13. Hujan dan Masa Lalu

1.6K 110 5
                                    

--Kalau hurufnya cetak miring, artinya flashback ya--

***

Kiara berdiri di depan pos satpam sekolahnya, sambil menggosok-gosok kedua lengannya. Cuaca yang tadinya cerah menjadi mendung dan hujan seperti ini, hujannya tidak terlalu deras, cuman gerimis. Kiara menunggu mang udin datang, kenapa lagi sih mang udin terlambat jemput Kiara?

Ingin menelpon mami, tapi handphone Kiara lowbatt. Sial sudah hari ini Kiara. Tiba-tiba ada motor yang berhenti di depan Kiara, sang pemilik membuka kaca helmnya menampilkan sosok yang dekat dengan Kiara akhir-akhir ini, ralat tidak terlalu dekat sih. Karel.

Karel turun dari motornya dan menghampiri Kiara, "Lo kok belum pulang?"

Kiara tersenyum tipis, "Nunggu jemputan gue, kak."

Karel memutar bola matanya, "Pulang sama gue aja yuk?"

Kiara bingung ingin menjawab apa, masalahnya Karel hanya memakai motor, sudah pasti Kiara kebasahan, Karelnya sih memakai jaket, tapi Kiara tidak.

"Bibir lo udah pucet."ucap Karel dengan datar as always.

Kiara terpaksa menerima ajakan Karel, "Yaudah gue ikut lo kak."

Dalam hati Karel senang bukan main, tapi dia berusaha untuk tidak menampilkan wajah bahagianya ke Kiara. Karelpun menuju ke motornya dan menaiki, setelahnya Kiarapun ikut menaiki motornya, dan mereka menembus gerimis disore hari ini.

Tak menyangka, hujan bukannya berhenti malah semakin deras, dan terpaksa Karel menghentikan motornya dan berteduh di depan salah satu halte bus di Jakarta.

Entah sudah ke berapa kali Kiara menggosok-gosokkan tangannya, ia kedinginan. Karel yang melirik Kiara, menatapnya sendu ia tahu harusnya dia menghangatkan gadis itu. tunggu, kalau Karel meminjamkan jaketnya ke Kiara, nanti Karel yang kedinginan, dan kalau Karel kedinginan, yang jagain Kiara siapa?

Karel mulai berpikiran tidak jelas.

Karel menggenggam tangan Kiara, dan merengkuh tubuh mungil gadis tersebut ke dalam pelukannya, "Kalau gue minjemin jaket ke lo, ntar gue sakit. Jadi ini satu-satunya cara untuk membuat lo tetap hangat."

Kiara menahan nafasnya, suaranya tercekat. Kiara hanya diam didalam pelukan Karel, Kiara menyukai wangi tubuh Karel, Kiara tahu walau Karel itu cueknya minta ampun tapi dia masih mempunyai rasa pedulinya ke Kiara.

Kiara merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat, karena dipeluk Karel, "Mami, jadi ini yang dibilang mami dengan sebutan jatuh cinta?"

***

Karel terduduk lesu di balkon rumahnya yang berseberangan langsung dengan jalanan ibu kota. Karel memikirkan tentang hatinya yang kembali membuka untuk seorang gadis, kenapa dirinya bisa jatuh cinta lagi, setelah sekian lama? Karel menerawang teringat kejadian diwaktu itu.

Karel yang dulu sangatlah ramah, ceria, tapi sangat jahil. Karel waktu itu baru menginjak kelas 7 SMP, ia masih sangat buta terhadap perempuan. Karel tidak tahu kenapa jantungnya berdegup kencang ketika berhadapan dengan seorang perempuan bernama Dhea Larasati, perempuan yang rambutnya selalu dikuncirnya, perempuan yang ceria, perempuan yang bisa membuat Karel tersenyum ketika memikirkannya.

Ada satu hari dimana Karel menyesal, karena dia tidak memperjuangkan perempuan itu. ia menyesal mengapa ia hanya bisa memberi harapan palsu kepada perempuan itu dan ia menyesal telah mengenal perempuan itu.

Dhea menatap Karel dengan tatapan sendunya, "Karel, Dhea mau ngomong jujur ke Karel."

Karel tersenyum ceria, "Ngomong aja Dhea, pasti aku dengerin kok."

Noisy and QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang