Kiara mencoba menetralisir perasaannnya, tapi tetap saja. Jantungnya masih berdegup kencang sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Kiara tersenyum kepada laki-laki itu juga wanita tersebut.
"Silahkan duduk."ucap Kiara ramah mempersilahkan keduanya.
Karel dan perempuan yang tidak diketahui namanya itupun duduk di kursi yang sudah disediakan dihadapan Kiara.
"Jadi apa keluhannya?"tanya Kiara sambil tersenyum menutupi hatinya yang hancur.
Perempuan itu mengusap rambut bayinya, "Gini dok, anak saya ini sudah dua hari ini badannya panas, dan dia menangis terus setiap malam."
Kiara mengangguk-angguk paham, karena sudah beberapa kali ia menemui pasien dengan kondisi yang sama seperti itu, "Saya periksa dulu ya, rebahin dulu anaknya di tempat tidur disana."
Perempuan itupun beranjak dari tempatnya dan menuju tempat tidur khusus pasien.
Kiara mengambil stetoskop-nya dan tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Karel, Kiara dengan cepat mengalihkan pandangannya ke sebuah senter kecil.
"Kamu, apa kabar?"tanya Karel tiba-tiba sambil menatap dalam Kiara.
Perempuan itu berbalik, "Kalian saling kenal?"
Kiara tersenyum, "Maaf, tapi anda siapa? Sepertinya anda salah orang."ucap Kiara karena Kiara tahu Kiara tidak seharusnya lagi berharap pada laki-laki yang sudah mempunyai istri juga anak.
Kiara menghampiri perempuan itu dan membuka baju bayi tersebut, ia mengarahkan stetoskopnya ke letak dimana jantung bayi tersebut berada, "Detak jantungnya normal ya."
Kiara menyalakan senternya dan mengarahkan ke mata bayi dan mulutnya, lalu ia mengangguk-angguk.
Kemudian ia menempelkan termometer di ketiak bayi, selang beberapa detik termometer tersebut berbunyi, iapun melihat suhu badan si bayi.
Kiara kembali duduk ke tempatnya dan perempuan itu kembali menggendong bayinya, kemudian duduk disamping Karel.
"Jadi begini, dari yang saya periksa tadi, suhu badannya termasuk normal, detak jantungnya pun tidak berdetak cepat, sangat normal malah."Kiara kemudian menuliskan sesuatu di notenya, " Saya menyarankan untuk istirahat yang cukup saja, karena pada bayi, mengatasi demam dengan obat dapat memperlambat waktu pemulihan. Pasalnya, tubuh membutuhkan suhu yang tinggi untuk dapat membantu membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit."
Perempuan itu mengangguk-angguk, "Tapi dok, bisa berikan obatnya tidak? Takutnya demamnya jadi makin tinggi, dan dia juga sering rewel gitu dok."
Kiara mengangguk dan tersenyum, "Iya, saya juga tetap akan berikan obat, tapi cuman satu macam saja, ini cuman antibiotik aja ya."ucap Kiara sambil menuliskan resep obatnya.
Karel hanya diam sambil menatap perempuan yang dulunya adalah kekasihnya.
"Ini resepnya, bisa ditebus di apotik yang ada di rumah sakit ini."ucap Kiara sambil memberikan kertas yang berisikan nama obat tersebut, "kalau panasnya tidak turun -turun selama seminggu, kesini secepatnya ya."Kiara kemudian menyunggingkan senyumannya.
Perempuan itu mengangguk mengerti, "Terima kasih banyak, dok."
"Cepat sembuh ya anaknya."kata Kiara dengan lembutnya.
***
Karel sangat-sangat tidak menyangka kalau dokter yang akan ditemuinya hari ini bersama Chika, kakak iparnya itu, adalah Kiara, gadis yang sudah lama ia rindukan.
Masalahnya cuman satu, pasti saja Kiara akan menganggap kalau Karel sudah beristri dan beranak satu, padahal Karel sendiri masih mencintai Kiara.
Tetapi, melihat dari sikap Kiara tadi, sepertinya Kiara sendiri telah melupakannya, bahkan diapun mengaku tidak mengenal Karel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noisy and Quiet
Teen FictionKiara Putri Dinata mengira kehidupan anak SMA itu menyenangkan, seperti yang Kiara tonton di drama korea koleksinya dan juga di novel-novel teenlitnya. Tapi, ekspetasi sangat berbanding terbalik dengan realita yang ada. Ini semua gara-gara ada salah...