan menggeser posisinya. Raga menggeleng perlahan lalu melajukan motornya mendekati Sera.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAGA (Completed)
Teen FictionPertemuan yang tidak direncanakan, membawa Sera juga Raga pada sepenggal kisah yang singkat. Tidak butuh waktu lama untuk memulai sebuah perkenalan juga pendekatan. Dan Tuhan pun adil, Ia tidak memperlambat datangnya perpisahan. "Simpan gue di sisa...