21. Curhat Dahsyat

1.5K 87 7
                                    


Kiara berjalan mundur dengan pelan, sambil menghapus air matanya yang terus berjatuhan. Kiara memegang dadanya yang terasa sesak ketika mendengar kalimat dari mulut Karel. perempuan yang rambutnya digerai itupun menuju toilet perempuan yang berada tak jauh dari situ. Tapi, Kiara membuat kesalahan yaitu menimbulkan suara bergeseknya sepatu dengan lantai sekolah. Ia pun berlari menjauh ke toilet, samar-samar ia mendengar suara Derly memanggil namanya.

Kiara memasuki toilet yang sunyi itu dengan terisak-isak, niatnya yang ingin menghibur Dinda di kantin malah jadi kacau gara-gara ia berbalik menemui Karel.

"Jadi gini ya namanya patah hati?haha. sakit banget."ucap Kiara didalam hatinya, sambil membuka keran air dan mengusap ke arah matanya.

Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu toilet, "Kiara."

Itu suara Karel.

Kiara diam untuk beberapa detik, dan matanya kembali meneteskan air mata lagi, lalu ia menghela nafasnya, ia menuju pintu toilet dan membukanya.

Terlihat Karel ingin menjelaskan sesuatu, tapi Kiara langsung menghentikannya, "Stop kak. Biarin gue sendiri dulu, jangan deketin gue kalau dihati lo masih ada perempuan lain."Kiara menghembuskan nafasnya, "Salah banget sih, kalau gue berharap lebih sama lo. Kalau aja dari awal gue tahu ending-nya gini, gue memilih buang jauh-jauh perasaan bodoh ini."

Kiara memilih berjalan meninggalkan Karel yang masih berada tepat didepan toilet perempuan, Kiara kemudian berlari kecil menuju kelas.

Sementara Karel, hanya termangu diam didepan toilet tanpa berniat mengejar perempuan itu.

***

"Jadi itu aja rapat kita hari ini, ada pertanyaan?"tanya Derly sambil meletakkan spidol di meja.

Karel hanya melamun sambil memainkan pulpennya dan mencoret-coretkan di note.

Derly memperhatikan wakilnya tersebut, dan ia menghela nafasnya. Ini pertama kalinya, Karel tidak fokus dengan rapat.

"Kalau tidak ada pertanyaan lagi, rapat hari ini sampai disini aja. Sekian."ucap Derly.

Anggota osis yang lainnya pun membereskan alat tulisnya dan memasukkan ke dalam tas, kecuali Karel, ia maish termangu dalam pikirannya mengenai Kiara, laki-laki itu tidak bergerak sedikitpun, sampai akhirnya Derly menyenggol lengannya.

"Ya der? Kenapa?"tanya Karel sambil memperhatikan kursi-kursi yang ada diruang rapat telah kosong hanya ada dia dengan Derly, "Yang lain mana der?"

Derly menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, "Daritadi lo gak dengerin rapat rel?"

Karel mengusap wajahnya dengan kasar, "Maafin gue der, gue terbawa masalah pribadi."

Derly mengangguk paham, "Gue tahu lo lagi kacau, karna Kiara denger percakapan kita tadi, tapi kalau lagi rapat osis, gue harap lo gak kayak tadi lagi."

Karel mengangguk dan tersenyum tipis, "Iya, maaf."

Derly mengusap rambutnya, "Jadi rencana lo selanjutnya apa?"

Karel menggeleng, "Gak tau. gue udah hopeless."

"Lo pengecut."cetus Derly.

Karel menoleh ke arah Derly, "Dia gak butuh penjelasan gue lagi."

Derly menghela nafasnya dengan kasar, "Lo harus jelasin semuanya, sekalipun ia bilang gak butuh, karena sebenarnya dia membutuhkan penjelasan dari lo."

***

Walaupun hatinya masih terasa nyeri, Kiara tetap berusaha fokus ke pelajaran fisika. Dia berusaha memahami materi mengenai besaran vektor.

Noisy and QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang