Chapter 11

484 77 12
                                    

a/n : aku ragu untuk publish chapter ini karena kupikir chapter ini membosankan. tapi karena ini udah sebulan, jadi aku tetep publish. Semoga gak banyak typo dan semoga suka ya.

Happy reading! ☺

---------

Sojung meremas tas tangannya saat memasuki ruang tunggu, ia bisa merasakan kaki dan tangannya terasa dingin sejak menginjakkan kaki di bandara. Perasaannya terus bertambah cemas sejak berpisah dengan Ayah, Ibu dan kakak laki-lakinya, Hiro, di ruang tunggu setelah Check In. Dan meskipun mereka semua sudah meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, ia tidak merasa perasaan cemasnya berkurang sedikitpun.

Bagaimana Korea? Bagaimana keluarga kandungnya akan memperlakukannya nanti?

Sojung menghirup udara lalu menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diri saat pertanyaan-pertanyaan itu melintas di kepalanya.

Sojung mengakui bahwa beberapa tahun terakhir ini ia selalu berpikir ingin sekali bertemu keluarga kandungnya. Bukannya ia tidak menyayangi apalagi tidak bersyukur memiliki keluarganya yang sekarang, tapi ia rasa ia berhak tahu siapa keluarganya.

Sayangnya, Ayah dan Ibunya selalu kompak menjawab bahwa mereka tidak punya kabar apa pun menyangkut keluarga kandungnya di Korea.

"Ayah ingin mengatakan sesuatu, So-chan.”

Itulah kalimat pertama yang dilontarkan ayahnya dengan nada serius di sesi sarapan mereka yang selalu damai. Ibunya kemudian menaruh kembali selembar roti yang sudah diolesi selai ke atas piring. Hiro, kakaknya yang sejak menikah memilih mandiri kini entah mengapa hadir dalam sesi sarapan hari ini, dan ikut menghentikan aktivitasnya.

Seingat Sojung kalau suasana sudah canggung dan Ayahnya berbicara dengan serius, ditambah Hiro ikut dalam pembicaraan, biasanya hal yang akan diangkat Ayahnya adalah sesuatu yang penting, tidak sedikit menyangkut kesalahan yang dilakukan olehnya. Apakah ini menyangkut makan malam bersama di restoran Korea kemarin malam? Well, harus ia akui ia masih belum mengatakan apa pun tentang Seungcheol pada keluarganya.

Sesaat Sojung merasa takut, tetapi Hiro tiba-tiba menggenggam tangan kirinya seolah memberi kekuatan.

“Tenang saja, So-chan,” katanya sambil tersenyum, dan Sojung langsung membalas senyumnya.

Takahashi Hiro adalah kakak laki-laki yang baik, hal kedua yang paling ia syukuri setelah memiliki Ayah dan Ibu yang pengertian. Hiro tidak berbeda jauh dengan ayahnya yang sedikit protektif, tetapi Hiro juga selalu berusaha untuk melakukan apa pun untuknya. Ia bukannya tidak sadar bahwa kadang Runa cemburu karena Hiro cenderung lebih memperhatikannya. Sojung ingat Hiro bahkan menghiburnya dan berjanji akan membujuk Runa agar ia bisa dipekerjakan kembali di Claire de Lune. Sojung tentu saja menolak, ia ingat ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membujuk kakak laki-lakinya itu untuk tidak melakukan hal bodoh beberapa bulan lalu di restoran Jepang.

Tidak, bukannya Sojung sedang mencari perhatian, tetapi Sojung sedang berusaha untuk tahu diri dan tak terlalu merepotkan Runa. Ia tidak ingin Runa malah membencinya karena Hiro selalu mengutamakan perasaanya. Dan Sojung memang tidak pernah kembali ke sana, tetapi ia ragu kakaknya tidak ikut campur dalam perekrutannya ke Sweet Cake.

“Kemarin ayah mendapatkan sebuah e-mail dari Kim Dong Hee,” pandangan Ayahnya menunduk, sekilas terlihat sedih, “Dia orangtua kandungmu, Nak.”
Perasaannya saat itu berubah menjadi tidak karuan, ia tidak tahu harus senang atau bagaimana. Apakah ia akhirnya disuruh memilih salah satu dari mereka, atau yang lebih parah, apakah ia disuruh meninggalkan keluarga Takahashi?

“Tentu saja tidak, Nak.” Kali ini Ibunya yang berkata dan Sojung sadar ia telah mengatakan apa yang ia pikirkan.

“Aku juga terkejut karena dia tiba-tiba menghubungiku,” kata ayahnya lagi dengan muram. “Setelah berbicara panjang lebar dan aku yakin dia benar-benar orangtua kandungmu, barulah ia mengatakan bahwa ia ingin kau pergi ke Korea.”

Panna Cotta GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang