Chapter 22

222 37 4
                                    

“Kemarin malam kau tidak bilang kalau kau libur bekerja hari ini.”

Pukul setengah tujuh pada jumat pagi yang sedikit mendung, Jin menelpon ketika Sojung baru akan keluar kamarnya untuk sarapan. Saat itu setelah Sojung membalas sapaannya, Jin langsung bertanya tanpa berniat banyak berbasa-basi.

“Sebenarnya ini juga mendadak,” jawab Sojung. “Runa tiba-tiba memberiku waktu libur sehari dan memberitahuku bahwa aku tidak perlu membuka Sweet Cake. Mungkin karena hari ini Ibuku dan kakakku ulang tahun, makanya ia memberiku libur. Keluarga kami punya tradisi untuk merayakan ulang tahun bersama keluarga seharian penuh saat salah satu dari kami berulang tahun, Runa mungkin ingat hal ini. Kurasa ia juga mungkin tidak akan pergi ke restoran hari ini.”

Jin bergumam sekilas. “Tetapi dulu kau tidak melakukannya, kau tetap bekerja dan hanya membagikan panna cotta di restoran.”

Sojung tertawa kecil sambil mengambil tempat di pinggir tempat tidurnya. “Aku berhenti melakukan tradisi keluarga sejak berusia delapa belas. Menurutku hal-hal seperti memakai topi kerucut, bernyanyi dan meniup lilin adalah hal yang kekanak-kanakan. Selain kakaku, semua menghormati keputusanku.”

Sojung kembali berkata setelah tertawa sekali lagi. “Oh iya, ada apa menghubungiku?”

“Bukan hal yang terlalu penting, tadinya aku hanya ingin memberimu sesuatu. Tetapi ternyata kau tidak juga datang, aku tahu kalau kau tidak bekerja hari ini dari Taehyung.”

“Sayang sekali,” sahut Sojung.

“Ya, sayang sekali.”

Hening sebentar sampai Jin kembali berkata, “Katanya, Taehyung akan ikut acara makan malam kalian hari ini, ya? Dia meminta izin untuk tidak ikut dalam sesi makan malam tadi.”

“Ya, Papa yang mengundangnya,” jawab Sojung, keningnya mengernyit samar kemudian ia buru-buru menambahkan. “Ryouta juga ikut.”

Eum…, tidak heran. Aku ingat kalau kau pernah bilang bahwa mereka pernah bertemu dan dekat,” ujar Jin pelan.

“Omong-omong, apa tradisi kalian benar-benar akan dilakukan seharian penuh?”

“Kurasa, iya,” Sojung menunduk lalu tangannya menelusuri garis-garis gambar pada seprainya. “Hari ini setelah sarapan kami akan pergi ke sebuah panti asuhan untuk acara sosial hingga sore, lalu kami akan melanjutkannya dengan makan malam.”

“Jadi, kau tidak punya waktu sebentar saja untuk hal lain, ya?”

“Memangnya ada apa?”

“Tidak ada apa-apa,” Jin berkata perlahan, lalu menghela napasnya. “Hanya saja mendadak aku sangat ingin melihatmu lagi hari ini, kebetulan karena aku juga sedang punya sedikit waktu luang.”

“Kita kan baru saja bertemu kemarin malam, wajahku tidak akan berubah dalam waktu secepat itu.” komentar Sojung.

“Aku tahu, tetapi, mungkin karena sudah lama tidak bertemu aku jadi sangat ingin melihatmu. Semacam balas dendam untuk hari-hari sebelumnya, mungkin.”

Pergerakkan tangan Sojung langsung berhenti usai mendengar kalimat yang diucapkan Jin, ia sedikit menaikkan arah pandangnya dan mengerjap-kerjap. Setelah dapat mencerna apa maksud lelaki itu, ia mengembangkan senyumnya, lalu begitu saja detak jatungnya mengubah ritmenya ke arah ritme yang tidak biasa.

Astaga, mengapa ia bisa merasa sangat senang hanya karena hal sekecil ini?

“Aku bisa mencuri-curi waktu,” kata Sojung.

“Yang benar?” tanya Jin, kali ini nada suaranya berubah jauh lebih bersemangat.

“Ya,” sahut Sojung. “Setelah makan malam Papa biasa mengajak kami untuk berpesta dan mentraktir semua orang untuk minum, aku bisa melewatkan bagian ini. Aku tidak suka minum-minum, jadi setelah makan malam mungkin kita bisa bertemu. Yeah, tentu saja setelah pekerjaanmu selesai.”

Panna Cotta GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang