Awal

16.7K 961 92
                                    

" Kea." Arkent tertahan saat tiba tiba Bianca melangkah kearahnya dengan lekuk tubuh dan langkah sexinya. Dia nyentuh dasi Arkent lalu menduduki pahanya dan bernapas di lekukan lehernya lalu menciumnya mesra

" Aku menyukaimu." Ujarnya berat lalu telunjuknya mulai berjalan keatas, kedasi leher, dagu, lalu...

" Mmhhh." Gadis itu mengecup bibir Arkent pelan, membuat Arkent tersenyum lalu membalas mengecup bibirnya, mendorong lidahnya masuk. Dan...

" Ugh." Arkent terbangun dari tidurnya, napasnya tersenggal senggal. Sialnya, dia bermimpi. Arkent merasa aneh, kenapa dia bermimpi tentang Bianca?
Keringat dingin memenuhi keningnya yang ternyata masih berada diatas meja kantor.

" Ya tuhan, mengapa aku bisa tertidur disini?" Ujarnya berdiri, merapikan diri dan melihat arlojinya.

" Shitt!!" Kesalnya melihat angka yang ditunjuk arloji itu sudah mengarah pada angka 9 malam. Dia telat, untuk kesekian kalinya.

Renata pasti marah.

Diluar sana, Bianca tersenyum dengan sesuatu ditangannya yang mirip serbuk, ia lalu melangkah menjauh sembari mengusap lipstiknya yang tampak berantakan.
Setelah mencium Arkent tadi.

" Suatu saat aku harap bisa menciummu saat matamu terbuka Arkent." Gumamnya mengenang.

Sementara dilain tempat

" Mama."

" Sudahlah, makan saja ayo. Kalau kau terlambat makan, kau bisa sakit nanti. Mengharapkan ayahmu datang tepat waktu itu hanya didalam mimpi." Gerutu Renata menyuapi putrinya kesal. Bagaimana tidak, dia sudah berdandan secantik mungkin, menyalakan lilin di meja, memasak beraneka makanan lalu menunggu Arkent datang. Tapi pemuda itu seperti sifat lamanya, selalu telat.

" Mama kesal ya."

" Diam dan makan saja Cloe, kau terlalu banyak bertanya. Setelah ini gosok gigimu dan tidur." Ujar Renata membuat putrinya mengembungkan pipi.

" Tapi Cloe mau nonton Minion dengan ayah, ayah sudah janji."

" Cloe!" Renata membulatkan matanya.

" Huft olang tua susah diajak bicala." Gumam Cloe sambil sesekali disuapi Renata

" Kalau begitu diam dan makan saja, andai Syam masih ada disini dia pasti mudah mengatasimu." Ujar Renata. Dan...

Deg. Tangannya terhenti menyuapi Cloe, bola matanya tiba tiba memanas. Dan kenangan Syam seakan kembali menyeruak

" Cloe tidak mau!!!" Tangis Cloe 2 tahun yang lalu saat Dokter akan menyuntiknya dengan vaksin.
Dia berontak dan hampir jatuh dari pelukan Renata.

" Cloe ayolah sayang, jangan menyusahkan mama. Ini tidak sakit." Ujar Renata menghibur

" Gak mauu, sakit... Cloe takutt." Cloe masih berontak kesana kemari.

Hingga akhirnya..

Seorang pemuda dengan ransel dan buku ditangannya melangkah kearah mereka, lalu tersenyum manis

" Uncle Syam." Cloe berbinar binar

" Maaf Renata, aku terlambat. Tadi Senior masih mengerjaiku." Ujarnya membuat Renata menghembuskan napas berat.

" Suamimu masih seorang siswa ya, pasti sulit untuk kalian." Ujar dokter itu tersenyum. Renata gelagapan dan Syam hanya tersenyum kemudian melangkah kearah Cloe

" Kemarilah anak nakal." Ujarnya

" Meleka mau menyuntik Cloe paman." Adu Cloe berkaca kaca

My Sexi Enemis ( Buckwheat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang