Chapter 29

207 33 0
                                    

“Kau sudah pulang, Taehyung?” tanya Jin.

Taehyung mengambil langkah lebih dekat ke arah Jin sambil tersenyum dan mengangkat tangannya untuk menyapa.

“Hai, hyung! Belum tidur?” katanya basa-basi.

Jin menutup buku bisnis yang sejak setengah jam lalu dipegangnya dan mengubah posisi duduknya. Ia melirik jam di atas deretan rak hias sebelum akhirnya menghela napas. “Mengapa baru pulang larut malam begini? Aku menunggumu sejak tadi.”

Langkah kaki Taehyung berhenti, pandangan matanya mendadak berubah agak ngeri. “Hyung, kau baik-baik saja, kan? Kenapa aku jadi merasa takut, ya?”

Kedua mata Jin melotot. “Memangnya ada yang salah denganku?” sahutnya jengkel.

“Hehe, tidak sih,” balas Taehyung. “Hanya saja perkataanmu sebelumnya terdengar seperti seorang istri yang sedang menanyai suaminya yang pulang terlambat. Itu terdengar agak romantis, tidak begitu cocok dengan gayamu, jadi aku sedikit takut.”

Jin mendengus sinis, lalu menghampiri Taehyung dan memukul kepala adiknya itu dengan buku bisnis yang sedang dipegangnya. “Kalau pun aku berubah tidak normal, yang pasti aku tidak akan memilihmu.”

“Dasar, sia-sia aku khawatir padamu,” gerutu Jin.

Taehyung tertawa sambil mengikuti Jin masuk ke dalam kamar tidur.

“Karena kau belum tidur, bagaimana kalau kau membantuku mengemas barang-barangku?”

“Aku mengantuk, lakukan itu besok, aku pasti akan membantumu. Lagipula kau masih akan pergi lusa, kan?”

Taehyung menggeleng. “Lusa itu keberangkatanku ke Korea, tetapi sebelum pergi ke Korea, aku berencana untuk berkeliling Jepang lebih dulu mulai besok. Karena itulah aku membutuhkan barang-barangku, aku akan langsung ke Korea setelah berkeliling Jepang.”

“Merepotkan!” Jin memekik tertahan.

“Saudara itu diciptakan memang untuk direpotkan, hyung,” celetuk Taehyung tanpa beban.

Jin mengernyitkan keningnya saat menyadari sesuatu. “Kalau besok kau pergi, artinya kau tidak ingin aku mengantarmu?”

“Kau kan bekerja, mana bisa mengantarku?” sahut Taehyung. “Tidak perlu ada yang mengantarku, kalau kau mengantarku aku takut akan ada drama yang tercipta.”

“Seperti aku mau saja bersikap dramatis,” Jin mencibir. “Aku malah lebih suka menendang bokongmu sebelum kau check-in.”

“Sepakat, mari mulai berkemas!” seru Taehyung mengabaikan cibiran Jin.

Yang dilakukan Jin selanjutnya hanya berdecak kesal dan mengacak rambutnya, tetapi ia tetap turun dari tempat tidurnga, berjalan ke arah lemari dan mengambil pakaian-pakaian milik Taehyung.

“Lalu bagaimana acara kalian tadi?” tanya Jin.

“Seperti acara biasa pada umumnya.”

Mendapatkan jawab yang terkesan asal-asalan dari Taehyung membuat Jin enggan menanyakan lebih lanjut tentang acara perpisahan lelaki itu dengan para koki. Jadi, selanjutnya Jin hanya diam dan sibuk melipat pakaian-pakaian milik Taehyung lalu menatanya dalam koper. Setelah selesai membantu Taehyung mengemasi barang-barangnya, Jin sempat merenggangkan tubuhnya sebelum kembali naik ke atas tempat tidurnya.

“Hyung,” panggil Taehyung setelah ia selesai menukar pakaiannya dengan piyama.

Eum?” sahut Jin.

“Terima kasih.”

“Sama-sama.”

“Hyung!”

Eum?”

Panna Cotta GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang