Tatapan Itu..

2.4K 103 0
                                    

Ospek sudah berakhir, Sarah tak lagi harus terburu-buru berangkat ke kampus karena jadwal kuliahnya rata-rata di siang hari. Namun karena Sarah kurang betah jika di rumah hanya ada Mbak Parida saja, jadi dia pergi lebih awal ke kampusnya dengan menggunakan angkot, mungkin dia akan mampir dulu ke perpustakaan.

Ospek tidak begitu berkesan untuknya, namun ia juga bersyukur tidak terkena hukum lagi, kakak senior yang dulu sempat  Sarah anggap pangeran berkuda putih yang ternyata bernama Fikri Albana Dewangga itu adalah mahasiswa kedokteran. Dia sangat terkenal dikalangan mahasiswa karena ketampanannya dan keaktifannya di berbagai organisasi kampus. Tak sedikit para mahasiswi yang ngefans padanya, namun sikapnya terlalu dingin menurutnya.

Oh iya. Lelaki yang membela Sarah juga, Gibran Reksa Dewangga,namanya. Ternyata dia tidak senaif itu untuk menjauhi Sarah, buktinya setelah kejadian itu, Gibran selalu menghampirinya untuk sekedar berbincang sebentar, dia orangnya supel dan Sarah menyukai sikapnya itu, dibalik sipatnya yang dulu bak Mario Teguh itu ternyata dia menyimpan sebuah sifat yang unik dan pecicilan. Hobi menggombal tak tanggung-tanggung sampai dosen aja digombalin. Setelah berbulan-bulan mengenalnya yang notabene adalah teman sekelas, Sarah jadi dekat dalam artian sahabat. Dia juga sangat populer karena kelakuannya itu, jika pada kak Fikri para mahasiswi akan segan beda halnya pada Gibran, mereka akan berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk menjadi pacarnya, bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari mendengar ucapan I LOVE YOU bagi Girbran, namun anak itu hanya menanggapinya dengan santai. Jika ada yang mengatakan itu, dengan santai dia akan menjawab “ I LOVE ME TOO” untung ganteng, kalau enggak padi sudah di tabok sejuta umat karena kepedeannya yang berlebihan. Oh iya Sarah tidak tahu menau mengapa kak Fikri dan Gibran memiliki nama belakang yang sama, mungkin nama itu sedang populer ketika mereka lahir.

Bukan hanya Gibran teman dekat Sarah di kampus ini, namun Sarah juga memiliki banyak orang yang selalu ada untuknya, terlebih mereka ada dalam satu organisasi, ada Rere, Alim, Zeihan, Putri, Okta. Mereka cukup solid selama ini, sehingga Sarah tak perlu merasa asing menjadi pendatang di kota ini.

+++

Sesampainya di kampus Sarah langsung menuju kantin universitas karena ada janji bersama Gibran dan teman-temannya yang lain. Ada tugas pengantar akuntansi satu yang harus dikumpulkan hari ini, dan teman-temannya yang sama nasibnya dengan Sarah yaitu pindahan dari IPA sangat awam dengan namanya akuntansi, jurnal, ledger, worksheet atau bahkan laporan keuangan. Maka mereka berinisiatif untuk belajar bersama. Ternyata jurusan sosial tidak bisa dianggap remeh, karena faktanya lebih susah dibanding mengerjakan soal kimia. Ditambah lagi, Sarah yang tadinya ingin menghindari pelajaran berbau matematika, malah ingin muntah dengan SKS yang diambil semester ini, semuanya tersembunyi dengan nama ekonomi namun isinya matematika.

Namun bukan Sarah namanya jika tidak bisa mengatasi ini, diantara perkumpulan ini, ada Rere yang memang lulusan SMK jurusan Akuntansi, jadi dia sudah paham betul kalau Cuma disuruh buat jurnal, ledger atau worksheet. Jadi mereka saling membantu sama lain, berkah sudah hidup ini.

+++

Sarah menunggu cukup lama di kantin namun teman-temannya tak kunjung datang, ngaret seperti biasa. Sarah menyisir penjuru kantin, tak sengaja matanya menangkap sosok yang ia kenali, kak Fikri? Sarah langsung memalingkan wajahnya saat Fikri juga menangkap Sarah yang tengah menatapnya. Karena penasaran, Sarah memberanikan diri untuk melihat lagi kearahnya, terkejut karena nyatanya Fikri masih menatapnya.

kenapa dia ngeliatin kearah sini?? Masa ngeliatin aku sih’ ujarnya risih

Untungnya kerisihan itu tak bertahan lama, saat Gibran, Zeihan dan Rere masuk ke kantin dan duduk bersama di bangku tempat Sarah berada.

Mereka pun mulai berdiskusi, belajar bersama mengenai bagaimana cara membuat jurnal dan ledger.

“oy ngelamun aja” Fikri langsung mengalihkan perhatiannya. Ada Azi di sana, tengah cengir karena mengganggu fokus Fikri.

“ngeliatin apa sih bruh?” Azi mulai jelalatan mencari apa yang tengah Fikri lihat, dan bingo dia mendapati gadis berkerudung jingga tengah sibuk mencatat

“hati-hati zinah mata” ucap Azi meledek Fikri. Sedang Fikri hanya mendengus

“fik, mendingan lo samperin, jangan Cuma di lihatin. Lo suka sama dia?” cerocos Azi penuh tanya

“kepo banget lu” ujar Fikri, sambil mengaduk es teh nya dengan sedotan

“kalo suka, samperin, bilang, nikahin sekalian. Ntar jatohnya zinah mata” nasihat Azi. Fikri hanya mengangguk malas, tak lagi menatap kearah Sarah, yang sejak tadi menyedot perhatiannya.

+++

SAKINAH DENGAN MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang