Chapter 25

209 36 8
                                    

Bagi Jin, kalau bisa dianalogikan, Kim Sojung ibaratkan sebuah tombol on-off dalam knop pengatur mood miliknya. Suatu waktu gadis itu bisa mengaktifkan moodnya hingga membuatnya merasa baik-baik saja dan sewaktu-waktu pula gadis itu bisa mematikan moodnya hingga membuatnya uring-uringan dan senewen hanya dengan tindakan atau perkataan kecil dari gadis itu.

Salah satu contohnya adalah kejadian hari ini, saat Jin sengaja datang lebih awal dan menunggu gadis itu di depan pintu Sweet Cake. Sayangnya tindakan Jin kali ini sama sekali tidak dianggap penting oleh gadis itu, malahan Sojung langsung memberengut segera setelah pandangan mereka saling bertemu.

"Hei, selamat pagi," sapa Jin.

"Mm-hmm." Sojung hanya membalas dengan gumaman yang terasa acuh tak acuh.

"Kenapa?" tanya Jin.

"Apanya yang kenapa?" balas Sojung enggan.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi beberapa hari belakangan ini."

"Aku juga."

"Apa aku melakukan kesalahan lagi padamu?"

"Entah, pikir saja sendiri!" balas Sojung sambil mengendikkan bahunya lalu berbalik bersiap meninggalkan Jin.

"Tunggu dulu!" Jin langsung meraih lengan Sojung dan menahan langkah gadis itu. "Apalagi? Jangan menggangguku, aku sedang sibuk. Kau juga pasti masih punya banyak urusan bersama Runa. Jadi, pergi sana!" gusah Sojung.

"Tetapi kita perlu bicara!"

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan."

Kali ini Sojung menepis tangan Jin yang memegang lengannya lalu berkata dengan pelan, "Sebaiknya jangan menemuiku dulu dalam waktu dekat."

Setelah itu Sojung langsung meninggalkannya berdiri seorang diri seperti orang idiot karena terlalu syok. Sebelum ini Taehyung sudah memberi peringatan agar ia tidak mengajaknya bicara dan Jin berbesar hati untuk menuruti keinginan adiknya itu meskipun ia sedikit enggan melakukannya. Dan pagi ini Kim Sojung malah ikut memberinya sebuah permintaan yang nyaris mustahil.

Jin tidak memerlukan hal ini, demi Tuhan, Kim Sojung harusnya mengerti bagaimana peran barunya kini dalam hidup Jin. Gusahan sekaligus permintaan Sojung pagi itu hanya membuat mood Jin memburuk dan membawanya untuk terus-terusan bersikap senewen nyaris seharian penuh sampai gadis itu mendadak menghubunginya lagi pada malam hari ketika Jin baru saja menjejaki lantai apartemennya.

"Ma pouce," panggil Jin dengan nada antusias yang tidak coba ia sembunyikan. "Ada apa?"

Di seberang sana Sojung terdengar menghela napas. "Dengar, aku memang bilang untuk tidak bertemu dalam waktu dekat, tetapi aku berubah pikiran. Maksudku, apa besok kau punya waktu, chef?"

"Besok? Maksudmu hari sabtu?" tanya Jin memastikan.

"Ya, apa menurutmu kita bisa bertemu besok siang? Ada sesuatu yang perlu kubicarakan."

Raut wajah Jin perlahan-lahan berubah tidak seantusias saat pertama kali ia menerima sambungan telepon dari gadis itu, kali ini rauh wajah Jin berubah menjadi lebih gusar dan bingung. Berikutnya Jin menghela napas lelah dan memejamkan mata sambil memijit keningnya pelan.

Sebenarnya besok sabtu ia sudah memiliki janji dengan Runa untuk melakukan tahap finishing, dan sayangnya Jin tidak bisa meninggalkan janjinya untuk besok. Namun di sisi lain, Jin juga berharap bisa bertemu Sojung dan membicarakan apa pun yang ingin gadis itu bicarakan. Rasanya sudah sejak lama waktunya dengan gadis itu tidak pernah lagi sinkron, dan Jin benar-benar mengeluhkan hal ini hingga dengan sintingnya ia sampai berharap bisa membelah diri.

Panna Cotta GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang