19. Kiara sedih dan Karel cemas

1.5K 93 3
                                    

Sejak diantar pulang dengan Deno, Kiara terus mengurung diri di kamar, ia menangis tersedu-sedu. Cintiapun sudah membujuk Kiara untuk keluar kamar, tapi hasilnya tidak ada, bahkan maminya tersebut sudah membuatkan makanan kesukaan Kiara, dan Kiara tetap tidak mau keluar kamar.

Cintia cemas dengan keadaan Kiara di kamar seperti apa, ia tahu kejadiannya setelah diceritakan oleh Dinda dan Deno. itu bukan salah Karel sepenuhnya, Cintia mengerti emosi remaja jaman sekarang yang masih naik turun, terutama anak satu-satunya yang sangat labil.

Cintia memilih untuk menghubungi Della, bundanya Karel, karena mereka berdua sudah bertukar nomor di acara ayahnya Karel kemarin. Setelah dering ketiga, Della baru mengangkat panggilan dari Cintia.

"Assalamualaikum, kenapa bu?"tanya Della dengan nada halus.

Cintia menghela nafasnya, "Waalaikumsalam, gini bu Della, soal Kiara dan Karel."

Della terdengar menghela nafasnya juga, "Oh iya, maafkan anak saya Karel ya bu Tia. Karel udah cerita kok, dan saya marahin habis-habisan tadi."

Cintia menggeleng, "Bukan salah Karel sepenuhnya kok, bu Della. Tapi, bisa minta tolong Karel buat bujukin Kiara keluar kamar gak? Semenjak pulang, ia gak mau keluar kamar dan ngurung diri sampe gak makan."

"Tenang aja bu Tia, saya nanti akan mencoba Karel buat bujuk Kiara."ucap Della dengan lembut.

Cintia tersenyum tipis, "Makasih banyak, bu Della."

Dellapun menyahut diseberang sana, "Sama-sama bu."

***

Di rumah Karel, Della menghampiri anak keduanya yang berada di taman belakang yang sedang menatap kosong ke arah kolam ikan koi.

"Karel."panggil Della dengan lembut.

Karel menoleh ke arah belakang, "Kenapa bun? Mau marahin Karel lagi? Marahin aja bun, Karel memang pantas—"

Della dengan cepat memotong kalimat Karel, "Bukan, bunda mau nanya."

Dellapun duduk di samping Karel, dan tersenyum ke arah anaknya, "Bunda mau Karel jujur, Karel kenapa mukulin orang itu?

Karel mengusap wajahnya, ia meneteskan sebutir air matanya, ia teringat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Flashback

Disinilah Karel, di depan kamar inap seorang perempuan yang sangat dicintainya, didalam sana, perempuan itu berjuang keras untuk melawan penyakit mematikan itu. Karel benar-benar kacau pada saat itu, bayangkan saja disaat kalian sudah mencintainya, tapi orang itu malah ingin pergi dari kalian. Sakit bukan?

Tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampirinya, laki-laki berbadan tegap berwajah manis, "Lo Karel?"

Karel hanya bisa mengangguk saat itu, sambil menyenderkan tubuhnya ditempat duduk.

"Gue calon tunangannya, dia sudah setuju."jelas laki-laki itu.

Karel mengernyitkan dahinya, "Yang benar aja, kok masih smp udah tunangan?kok Dhea gak pernah cerita?"batinnya.

Laki-laki itu tersenyum kecut, "Gue tahu, lo cintakan sama dia? gue juga cinta sama dia, gue juga gak mau kehilangan dia, minggu depan gue sama keluarga gue bawa dia ke Singapura."

"apa? Singapura? Enggak, Dhea disini aja."ucap Karel dengan tegas.

Laki-laki itu menggeleng, "Lo mau Dhea hidup bahagia gak? Biarin gue bawa dia ke singapura dan dia sembuh, gue janji gue akan jaga dia demi lo."

Noisy and QuietTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang