Part 4

31.5K 2.3K 160
                                    

------- Jahat-------

Renata mengusap lengannya gugup, entah apa yang akan diperintahkan Arkent kali ini, ia terus menatap wajah buah hatinya di layar handphone sembari menunggu lift mengantarnya ke gerbang neraka, lantai ke 7. Beberapa pesan dari Syam tampak memenuhi semua media sosialnya. Dan tak satupun berani Renata buka.

Tenang Rena, tenanglah..
Bagaimanapun, Kea tetap mantan yang dulu pernah menyayangimu
Tak mungkin Kea akan menyakitimu lebih jauh, dia tidak sekejam itu

Ting. Bunyi lift bersamaan dengan pintu yang terbuka. Udara dingin seketika menyapu kaki jenjang Renata yang saat itu mengenakan kemeja cream dengan rok coklat di atas lutut.
Lantai itu tampak sepi, Renata melangkah dengan perasaan was was, itu tak seperti hotel bintang 5 biasanya yang selalu dipenuhi orang orang berdasi yang tampak lalu lalang. Lantai itu benar benar sepi, seolah memang telah di atur oleh seseorang.

Langkahnya akhirnya menapak didepan pintu dengan nomer 201, entah kenapa jari jari Renata merasa gemetar hanya untuk memencet bell ruangan itu saja. Ia berdiri cukup lama di depan pintu itu, seolah merenungkan apakah pilihannya benar atau salah? Sekali lagi, Renata menatap layar ponselnya, menatap senyum manis Cloe di sana.

" Aaaaaarrrkkhhh!!" Bayangan saat dirinya tengah berjuang untuk melahirkan balita mungil itupun kembali membiak. Rasa sakit, seolah tulang tulangnya retak, seluruh sendinya tertahan bersama rasa sakit di perut saat ia berusaha mendorong bayinya ke luar. Akhirnya, setelah 9 bulan menahan segalanya seorang diri, rasa hina, sakit hati hingga berkali kali berjuang untuk tetap berdiri tegap Renata akan melihat si kecil untuk pertama kalinya. Buah hatinya, satu satunya keluarganya yang tersisa.

" Dia mengalami pendarahan!" Suster di ruangan itu tampak panik

Sakit Renata bertambah, karna ia sama sekali tidak bisa mendapatkan obat bius  dikarenakan aritmea jantungnya yang tidak stabil dan tekanan darahnya yang rendah. Ia menanggung Rasa sakit itu seolah olah nyawanya akan lepas dari raga.  Perjuangan untuk menjadi seorang ibu.
Renata memiliki trauma,
Ibu... inikah rasa sakit yang kau rasakan saat melahirkanku hingga kau harus merelakan nyawamu?
Ibu, akankah aku sama sepertimu?
Jika itu demi bayiku, aku rela.

Saat itu, Renata hampir kehilangan kesadarannya. Tidak sampai...

" Aku mencintaimu, Renata." Suara Kea seolah begitu hangat menyapa telinganya. Bahkan sampai detik itupun, Renata masih bermimpi Kea benar benar mencintainya. Ia meneteskan air mata

" Ayooo dorong lebih kuaat, sedikit lagi.. kepalanya sudah terlihat. Ayoo buu!!"

Dan....

Tangisan malaikat itupun terdengar
Kehadiran bayi mungil yang begitu merah seolah membawa seluruh penderitaan Renata pergi bersamanya. Dan sejak saat itu, Cloe menjadi pusat kehidupan bagi Renata, pusat perhatiannya, kecintaannya dan kebahagiaanya.

Renata masih ingat dengan jelas, perasaan bahagia pertama yang ia rasakan selama 9 bulan terakhir adalah saat ia memeluk Cloe untuk pertama kalinya, menyusuinya dan mengecup kening mungilnya lembut.

" Ibu akan melakukan apapun demi kamu sayang." Air mata Renata menetes menatap potret itu. Lalu,

" Ting Tong." Ia memencet bel

Bahkan walaupun harus merendahkan diri di depannya.

Tak menunggu lama,

" Klek." Pintu itupun terbuka.

Deg. Renata tertahan melihat penampilan Arkent yang berdiri di depannya. Ia tampak berbeda dengan Arkent di kantor. Seolah Renata kembali melihat wujud Keanya di masa lalu. Kea dengan setelah kaos Casual dan celana longgar selututnya yang tersenyum menatapnya dengan punggung bersender di dinding, rambutnya terlihat acak dengan sebatang rokok yang masih menempel di bibir.

My Sexi Enemis ( Buckwheat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang