" Angkat wajahmu bajingan!" Sekali lagi orang itu mengangkat dagu Syam dengan linggis yang ada di tangannya. Setelah 2 jam pingsan akhirnya Syam kembali membuka mata. Rasanya seluruh sendinya lepas, wajahnya penuh dengan memar dan fisiknya basah dengan darah
" Lihat, kau begitu menyedihkan." Tawanya puas
" Berharap saja agar rantaimu cukup kuat menahanku, karna aku bisa membunuhmu kapanpun aku mau." Senyum Syam menahan sakit.
" Oh ya? Tenang saja Sammuel Jeremy bukan aku yang akan merantaimu." Sosok itu mendekati wajah Syam lalu menyentuhkan linggis dingin itu ke dagunya.
" Tapi sifat angkuhmu sendiri."
Dan...
" Praank!" Sekali lagi linggis itu menghantam rahangnya. Membuat segalanya menjadi gelap dan berakhir dengan dagu Syam yang di cengkram kasar
" Kau sudah mati Sammuel Jerremy, akui semua dosamu atau neraka akan menelanmu dengan semua rasa sakit ini." Tekan sosok itu menghempas dagunya kasar.
" Ini tidak cukup sakit." Ujar Syam gemetar
" Oh ya, terus saja berkata seperti itu." Sosok itu mengitarinya
Syam tersenyum meludahkan darah dari mulutnya
" Kalau suka memukul pukul saja, kalau kau suka menyiksa siksa saja, kau pikir aku takut mati? Aku Syam! Tak ada yang aku takuti bahkan kalaupun kau mengulitiku sekarang!" Ujarnya dengan darah memenuhi wajah. Membuat rahang sosok itu mengeras.
" Akan aku penuhi keinginanmu!" Ujarnya. Dan...
" Brak." Syam terkulai tak sadarkan diri di kursi itu.
Siapa sosok itu sebenarnya?
***
Pagi itu, Arkent menarik napas panjang, dia benar benar merasa kesal. Ekspresinya seperti biasa sangat mudah ditebak, Bianca yang baru datangpun tersenyum memperhatikannya. Dia terlihat semakin sexi dengan tampilan rambut berantakan dan leher yang berkeringat.
" Bianca, temui aku diruanganku!" Perintahnya menjentikkan jari lalu memasuki ruangan.
Gadis itu mengangguk senang kemudian mengikutinya masuk, menggigit bibirnya melihat tengkuk belakang Arkent yang membuatnya berdebar" Siapkan berkas berkasku untuk meeting hari ini dan besok, aku ingin semuanya diatur dengan baik dan tak ada meeting di kantor. Semuanya harus diluar karna moodku sedang tidak baik." Ujar Arkent menarik napas lalu memingkas lengannya
" Ada apa tuan?" Bianca berusaha mendekatinya. Berdiri didepan wajahnya dengan senyum dan pesona yang dibuat sebaik mungkin.
" Ada yang bisa saya bantu." Bisiknya diwajah Arkent membuat pemuda itu menatap bibirnya yang sensual.
Tapi...
" Menjauhlah dariku! Sudah kubilang kan. Aku sedang dalam mood yang buruk dan aku tak ingin menyakiti siapapun." Ujar Arkent berpaling membuat Bianca merapatkan rahangnya lalu melangkah keluar.
Sementara disana....
Renata menatap bunga yang berserakan di tempat sampah itu lalu meraihnya pelan. Ucapannya mungkin sudah menyakiti Arkent.
" Mama sedih?" Tanya Cloe meraih jemarinya. Renata mengangguk pelan, air matanya tak tertahan menetes. Ia benar benar tak tahan bermusuhan dengan Arkent
" Kita buat ayah senang yuk." Ajak putri kecilnya membuat Renata terdiam sejenak. Cloe ada benarnya juga, dia memeluk putri kecilnya itu lalu menciumnya lembut.
" Ayo." Ajaknya penuh semangat.
Renata berlari kearah dapur lalu mulai berkreasi dengan keahliannya sebagai ibu rumah tangga. Dia memasak semua makanan kesukaan Arkent, membuatkan kue tart untuk memperingati hari Anniversary mereka yang memang tak pernah ada kata putus. Serta kata maaf yang di tulis Rapi di setiap sudut rumah. Arkent memang pemarah tapi ia tak akan pernah marah selama itu.
Renata tersenyum melihat semua usahanya. Cloepun tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexi Enemis ( Buckwheat )
RomanceO Hell!!! Bossku adalah mantan pacar yang paling kubenci semasa SMA. Sialnya, aku mendaftar kerja di kantor raksasa ini tanpa membaca bio CEOnya. Dan resiko yang harus kutanggung adalah... Bertemu dengannya setiap hari sebagai sekertaris pribadinya...