"malam ini, kamu--mau tidur bersama?" tanya Gibran menatap lurus pada Sarah.
"ya" Sarah mengangguk setelah bebrapa detik mencerna ucapan Gibran
Lalu Gibran menghampiri Sarah dan duduk berdampingan dipinggir ranjang.
Sebelum suasana kembali canggung Gibran mengatakan
"ini pertama kalinya mas sengaja tidur disini""hm, tau gitu aku bakal rapih-rapih dulu" ucap Sarah sambil menatap sekeliling kamarnya, berharap masih dalam level wajar dan nyaman.
"gapapa, mas suka, ini kamu banget, baunya juga--"
"tunggu-aku bau?"
"nggak--bukan gituu" Gibran menggaruk kepalanya bingung. Sedang Sarah mengendus bagian tubuhnya untuk mencium bau yang mungkin dikeluarkan tubuhnya saat ini
"ayo tidur udah malem" interupsi Gibran lagi, Sarah mengangguk canggung. Sedang Gibran menatap bantal yang hanya ada satu dikamar itu sehingga dia pamit sebentar untuk mengambil ke kamarnya. Ini adalah kesempatan bagi Sarah, dengan kecepatannya ia mengambil pengharum ruangan di Meja sudut ruangan dan menyemprotkannya ke seluruh ruangan, ia juga melipat kerudungnya dan sekarang Gibran akan melihat dia tanpa hijab untuk pertama kalinya. Sebelum Gibran datang Sarah makin gusar, sampai harus menentukan posisi nyaman untuknya ketika Gibran muncul.
Sarah mengambil posisi tidur menyamping dan menutup matanya rapat-rapat saat Gibran masuk ke kamarnya. Melihat itu, Gibran hanya tersenyum lalu memposisikan dirinya disamping Sarah. Ia juga berbaring menyamping dengan lengan sebagai bantalnya menatap Sarah yang sudah memejamkan matanya, gibran hanya diam meski tahu Sarah belum tidur. Tak lama, Sarah membuka matanya untuk kemudian melihat Gibran yang masih menatapnya
"belum tidur?" Tanya Sarah. Gibran menggeleng pelan sambil memamerkan senyumnya
"boleh aku peluk" ucapan Sarah membuat Gibran sedikit terkejut, namun dengan segera ia menarik tubuh istrinya agar lebih dekat dengannya. Sarah meringsek menenggelamkan wajahnya di dada bidang Gibran dan Gibran memeluk istrinya erat. Nyaman. Perasaan canggung itu menguap entah kemana digantikan dengan perasaan nyaman dan tentram. Mereka menghembuskan napas teratur lalu Sarah menatap Gibran dalam jarak yang sedekat ini mereka bisa saling mengamati lebih jelas. Sarah baru menyadari Gibran memiliki mata berwarna coklat cerah membuatnya terhipnotis seakan tertarik lebih dalam. Sedang Gibran mengamati setiap inchi wajah istrinya yang lugu. Wajah tanpa pernah bersentuhan dengan kosmetik itu tampak berseri dengan alis tebal yang hampir menyatu satu sama lain. Pipinya yang tidak tirus maupun chubby di tambah lesung pipi itu sangat manis, dan tatapan matanya yang begitu menyejukan membuatnya ingin berlama-lama dalam posisi seperti ini. Lalu mata Gibran beralih ke bibir Sarah yang tidak terlalu pink namun sangat indah jika tersenyum itu mampu membuat pertahannya roboh.
"boleh mas msnciummu?"
+++
Sarah terbangun saat matanya bersebobrok dengan sinar matahari yang menyorot dari celah jendela yang mengahadap timur. Ia tidak menemukan Gibran disana. Syukurlah, kalau Gibran ada disana Sarah tidak tahu harus melakukan apa. Oke, sikap malu-malu nya ternyata masih belum hilang 100 persen. Bahkan setelah Gibran menciumnya kemarin malah semakin malu dirinya untuk melihat Gibran esok hari.
Jam sudah menunjukan angka 6 lebih 30 menit. Sarah memang sedang tidak sholat, tapi biasanya dia tidak bangun sesiang itu, mungkin karena terlalu nyenyak. Tunggu! Seperti film, ingatannya memutar kejadian tadi malam.
"haishhhh" Sarah menjambak rambutnya sendiri merasa bahwa dirinya benar-benar payah. Bisa-bisanya ia pingsan ditengah ciumannya bersama Gibran. Sarah merasa aneh bahwa tidak ada yang pernah berjalan lancar dikehidupannya. Kenapa harus memalukan seperti ini?
Sarah lalu keluar dari kamar dan mendapati telur dadar yang dihiasi emotikon smile diatasnya dengan saus sambal. Lalu ada susu UHT beserta nasi. Tangannya refleks mengambil note warna kuning di pinggir piring menempel pada meja.
Mas cuma bisa masak ini sayang. Dimakan ya biar ga pingsan lagi hehe. Mas tau arti Sarange dari Rere, nado Sarange cintaku
Sarah tidak bisa untuk tidak terkikik geli melihat note yang sudah pasti dari Gibran itu. Terharu melihat usaha gibran, kesal karena membahas pingsan dan geli melihat tulisan typo-nya.
tak menunggu lama ia langsung melahap telur dadar buatan suaminya. namun, sepersekian detik Sarah berhenti mengunyah.
"apa Gibran ngga bisa bedain gula sama garam?" celetuknya saat pertama kali memakan telur dadar yang rasanya manis. (inget pas Gibran bikin teh manis tapi asinn? kkkk)
+++
dalam drama yang aku tonton atau novel yang aku baca. kiss atau menikah adalah sebuah ending yang bahagia. kini aku mengerti kenapa hal itu harus menjadi inti ending yang bahagia. karena kisah sebenarnya dimulai dari kedua hal tersebut dan juga orang-orang tak ingin mengetahui kebenarannya. karena kisah nyata bisa sangat menyakitkan dan kelam. ciuman ataupun pernikahan bukan berarti itu akhir yang bahagia dalam kehidupan nyata.
kisah pria itu dan aku, kini baru bermula. -Sarah Maharani.
💕💕💕how? masih layak lanjut or stopppp mwheeee
p.s 🙈🙈🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKINAH DENGAN MU
Spiritualjika tak ku temukan cinta, biar cinta yang menemukan ku.