Chapter 4A

475 67 12
                                    

Sojung menjerit senang ketika Runa menelepon dan memintanya untuk datang ke restoran pada akhir pekan. Katanya ada pekerjaan yang harus dikerjakan Sojung di toko kue, apapun itu ia benar-benar senang. Ia bahkan melompat-lompat di tempat tidur sampai ibunya datang dan menegur bahwa ia bisa saja mematahkan kayu tempat tidurnya.

Awalnya Ibunya tidak senang dan menyuruhnya untuk menerima tawaran dari Yoshio-san. Ayahnya juga begitu, tetapi akhirnya luluh karena Sojung merengek sepanjang hari dan membuat ayahnya yang berhati lembut itu akhirnya menyetujuinya dan membantunya berbicara pada ibunya.

Dan di sinilah ia sekarang, berdiri sembari menghirup udara pagi di depan Claire de Lune yang benar-benar ia rindukan. Sojung meneliti pagar kayu kecil yang dililiti tanaman merambat, bunga berwarna merah muda yang tergantung di pagar, kaca coklat restoran yang ditempeli bulir air sisa-sisa hujan kemarin malan dan... Kim Seok Jin?

Sojung reflek mendengus keras.

Didepannya Jin sedang menyenderkan badan di tiang dekat jendela dan menjejalkan kedua tangannya di saku hoddie, syal hitamnya sudah menutupi bagian bawah wajahnya hingga ke hidung, rambutnya juga sudah disisir rapi. Kalau Sojung tidak terlanjur membenci laki-laki itu, ia tidak akan ragu mengatakan bahwa penampilan Jin sekarang benar-benar terlihat keren dan err, tampan.

Jin menaikkan pandangannya yang sedari tadi menunduk dan langsung menatap Sojung dengan..., tunggu sebentar, mengapa laki-laki itu menatapnya dua kali lipat lebih tajam dari yang terakhir ia ingat? Bukankah seharusnya disini ia yang lebih berhak marah?

“Ikut aku sebentar!” Jin membisikan kalimatnya dengan pelan tetapi tajam ketika berdiri tepat disamping Sojung. Setelah menghela napas dan mempersiapkan diri, akhirnya Sojung mengikuti Jin dengan enggan. Laki-laki itu menghentikan langkahnya tak jauh dari Claire de Lune, otomatis Sojung juga menghentikan langkahnya dan menatap punggung laki-laki itu bingung, kemudian Jin berbalik dan dengan cepat meraih pundak Sojung dan mendorongnya ke tembok yang berada di sisi kiri dengan keras membuat Sojung mengaduh.

“Sial! Dia benar-benar kasar,” rutuk Sojung dalam hati.

“Dengar,”Desis Jin tajam sebelum Sojung meneriakan kekesalannya.

“Jangan berbuat hal-hal yang lebih mengerikan atau aku yang akan melakukan sesuatu padamu.” Sambung Jin, wajahnya kini tepat didepan wajah Sojung dan menatap gadis itu tajam.

“Apa sih yang sedang kaukatakan? Kau sedang mabuk?” Sojung meronta-ronta minta dilepaskan, tetapi Jin malah semakin kuat mencengkram pundaknya. “Apa salahnya aku kembali kemari? Runa yang menyuruhku kemari, lagipula aku juga tidak akan pergi ke dapurmu.”

“Lepaskan aku, ini menyakitkan!” Sojung masih meronta-ronta ditempatnya sambil menatap Jin marah, tangannya mengepal kuat-kuat.

“Aku akan mengawasimu mulai sekarang.” Kata Jin lagi.

Setelah mengatakan kalimatnya, laki-laki itu langsung melepaskan dan meninggalkan Sojung yang masih meringis kesakitan, terlihat sekali bahwa gadis itu sedang menahan amarahnya. Namun Sojung tahu ia tidak bisa berlama-lama disini, Runa sedang menunggunya sekarang.

“So-chan, lama sekali.” Sojung hanya meringis pelan dan mengambil posisi di depan Runa, sedangkan Jin berdiri menyenderkan badan di pintu menuju ke dapur, mungkin ingin mencuri dengar pembicaraan mereka.

“Nah, sekarang mau apa kau kemari? Restoran sedang libur.” Tetapi Runa kemudian menegur Jin seolah kehadiran Jin bisa mengganggu pembicaraan pentingnya bersama Sojung.

Jin mengangkat tangannya dan menunjukkan ke arah dapur. “Aku ingin mengecek persediaan. Mungkin juga mencoba resep baru untuk musim dingin, edisi natal atau tahun baru.”

Panna Cotta GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang