Jin mengerutkan keningnya saat menatap Sojung yang kini berjalan dengan mata yang setengah tertutup dan mulut yang sibuk menguap.
"Malam tadi kau bilang kau tidak memiliki masalah dengan bangun pagi. Tapi lihat sekarang!"
"Jam pagiku adalah pukul enam, chef. Dan ini masih pukul lima lewat. Kalau ini Jepang, aku yakin kau akan lebih dulu ditendang dari rumah oleh Ayahku."
Jin terkekeh tak merasa berdosa sambil menepuk-nepuk pelan pipi Sojung. "Baiklah, aku minta maaf. Tapi sekarang kau harus bangun, Tuan Putri. Dan mari kubantu mengikat rambutmu."
"Memangnya kau mau mengajakku kemana sih?"
"Hanya ke taman, kita bisa lari pagi di sana. Nah, selesai, sekarang ayo jalan!" kata Jin sambil mendorong bahu Sojung dengan pelan.
Sojung mendengus di langkah kelima, lalu mengomel betapa dinginnya udara pagi di Seoul hari itu. Sementara Jin kini menjejalkan tangan ke kantung jaket abu-abunya sambil tetap berjalan tenang atau sesekali berlari kecil dan meninggalkan Sojung beberapa langkah di belakang.
"Chef kau pasti belum sempat sarapan, kan?" Sojung bertanya dengan nada yang tiba-tiba semangat.
Jin berhenti sejenak untuk menoleh, setelah itu keningnya mengerut.
"Oi, itu kan jorok."
Tiga langkah di belakang Jin, Sojung kini sedang menjepit setangkup roti dengan bibirnya sambil merogoh kantung jaket sebelah kanan, mengeluarkan roti berselai cokelat lalu memberikan roti itu pada Jin. Tingkah gadis itu langsung berhasil membuat dahi Jin berjengit jijik saat menatap roti yang kini tepat berada di depannya.
"Ini enak," komentar Sojung ketika menggigit roti bagiannya, tangan kanannya masih melayang di udara karena Jin tak juga menyambut roti bagiannya.
"Tapi itu kotor," balas Jin.
"Tidak akan terjadi apa-apa, Chef," kata Sojung dengan wajah yang mendadak berubah kalem. "Mungkin hanya akan sakit perut."
Sojung tertawa tengil setelah mengatakan kalimatnya.
"Ya ampun, kau terlalu banyak berpikir," kata Sojung lagi dengan nada gemas.
Tanpa pikir panjang gadis itu langsung menyumpalkan roti tersebut ke bibir Jin dan memaksa lelaki itu memakan rotinya.
"Enak, kan?" Jin mengunyah dengan wajah sebal, tidak sudi mengakui bahwa roti yang dibuatkan gadis itu memang enak.
"Biasa saja, seperti rasa roti pada umumnya," elak Jin.
Mereka sampai di taman ketika langit sudah tidak lagi berwarna biru gelap, Jin dan Sojung memutuskan untuk mengelilingi taman beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon yang tak begitu besar di sekitar taman.
Jin sedang meneguk airnya ketika Sojung yang duduk di sampingnya berceletuk tanpa diminta.
"Ini sudah kesekian kalinya aku mendapat tawaran casting." Sojung terkekeh, kartu nama yang dipegangnya digerak-gerakkan dengan lambat.
Jin ingat ada seseorang yang menghampiri mereka lalu memberi kartu namanya ketika mereka sedang mencari tempat duduk dan menawari gadis itu casting dan bergabung di perusahaannya.
"Menurutmu apa aku harus menerima tawaran mereka dan menjadi model, atau artis atau apa pun itu yang berhubungan dengan dunia hiburan?"
Dahi Jin mengerut dalam, ia membalas pertanyaan Sojung dengan pertanyaan. "Bukankah mimpimu sudah berubah menjadi juru masak profesional?"
Bahu Sojung terangkat sekilas, gadis itu memandang langit dengan tatapan menerawang.
"Sebenarnya aku benar-benar sakit hati ketika kau memecatku," kata Sojung memulai. "Kemarahanku memuncak ketika Ibu-ku menasihatiku dan menyarankanku untuk melupakan mimpiku itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Panna Cotta Girl
FanfictionCast : - Kim Sojung (Sowon) - Gfriend - Kim Seok Jin (Jin) - BTS - Kim Taehyung (V) - BTS Sinopsis : Jin menatap Sojung dengan kening yang mengerut. "Untukku mana?" "Dari awal aku tidak berniat memberikanmu jatah. Aku tidak akan pernah membiarkanmu...