The Notebook

9.6K 696 53
                                    

" Renata cepat pergi!" Syam mencabut selang infusnya lalu mendorong Renata agar menjauh.

" Gak." Tekan Renata menggeleng

"Kenapa? Kejar Arkent! Dia akan sangat terluka dengan kejadian barusan." Urat leher Syam menegang memegang bahu Renata yang hanya bisa menangis, seolah kakinya terpaku pada lantai.

" Aku tidak mau. Aku bingung Syam, kenapa kau membuatku bingung? Aku sudah memutuskan untuk memilihmu!" Tekan Renata menangis

" Pergilah demi Cloe." Pinta Syam

" Cloe lebih aman bersamamu, begitupula aku, Syam disaat kamu pergi aku tak pernah bisa memejamkan mata memikirkan, menghawatirkan dan mencemaskanmu." Jawaban Renata membuat bola mata Syam meneteskan air.

" Andai kau mengatakannya 6 tahun yang lalu." Ujarnya

" Tapi sekarang juga tidak terlambat kan? Kita bisa memulainya kan?" Renata menatap Syam mencari secercah harapan disana

Tapi...

" Dan meninggalkan dia?" Syam meminta penjelasan. Renata menundukkan wajahnya

" Renata tatap aku dan katakan kalau kau tidak mencintai Arkent maka aku akan sangat senang mendengar semua ini." Syam memegang dagu Renata yang enggan menatapnya

" Renata tatap aku!"

Renata menangis kemudian lunglai dilantai.

" Aku harus bagaimana? Katakan padaku Syam.. sangat mudah untuk mengatakan kalau aku sangat mencintainya. Tapi didepanmu... aku tidak mampu, Syam... mencabut seribu duri lebih mudah dari pada berada diposisiku saat ini. Kenapa... kalian membuatku terjebak diantara dua pilihan. Jika kau menolakku untuk apa selama ini kau berada disisiku?" Tangis Renata sesak
Dia benar benar sedih, bahkan Syam tak pernah melihat Renata sesedih ini.

Viona yang memperhatikan mereka dari ambang pintu tersenyum, lalu melangkah turun sambil menyesap kopinya dimeja

" Berguna juga melahirkan anak yang tampan." Ujarnya

" Dia akan menjadi penghancur bagi Arkent. Kasihan sekali dirimu Kea."

Flashback 7 menit yang lalu.

" Apa kau masih mencintaiku Renata?" Tanya Arkent meneteskan air matanya.

" Kea dengarkan aku." Renata berusaha memegang tangan Arkent tapi pemuda itu mencegah dan menepis lengannya

" Aku tidak mau mendengar apapun." Ujarnya lalu menatap kearah Syam yang tampak melangkah pucat dibelakang Renata.

" Dengarkan dia dulu Arkent. Renata dan aku tidak seperti yang kau pikirkan, setidaknya kau bisa mendengarkannya." Ujar Syam

" Tadi kalian berciuman dan sekarang kau membelanya. Bukan tidak mungkin kalau kalian sudah tidur bersama!" Terka Arkent memerah. Dan ..

" ARKENT!!" Renata mengangkat suaranya tegas.

" Begitu rendahkah aku didepanmu? Ini yang membuat hatiku yang begitu kuat mencintaimu memiliki celah karna kau tidak pernah percaya padaku seperti Syam. Kau tidak pernah mau membelaku dan kau selalu mengambil sudut pandangmu sendiri! Apakah aku seperti jalang bagimu? Aku yang keperawanannya kau renggut, aku yang terus kau sakiti, aku yang menderita bertahun tahun demi dirimu dan aku yang melahirkan darah dagingmu! Setidaknya bela aku seperti Syam membelaku. Setidaknya buka hatimu yang membatu iti!" Tekan Renata menangis dengan wajah memerah. Arkent tersenyum dingin

" Aku tidak peduli dengan semua itu. Kau tahu.. aku bahagia bahwa aku bukan Syam, aku bukan orang munafiq yang suka merusak hubungan orang lain dengan kebohongannya!" Ujarnya dingin menyindir kearah Syam

My Sexi Enemis ( Buckwheat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang