22. Masalah Menjadi Rumit

1.4K 80 6
                                    

Malamnya, Kiara diantar pulang ke rumah dengan Dinda memakai mobil kakaknya Dinda, Davin. Itu juga kalau tidak Davin memaksa, Dinda lebih baik memilih diantar supirnya daripada sama kakaknya sendiri. Untung saja, Devin adiknya Dinda tidak ikut, karena Dinda melarangnya dengan ancaman laptop yang dipinjam Devin akan ia ambil.

"Ki, gue langsung pulang aja ya. kasihan Devin di rumah sendirian."ucap Dinda sambil melambaikan tangannya dari dalam mobil.

Kiara yang berada tepat di depan rumahnya sendiripun mengangguk dan tersenyum, "Iya, gapapa. Makasih ya din, sama tumpangannya kak Davin."

Davin tersenyum lebar dan menaikkan alisnya, "Anything for you. Kapan-kapan main ke rumah kita lagi ya."

Dinda langsung menatap tajam kakaknya itu, "Dasar modus. Jangan mau ki, ntar lo digodain sama dia."

Kiara terkekeh kecil, "Gapapalah din, lagian gue kalau di rumah juga kesepian gak ada temen ngobrol."

Davin mengangguk senang sementara itu Dinda hanya mencebikkan bibirnya, bukannya ia tak suka Kiara main ke rumahnya, tapi kakaknya ini yang membuat Dinda enggan membawa Kiara ke rumahnya.

"Kita pulang dulu ya ki. See you tomorrow!"pamit Dinda.

Kiara tersenyum membalasnya, "See you!"

Kemudian mobil tersebutpun melesat pergi dari komplek Kiara. Kiarapun memilih cepat-cepat masuk ke rumahnya, ia yakin maminya pasti akan mengomelinya perihal handphone-nya yang ia matikan.

"Kalau mau ke rumah temen ijin dulu ke mami."ucap Cintia yang tiba-tiba bersuara sambil memperhatikan acara di televisi.

Kiara menghampiri Cintia dan mengalungkan tangan ke leher maminya itu, "Kiara lupa ngabarin mami."

Cintia berbalik ke arah Kiara dan menatap tajam anak semata wayangnya itu, "Tau gak sih mami itu khawatir sama Kiara! sampai-sampai mami nelpon Karel buat hubungin temen-temen kamu."

"Iya maaf mi."ucap Kiara dengan senyum kecilnya.

Cintia menghela nafasnya, "Karel juga cemas sama kamu, ki."

Kiara terseyum dengan tipisnya, dan berkata, "Kiara mandi dulu ya mi."

Kiarapun menaiki anak tangga satu demi satu untuk menuju ke kamarnya, sementara itu Cintia bingung kenapa anaknya terlihat tidak peduli dengan laki-laki yang sebulan ini dekat dengan dirinya.

***

Kiara mengeringkan rambutnya yang basah di depan kipas anginnya yang khusus untuk mengeringkan rambutnya, karena Kiara terlalu mager memakai hair dryer yang harus ia pegangnya, lebih baik kipas angin, toh sama-sama ngeringin rambut.

Kiara membuka handphone-nya yang sedari tadi ia belum buka social medianya. Ada beberapa pesan yang masuk ke handphone-nya.

[LINE]

Deno: are u ok? Gue lihat lo nangis abis dari toilet.

Derly: Kiara?

Saufi: Kiara anak SMP 25?

Karel: Kiara.

Dan beberapa chat dari official account.

Kiara memilih untuk membalas pesan dari Saufi, teman laki-lakinya semasa SMP. SMP-nya dulu setiap naik kelas pasti siswanya diacak gitu, nah Kiara dan Saufi pernah satu kelas, kelas 7. Tetapi, sewaktu ia dan Saufi kelas 8, Saufi pindah ke singapura, dan Kiara tidak pernah tahu alasannya pergi.

Kiara: Saufi yang dulu sering ngejekin gue waktu kelas 7?

Tak butuh waktu yang lama Saufi membalas pesan dari Kiara.

Noisy and QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang