Part 19

18.2K 1.1K 72
                                    

Ralat : Aku gak hadir diacara wattpadfiesta yaaa. Karna ada alasan mendesak

" Syam?" Renata menggenggam erat tangan dingin pemuda didepannya. Dia hanya diam tanpa sepatah katapun sejak seminggu yang lalu. Mematung pucat dengan ekspresi datar. Sesekali, dia hanya tersenyum. Itu hanya saat dia menatap Cloe. Sikapnya bagai jam pasir berbalik arah, berubah sepenuhnya.

" Kamu masih tidak mau bicara?" Tanya Renata. Syam memejamkan matanya, melepas pegangan tangan Renata lalu berdiri, menghadapkan tubuh tegapnya kearah jendela dan membiarkan angin mengibaskan kemeja putihnya yang tak sepenuhnya di kancingi. Itu mengingatkan saat dia masih remaja dulu. Syam yang dulu.

" Syam, kau baik baik saja kan?" Tanya Renata berdiri menjajari punggungnya.

" Aku tidak mengerti, mengapa saat berada didekatmu rasanya sangat aneh." Ujarnya membuka suara akhirnya, dia menoleh sekilas menunjukkan hidung mancungnya yang terpahat sempurna. Mata birunya seakan berkilau dipadu mentari pagi.

" Maka jangan menjauhiku, mungkin... kau akan mendapatkan kembali ingatanmu." Renata mencoba mengulas senyum.

" Tidak, kau tidak akan mengerti. Ini seperti... mabuk kendaraan tapi kau tak sedang menaikinya. Atau seperti rasa sakit, tapi kau tidak terluka. Rasanya membingungkan dan sangat aneh. Aku merasa bukan diriku lagi." Dia menoleh sepenuhnya ke arah Renata yang menarik napas panjang.

" Itu karna selama ini pendirianmu terlalu kuat Syam. Wajar jika kau bingung saat ini." Ujar Renata getir

" Aku memiliki beberapa pertanyaan, apa kau mau menjawabnya?" Tanyanya dengan alis bertaut. Pemuda berahang tegas itu kemudian melangkah tepat berhenti di hadapan Renata yang bahkan seolah bisa merasakan hembusan napasnya

Dia benar benar tak seperti Syam yang aku kenal selama ini.
Akupun merasa... aneh
Ini benar benar terasa canggung.

Renata mengangguk pelan.
Pemuda itu kembali melangkah kearah jendela lalu membuka tirainya, menatap Cloe yang tampak berlari senang di taman.

" Apa dia putriku?" Tanyanya sontak membuat Renata menegang.

" Aku membencinya Renata, aku benar benar tidak akan pernah menyukai Cloe, tidak akan."

Sekelumit ingatan itu membuat Renata takut. Takut Syam akan menyakiti Cloe lagi. Bagaimanapun, jika Syam ingat, dia akan berusaha menyakiti Cloe lagi

Haruskah aku mengatakan iya? Haruskah?

" Renata kau tidak menjawabku?"

Renata menatap paras Syam lekat, kemudian...

" Bukan."

Tidak, kebaikan tidak harus didapat dari membohongi seseorang.
Aku yakin ada cara lain untuk melindungi Cloe tanpa harus berbohong

" Dia putri dari Arkent, sepupumu." Jawab Renata. Mendengar itu, Syam tersenyum. Senyum yang benar benar berbeda. Dia melangkah mendekati Renata, membuat Renata mengangkat wajah dan menatapnya lekat.

" Apa kau mencintaiku?" Tanyanya sarkatis
Renata terdiam, ia meremas roknya. Entah harus menjawab apa, Renata juga bingung

" Rupanya kau type yang rumit ya."
Ujar Syam

Lalu satu pertanyaan lagi membuat Renata semakin merasa tercekik.

" Apakah, aku mencintaimu?"

Renata memalingkan wajah. Situasi canggung seperti apa ini? Dia bahkan tak bisa mengatakan apapun. Hanya satu kata tapi terasa lidahnya membeku.

My Sexi Enemis ( Buckwheat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang