Episode 22

386 38 12
                                    

————————————————

(Kota Alueheim)
(Ruang Rapat)

"Baik, mulai sekarang kita persiapkan dulu dan hitung semua persediaan makanan serta perlengkapan perang.
Karena kita tidak tahu akan berapa lama mengakhiri perang ini..." kata Raja Arashi.

"Siap yang mulia... aku juga akan mengatur semua prajurit untuk di barisan depan." Ujar kapten Asahi.

"Aku akan mengirim beberapa tim ahli penyembuhan untuk siap mengobati yang terluka. Dan aku juga akan membantu dalam pertahanan dari serangan lawan dalam jarak jauh." Sahut guru Zen.

"Hmm... jangan lupakan aku kakak, aku akan membantumu juga..." ujar Cellica.

Semuanya...
Telah bersemangat...
"Aku akan berada di barisan depan bersama Kanato legendaris dan Alice. Jadi guru Zen, mohon kirimkan orang yang ahli dalam tekhnik support juga ya karena itu akan sangat membantu kami."

"Tentu saja... serahkan padaku."
Jawabnya.

Dan kesimpulan dari rapat ini adalah melindungi kota ini agar tidak menjadi tempat medan perang...
Tentu saja sudah ada tim pengintai yang bertugas memantau dari penjuru arah. Lalu memberikan informasi kepada kami apakah pasukan musuh telah bergerak.

Jika sudah terlihat maka kami harus memancingnya ke tempat Golden Land...
Karena hanya itulah tempat satu-satunya yang tidak berpenghuni dan hanya lahan kosong, jaraknya pun dapat ditempuh dengan sedikit waktu.

Kali ini...
Dunia akan mendukung kami, karena kami pelindung dunia...

03.00 PM.

Hembusan angin disini benar-benar sangat terasa sejuk.
Walau hari sudah sore tapi tidak terlalu panas disini, yah... tempat ini benar-benar sangat baik sangat disayangkan bila perang terjadi di tempat seindah ini.

"Kanato..."
Panggil Ashyla tiba-tiba.

"Heh? Ashyla..."

"Sedang apa kamu di luar sini?"

"Ehh... bukan apa-apa, hembusan anginnya sangat nyaman jadi aku betah berada disini..."

"Hmm... kalau gitu nanti malam tidur saja disini..." ucapnya sambil tertawa kecil.

"Heh?? Bisa mati kedinginan nanti haha..."

"Haha...
Hmm... bukankah itu jendral Shin?" Kata Ashyla melihat ke arah hutan.

"Hmm... iya, apa yang dia lakukan di hutan jam segini, sudah mau gelap..."

"Ayo kita ikuti Kanato..."

"Heh? Bagaimana dengan Asuka?"

"Dia sedang tertidur..."

"Hmm... baiklah."

Lalu kami berdua mengikuti jendral Shin yang sedang memasuki hutan.
Apa mungkin dia mau mengarah ke tempat air terjun itu?

Saat kami mengikutinya, dia berbelok dari arah menuju tempat air terjun.
Sebenarnya mau kemana dia...

Kami terus mengikutinya...
Dan akhirnya dia bethenti di sebuah pohon yang cukup besar.
Tapi, pohon itu berbunga dengan warna merah muda yang cerah, seperti bunga sakura...

"Ehh... Kanato... apakah itu sebuah makam?" Tanya Ashyla.

"Hmm... mungkin, dia juga membawa bunga seperti mau mengunjungi sebuah makam."

Apa...
Apa mungkin di sebuah hutan yang lebat ini terdapat sebuah makam?

Tapi...
Makam siapa itu...

Tiba-tiba...
"Kalian bisa keluar..." sahut tiba-tiba dari jendral itu.

Hah!?
A-apa... kita sudah ketahuan?

"Heh!? Kanato... dia sudah tahu kita mengikutinya..." ujar Ashyla.

"Ehh... yah mau gimana lagi..."

Lalu kami berdua keluar dari balik pohon dan menghampiri jendral itu.

Tidak kusangka indra pendengarannya benar-benar hebat. Apa dia seperti tipe sensor ya...

"Ehh... maaf jendral Shin, kami tidak bermaksud apa-apa. Kami hanya... bingung saja kenapa hari sudah mau gelap tapi jendral malah memasuki hutan sendirian." Kataku kepada jendral Shin.

"Hmm... tidak apa-apa. Aku hanya sedang mengunjungi makam kekasihku...
Ya... hari ini tepat hari ulang tahunnya, tapi sayang sudah dua kali aku melewati hari ulang tahunnya tanpa dirinya..."

"Ehh... berarti sudah dua tahun berlalu?" Kataku.

"Iya... itu semua terjadi karena aku... aku yang tidak dapat melindunginya dengan sepenuhnya. Aku..."

"Jendral... jangan sesalkan masa itu... aku yakin jendral sudah melakukan yang terbaik untuknya..."

"Kanato..."

"He'em jendral haruslah semangat... dengan itu sekarang jadilah percaya diri dan lindungi negri ini..." ujar Ashyla.

"Tuan putri..."

"Sebelumnya kami turut berduka, tapi sekarang jadikan duka itu menjadi sebuah kekuatan bagi kita untuk menghadapi hari esok yang penuh misteri...
Terutama misi The White Stars, melindungi dunia ini..."

"Kalian... hehe... terimakasih ya...
Aku sangat senang sekarang karena memiliki tim yang penuh dengan semangat juang... kalau begitu mohon bantuannya ya..."
Ujar jendral Shin kepada kami.

"Siap jendral..." sahut kami berdua.

Kehidupan seseorang penuh dengan cerita dan rahasia.
Siapa menduga seorang jendral yang terlihat gagah ternyata memiliki cerita duka yang mendalam dan membuatnya lemah seperti tidak ada harapan.

Kepergian kekasihnya benar-benar meninggalkan luka yang sangat sulit dihapuskan.
Tapi kita harus memberi dukungan moral yang baik untuknya agar tidak terjebak di dalam duka itu untuk seterusnya.

Dan kali ini aku benar-benar belajar dari kisah jendral Shin.
Pelajaran yang membuatku untuk lebih lagi dari semampuku untuk melindungi semua orang. Terutama orang yang kucintai...

Akan kulakukan apapun itu taruhannya...

(Penginapan)
07.00 PM.

Hmm... sepertinya Ashyla masih terbawa suasana tadi di hutan.

"K-kenapa... kisah hidup jendral begitu sedih..." kata Ashyla sambil menangis.

Ehh...
Apa yang harus kulakukan...
Perasaan wanita memang benar-benar menyentuh.

"Pasti... pasti jendral sangat sedih..." ujarnya lagi.

"Ehh... Ashyla..."
Panggilku.

"Iya aku tahu dia pasti sangat terpuruk..."

"Ehh... bukan itu yang mau kutanyakan..."

"Heh?"

"Itu... nasinya... sudah jadi bubur ya... hehe..."

"Hah!? Ya ampun... karena aku terbawa suasana sama kisah jendral malah jadi begini..."

Hehe... terkadang...
Hal ini sering terjadi saat kita sedang sedih...

Tapi... ini sih merepotkan...

————————————————

Another World S3 [END] [In Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang