15. Kiara Sakit dan Karel Khawatir

1.6K 100 1
                                    

Tiga hari sebelum pementasan seni, Derly selaku ketua osis menjadi benar-benar sibuk begitu juga Karel wakilnya. Karelpun juga harus pandai-pandai mengatur waktu antara osis dengan latihan nyanyi bersama Kiara. mereka akhirnya memilih lagunya James Arthur yang berjudul Say You Won't Let Go.

Karel yang sedang berusaha menghapal lirik lagu tersebutpun terganggu dengan teriakan Derly, "Lo kenapa sih der?"

Derly yang terengah-rengah akibat berlarian dari ruang osis menuju ruang musik tempat Karel berada, "Jadi lo daritadi disini?"

Karel mengangguk acuh, dan kembali memainkan gitarnya.

Derly mengusap wajahnya, "Gue frustasi ngurus pensi, rel!"

Karel menghentikan permainan gitarnya, "Kenapa emangnya?"

Derlypun duduk di kursi yang berhadapan dengan Karel, "Ternyata si Nico yang gue suruh buat ngurus konsumsi malah belum mesenin konsumsinya."

Karel memutar bola matanya, "Kan udah gue bilang, cowok kalo ngurus konsumsi gak bakal becus. Suruh Devie aja noh. Lagian tugas dia buat ngedekor udah selesai juga kan?"

Derly mengangguk-angguk sambil tersenyum, "Lo emang wakil ketos yang pintar, rel."ucapnya sambil menepuk-nepuk pundak Karel, "Btw, lo gak latihan sama Kiara?"

Karel mengendik acuh, "Kiara lagi gak enak badan kata temennya."

Derly menghela nafasnya, "Terus Kiara dimana sekarang?"

"Dikelas."ucap Karel singkat.

Derly berdecak kesal, "Harusnya lo samperin dia. Siapa tahu lo jadi penyembuh sakitnya? Ntar kalo dia sakit sampe hari pensi dimulai, mampus lo."

Karelpun memikirkan perkataan Derly, "Iya juga sih."

Derly tersenyum senang, "Samperin deh lo sana."

Karel mengangguk dan menaruh gitarnya di kursi dan berjalan ke luar ruang musik menuju kelasnya Kiara.

"Lo hanya perlu membuka hati lo lagi, rel. setelah itu lo bakal balik kayak dulu, Karel yang hangat kepada siapapun."batin Derly sambil tersenyum. Derly memang mengetahui semuanya, termasuk masa lalu Karel yang kelam.

***

Karel menengok ke dalam kelasnya Kiara, dan disana cuman ada Kiara dengan sahabatnya Dinda, kelasnya sepi karena ini jam kosong ada rapat guru. Karel menghampiri Dinda yang sedang mengusap bahunya Kiara.

"Dia kenapa?"tanya Karel dengan wajah datarnya, walau ada terbesit sedikit kekhawatiran.

Dinda terkejut karena dia tidak menyadari Karel masuk ke kelasnya dan menanyakan hal tersebut, "Katanya pusing, terus perutnya sakit. Dia lagi pms."

Karel mengangguk paham, "Terus dia sekarang tidur?"

Dinda menggeleng, "Dia cuman meremin mata dan masang earphone."

Karel manggut-manggut paham, dan tidak mengajukan pertanyaan lagi. Ia hanya terdiam menatap Kiara yang menelungkupkan kepalanya diantara tangan mungilnya. Karel bingung kalau perempuan lagi pms diapain ya biar sembuh?

Karel melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, 15 menit lagi bel pulang berbunyi, "Lo pulang naik apa?"

Dinda menoleh ke arah Karel, "Gue dijemput kak."

"Kiara?"

Dinda berpikir, "Biasanya sih dijemput juga."

Karel mengangguk dan tersenyum tipis, "Kiara pulang sama gue aja."

Karel yang ingin keluar kelaspun ditahan Dinda, "Lo kan gak pake mobil kak."

Karel menghela nafasnya, "Gue minjem mobilnya Derly, yaudah gue ke kelas dulu ngambil tas terus ngambil kunci mobilnya Derly dan kesini lagi. Lo jagain dulu Kiara."

Dinda sukses dibuat melongo karena kalimat yang dilontarkan Karel cukup panjang dari biasanya, Dinda hanya mengangguk dan Karelpun keluar kelas.

Dinda menatap Kiara yang masih saja memejamkan matanya, "Ki, gue yakin lo bakalan bisa luluhin hatinya kak Karel."

***

Ketika bel sudah berbunyi, Karel menyuruh Dinda membangunkan Kiara. Dindapun mengangguk patuh dan menepuk-nepuk bahu Kiara, "Ki, bangun. Udah bel pulang."

Kiarapun terbangun dan melepas earphonenya, kemudian memegang kepalanya yang masih saja terasa pusing, "Din, masih pusing, gue takut pingsan di jalan."

Karel menatap Kiara dengan khawatir, "Gue bantu lo jalan. Gue pastiin lo gak pingsan."ucap Karel dengan nada lembut.

Dinda terkejut bukan main dengan perilaku Karel yang menjadi begitu hangat, "Iya, ki. Lo pulang sama kak Karel aja ya, kalau lo nunggu mang Udin bisa-bisa lo pingsan di gerbang."

Kiara menatap Karel sambil mengernyit, "Kak Karel? tapikan dia bawa motor, ntar kalau gue—"

"Gue minjem mobilnya Derly."ucap Karel dengan cepat.

Kiara akhirnya mengangguk mengiyakan.

Dindapun membantu Kiara berdiri, dan Karel hanya melihat dengan datar keduanya, "Ck, ini kak Karel gak peka amat."batin Dinda.

Karel mengambil Kiara dari Dinda, ia merangkul Kiara dengan lembut, kemudian kepala Kiara disandarkannya ke dada, "Is it better?"tanya Karel sambil menggenggam Kiara.

Kalau saja kepala Kiara tidak pusing, mungkin Kiara sudah berteriak-teriak kegirangan karena perlakuan Karel kepadanya, yang Kiara lakukan hanya mengangguk didalam pelukan Karel.

Dan Dindapun gemas melihat Karel dan Kiara, "Engg—kak? Gue balik duluan ya."

Karel mengangguk acuh, dan bersamaan dengan itu Deno masuk dengan dua temannya. Saat itu juga hati Deno hancur sehancur-hancurnya.

Dinda yang baru sampai pintu kelas dan berpapasan dengan Denopun menepuk bahu Deno, "Jangan ganggu mereka, gue tahu lo suka sama Kiara. tapi, Kiara suka sama kak Karel, gue tahu itu."

Deno mengangguk patuh walau hatinya teriris.

***

Sesampainya di rumah Kiara, Karel membantu Kiara berjalan. Karel mengetuk rumah Kiara, untungnya Cintia baru saja balik dari kantor dan membukakan pintu untuk mereka berdua.

"Yaampun Kiara kenapa?"tanya Cintia dengan rasa khawatir yang sangat tinggi.

Karel tersenyum tipis, "Kata Dinda sih, dia pusing dan sakit perut."

Kiara mengangguk lemas, "Lagi pms mi, biasa."

"Biasa apanya? Biasanya kamu gak gini, kecuali kamu begadang. Atau kamu tadi malem begadang ya Kiara?"cerocos Cintia sambil mengusap dahi anaknya.

Kiara tersenyum lemah dan mengangguk, "Kiara ngapalin lagu buat pensi."

Mendengar kata pensi Karel memutar bola matanya, "Ya tapi jangan segitunya juga lo ngapalinnya sampe begadang lagi. Kalau lo gini, ntar nyanyi sama gue siapa?"

Cintia terkekeh geli mendengar omelan Karel, "Nak Karel khawatir ya sama Kiara?"

Karel menggeleng, dan melepas rangkulannya, "Karel pulang duluan ya tan."

"Kok buru-buru sih?"tanya Cintia sambil merangkul anaknya.

Karel tersenyum, "Ada tugas tante."

Cintia tersenyum dan mengangguk, "Yasudah hati-hati ya Karel."

Karel mengangguk dan berjalan ke arah mobil Derly berniat untuk balik ke sekolah mengembalikan mobilnya Derly.

*** 

A/n: lagi mood nulis jadi update dua part sekaligus hehe. 


vote and comment:))

11 April 2017

Noisy and QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang