Epilog

592 49 53
                                    

"Sudah berapa lama?"

Sojung mendesah pelan, raut wajahnya tampak luar biasa khawatir. "Sudah hampir lima jam."

Ryouta menghembuskan napasnya lega sambil mengelus dadanya. "Untung dulu kita pacaran diam-diam, aku tidak yakin aku bisa bertahan di bawah introgasi Ayahmu seperti Jin."

"Jangan mengatakan sesuatu yang membuatku tambah mengkhawatirkannya, Ryouta!" Sojung mengerang di tempatnya.

Ryouta mengendikkan bahunya. "Perkataanku tidak salah, kok," ujarnya tak acuh.

"Tetapi, omong-omong," kata Ryouta lagi. "Kira-kira apa yang dilakukan Ayahmu pada pacarmu dalam waktu lima jam itu?"

Sojung memberengut. "Aku tidak tahu, kuharap Papa tidak melakukan sesuatu yang aneh."

"Ingin coba menguping?" tawar Ryouta.

Tanpa pikir panjang Sojung langsung menyetujui usul Ryouta dengan antusias. "Ayo, aku juga sangat penasaran dengan apa yang mereka lakukan di dalam sana."

Sojung lalu menuntun Ryouta berjalan mengendap-endap ke arah ruang kerja Ayahnya. Setelah sampai di depan pintu, keduanya mengambil posisi di masing-masing sisi pintu dan langsung menempelkan telinga mereka ke permukaan pintu untuk mencuri dengar. Namun, tidak ada suara atau percakapan yang bisa mereka curi dengar sejauh mereka menguping. Ruang kerja Ayahnya benar-benar sunyi seolah tidak ada satu orang pun yang berdiam diri di sana, hal ini membuat Sojung semakin merasa frustrasi karena mengkhawatirkan nasib Jin.

Kira-kira lima menit kemudian, barulah pintu ruang kerja Ayahnya mendadak dibuka. Baik Ryouta maupun Sojung tampak terkejut, tetapi keterkejutan mereka hanya bertahan sebentar sampai keduanya melihat sosok Jin yang keluar dengan wajah yang tampak luar biasa syok dan pandangan mata yang terlihat redup.

"Jin," panggil Sojung khawatir, tetapi lelaki itu tidak menyahut dan terus berjalan pelan.

"Jin!" panggil Sojung lagi, tetapi masih tetap tidak ada jawaban.

Sojung yang masih sangat khawatir akhirnya menyusul Jin dan berhenti di depan lelaki itu sambil merentangkan kedua tangannya bermaksud menghadang jalan.

Sojung lalu menangkup kedua pipi Jin dan berkata, "Katakan padaku apa yang Papa lakukan padamu?"

Respon Jin masih tetap sama, lelaki itu tetap diam dan melepaskan tangan Sojung lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan kalimat pamit.

Merasa tidak puas dengan respon Jin, Sojung langsung masuk ke ruang kerja Ayahnya dengan wajah yang cemberut berat. "Apa yang Papa lakukan padanya?"

"Papa tidak melakukan apa pun padanya."

"Bohong!" sahut Sojung galak.

"S-serius," kata Ayahnya dengan suara mencicit.

Sojung tetap menatap Ayahnya curiga.

"Ya sudah kalau tidak percaya," balas Ayahnya lalu memberengut. "Papa pergi saja, Papa hanya akan dicuriga putri Papa sendiri kalau bertahan di rumah."

Ayahnya masih memberengut saat bangkit dari kursi kerjanya dan mengalihkan pandangan darinya dengan cara yang terlihat sangat kekanak-kanakan, setelah itu Ayahnya berjalan keluar dari ruang kerja tanpa menghiraukan panggilan darinya.

"Papa!" keluh Sojung.

++

"Jin, kau ada di dalam? Ini aku, bisa kau buka pintunya?"

Keesokkan harinya, sejak insiden di ruang kerja Ayahnya, pagi-pagi sekali Sojung memutuskan untuk datang mengunjungi apartemen Jin setelah semalaman lelaki itu sama sekali tidak menghubunginya. Dengan tidak sabaran dan terkesan bar-bar, Sojung terus menekan bel apartemen Jin sambil sesekali berteriak memanggil nama lelaki itu.

Panna Cotta GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang