Chapter 3

644 68 8
                                    

Sojung bersumpah ia tidak sedang mencoba bunuh diri sekarang, ia sedang lari pagi untuk menghilangkan sisa-sisa rasa frustrasinya dan kebetulan melewati tempat yang di sebutkan Ryouta kemarin malam. Kalau lelaki itu tahu Sojung benar-benar pergi ke tempat ini sudah pasti temannya itu akan bersikap dramastis dan mengatakan bahwa ia sedang bercanda kemarin.

Kalau Sojung mengatakan yang sebenarnya pada Ryouta, tentu saja lelaki itu tidak akan percaya, karena sebenarnya tebing ini terlalu jauh dari rumah Sojung dan bukan rute lari pagi yang selalu ia lewati. Ryouta mengetahui apapun tentang Sojung dan itu berlaku sebaliknya, dan dapat dipastikan Ryouta tetap akan berpikir Sojung sedang melakukan percobaan bunuh diri.

Tidak, percaya pada Sojung, ia tidak sedang mencoba untuk bunuh diri. Ia hanya penasaran seperti apa tebing mengerikan yang bisa langsung membuat orang yang bermaksud bunuh diri dipastikan bisa langsung mati. Dan itulah yang sedang dilakukan Sojung sekarang, ia mendekati tebing dan menelengkan lehernya berusaha menatap kearah bawah tebing yang beberapa kali dihantam ombak dengan ganas.

Ternyata terlalu mengerikan.

“Jadi akhirnya kau memutuskan untuk bunuh diri?” sebuah suara menegurnya dari belakang. Sojung menoleh dan terkejut melihat orang itu.

+++

Ini akhir pekan dan kebetulan restoran tutup selama akhir pekan. Setelah meneguk kopi dan memakan sandwich, Jin memutuskan untuk jalan-jalan. Ia belum sempat berkeliling ketika menginjakkan kaki disini, ia hanya fokus pada tawaran menarik yang ditawarkan Runa beberapa hari lalu dan melupakan beberapa hal seperti refreshing misalnya.

Tadinya ia berencana pergi ke Distrik Jiyugaoka, menghabiskan waktu menengok beberapa toko-toko ala Prancis dan berkunjung ke Cafe bernuansa Eropa yang menjual berbagai kue di dekat Stasiun Jiyugaoka. Lalu terakhir ia akan mampir ke Lin's untuk membeli cokelat yang rencananya akan ia berikan kepada Runa sebagai permintaan maaf tidak langsung karena kasus pemecatan Kim Sojung kemarin.

Awalnya memang seperti itu, tetapi nyatanya Jin menghentikan mobil didekat sebuah tebing sepi dimana hanya ada seorang gadis yang melonggokkan kepalanya kebawah tebing. Seorang gadis yang ingin bunuh diri memang bukan urusannya, tetapi kalau itu Kim Sojung, meski enggan Jin menghentikan mobilnya dan menghampiri gadis itu. Ini menyangkut tanggung jawab moril.
“Jadi akhirnya kau memutuskan untuk bunuh diri?” Tegur Jin setengah tidak peduli. Kalau gadis itu masih bisa dicegah maka baguslah, tetapi kalau tidak, ia tidak akan berusaha keras menghentikannya.

Kim Sojung menoleh lalu matanya membulat sempurna, mungkin kaget karena melihat Jin sudah ada didepannya dan memergokinya sedang melakukan kegiatan yang mencurigakan.

Jin menengok sebentar kearah bawah tebing lalu menatap Sojung kembali, lelaki itu melipat kedua tangannya didepan dada lalu berkata, “Hebat juga bisa menemukan tempat bunuh diri seperti ini.”

Sojung yang masih dalam rasa keterkejutannya sedetik lalu kemudian sadar dan memberengut, merutuki nasib jeleknya dalam hati karena harus bertemu dengan orang yang berada di urutan ke sekian miliar dalam daftar orang yang ingin ia temui.

Dengan kesal Sojung memberanikan diri menatap Jin dengan tatapan segalak yang bisa ia lakukan, “berhenti memperlakukanku seperti orang idiot!" Dengusnya.

“Dan tidak, aku tidak sedang berniat bunuh diri. Aku tidak setolol itu. Kehidupanku adalah hasil perjanjianku dengan Tuhan, jadi akan ada pinalty yang harus kubayar kalau aku melanggar perjanjianku. Aku memang masih merasa sedih, tapi aku masih punya keyakinan kalau aku hanya belum menemukan sesuatu yang cocok untukku.”

Sojung tidak sempat menyaring kata-katanya terlebih dahulu hingga ia tidak begitu yakin dengan kata-katanya tadi. Tetapi melihat reaksi Jin dan keningnya yang mengerut samar, sepertinya ia baru saja mengatakan hal-hal yang tidak berguna. Bagus, sempurna! Setelah ini mungkin lelaki itu akan menilainya dua kali lipat lebih idiot.
Untuk menghilangkan rasa malunya Sojung mendorong Jin pelan lalu buru-buru pergi dari sana. Tetapi kemudian ia menyesalinya, dalam kasusnya mendorong Jin merupakan tindakan lembek, harusnya ia tendang saja tulang kering lelaki itu.

Panna Cotta GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang