Chapter 6

542 76 11
                                    

Sudah memasuki tengah malam ketika Jin sampai di apartemennya dan menghidupkan lampu. Hari ini benar-benar melelahkan, di samping pekerjaannya yang benar-benar membuat stres, ia juga harus memikirkan bagaimana cara meminta maaf pada gadis mantan commi itu.

Well, ini membuat Jin seperti seorang brengsek yang sedang membela dirinya. Tetapi siapa yang menyangka gadis itu adalah adik Hiro? Dan Jin hanya terlalu takut Runa terluka, rasa bencinya pada gadis itu dulu muncul untuk mewakili Runa. Ditambah dengan perilaku-perilaku yang kelewat mencurigakan dari Hiro dan gadis itu. Lalu ketika mengingat ucapan Runa tentang karyawan favorit, Jin tidak bisa mengelak bahwa hal itu juga sangat mempengaruhi pemikirannya. Entahlah, kadang saat emosi, pikiran positifnya hilang entah kemana.

Jin menghela napasnya, memutuskan untuk mandi dan cepat beristirahat sebelum besok ia harus memikirkan cara agar ia bisa cepat dimaafkan. Meski itu mustahil.

+++

Moodmu terlihat berantakan pagi ini.” Taehyung berkomentar sambil memasukkan berbagai isian cheesetart di loyang satu per satu.

Sojung yang sedang sibuk menuangkan bahan-bahan untuk membuat panna cotta masih belum menjawab, gadis itu mencebikkan bibirnya dengan kening mengerut. Lalu menghidupkan kompor dan mengaduk-aduk adonan panna cotta-nya dari awalnya lembut dan penuh kehati-hatian berubah menjadi kasar dan membuat bunyi-bunyi berisik yang berhasil membuat Taehyung menghentikan pekerjaannya untuk menatap gadis itu.

“Aku mendengar suara tangisan,” ujar Taehyung.

“Kalau kau mengaduk-aduknya seperti itu mereka akan menangis, makanan itu juga punya perasaan.” Tambah laki-laki itu kali ini dengan ekpresi sedih yang dibuat-buat.

“Aku serius,” kata Taehyung lagi saat mendapati Sojung terlihat tidak peduli. “Kalau kau memasak dengan perasaan seperti itu, hasil akhirnya juga tidak akan baik. Kau membuat ekspresi menyeramkan yang membuat anak-anak manis ini ketakutan.” Tunjuk Taehyung pada kue-kue di meja yang sebenarnya sudah harus disusun di display.

“Tidak tahu diri, aku tidak akan memaafkanmu,” rutuk Sojung pelan lalu menghembuskan napasnya kesal.

Taehyung menatap Sojung dengan mata disipitkan.

“Awalnya dia memecatku dan dia membuat kesalahpahaman, lalu dia berharap ingin dimaafkan. Kabel di otaknya mungkin sudah putus, kesalahpahaman itu benar-benar menyakitkan. Aku membencinya,” Seru Sojung dengan gemas. Gadis itu kini sudah duduk di depan Taehyung, memukul-mukul meja dengan gemas pula seolah meja yang dipukulnya adalah Jin.

Kalau pembicaraan kemarin malam bersama Jin tidak terjadi, mungkin Taehyung tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dibahas oleh Sojung sekarang. Taehyung terkekeh pelan, menikmati acara marah-marah Sojung pagi ini.

“Kau sedang dalam masa periodemu, ya?” ejek Taehyung berusaha menggoda.

“Aku sedang benar-benar marah pada Jin, tahu.” Dengus Sojung.

“Terlihat sedang merengek agar dibelikan permen dimataku,” Balas Taehyung, laki-laki itu mengendikkan bahunya sekilas.

“Aku serius,” Kata Sojung, kali ini dengan nada yang sedikit berbeda, membuat Taehyung akhirnya mengakui dalam hati bahwa gadis itu memang benar-benar marah.

“Jangan seperti itu, dia hanya salahpaham. Siapa tahu kalau aku atau kau ada di posisinya kita juga akan memikirkan hal yang sama.”

Meskipun Jin adalah kakaknya, tetapi Taehyung juga tidak bisa memaksa Sojung untuk cepat-cepat memaafkannya. Sekarang tugas Taehyung hanya berusaha memberikan pengertian saja pada gadis di depannya ini.

Panna Cotta GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang