Setiap pagi kehidupan Rere, gadis tomboy yang sedang belajar hijrah itu selalu diawali dengan keributan yang kentara. Tak terkecuali hari ini, dengan suara teriakan yang tidak ada feminin-femininnya itu ia mengubrak abrik tumpukan baju yang belum di setrika bi Ida, pembantu rumah tangga dirumahnya.
"Aughhh kaos kaki gue kemana sih" gerutunya
"Nyari apa sih sampe orang rumah kalang kabut gegara teriakan lo udah kaya di hutan aja" adalah Bang Gani, satu-satunya saudara yang Rere punya dan sekaligus satu-satunya manusia yang ingin dimusnahkan dari muka bumi karena sikap tengil nya
"Hidup mati gue ini" Rere tak punya waktu untuk sekedar menoleh kearah Gani, ia terus mengobrak abrik kamarnya demi kaos kaki coklat yang akan ia gunakan hari ini
"Lebay lo"
"Eh keong racun, diem aja kalo gak guna" Rere semakin kalang kabut ketika jam sudah menunjukan pukul delapan kurang sepuluh menit itu artinya dia hanya punya waktu sepuluh puluh menit ditambah lima belas menit toleransi keterlambatan yang sudah menjadi perjanjian mahasiswa dengan dosennya ketika kontrak kuliah, sedangkan untuk sampai ke kampusnya ia bisa menghabiskan waktu sekitar 30 menit dari rumahnya itupun dengan kecepatan super ngebut dengan motor matic nya.
"Nyari apa makannya? Gue bantuin elah"
"Kaos kaki" jawabnya singkat
Gani mendengus, melipat kedua tangannya didepan dada
"Kalo aja lo ngomong dari tadi, mungkin lo gak bakal teriak gak karuan plus gak telat ngampus" ucap Gani membuat Rere mendelik sebal
"maksudlo?"
"Tuhh" tunjuk Gani ke sudut kamar Rere dengan acuh
"Kamprett gak bilang dari tadi lo" teriak Rere yang langsung mengambil kaos kaki yang tergulung disudut kamar tersembunyi dibalik pintu
"Bahasanya ampun dah" Gani lalu melangkah pergi tanpa menunggu ucapan adiknya itu, ia yakin seratus persen Rere tidak akan mengucap terimakasih barang sekalipun.
+++
Rere mendesah ketika melihat jarum jam ditangannya terus berdetak tiap detik itu artinya waktu yang dia punya makin menipis, yang paling mengesalkan adalah dia tidak bisa membawa motornya lebih cepat melihat padatnya lalu lintas. Tidak kalah kesal ketika dia melihat sekumpulan polisi berompi hijau tersebar di jalanan yang sudah pasti ada operasi polisi disana, dengan kesal ia menepikan motornya.
"selamat pagi, Maaf bisa saya melihat kelengkapan surat kendaraannya"
Tanpa basa-basi Rere mengeluarkan dompetnya dan mengambil SIM beserta STNK atas nama bapaknya itu dan langsung menyerahkannya pada Petugas. Rere tidak mengucapkan apapun seperti orang yang suka SKSD sama orang baru ditambah mereka adalah polisi, dari dulu dia sangat tidak menyukai profesi itu. Bukannya apa-apa, dia pernah berurusan dengan yang namanya polisi akibat terkena tilang ketika zaman SMA dulu, menurutnya polisi itu tidak bisa mendengarkan dengan baik, tidak mudah percaya bahkan jika kita menjelaskan satu alasan sampai mulut berbusa.
Rere mendengus ketika polisi itu masih memeriksa surat-suratnya ditambah dia sampai membandingkan foto yang tertera di SIM dengan dirinya. Membuatnya semakin kepepet saja
"Udah pak, itu saya kok" ucap Rere ketus.
Namun pak polisi itu masih diam tak menggubrisnya
"Niat banget bikin gue telat" gerutunya
Rere mengedarkan pandangnya, polisinya banyak, sepertinya sedang melakukan operasi gabungan. Lalu tatapnya berhenti pada seorang polisi yang dengan sok cool nya menyender di mobil polisi. Ya..seperti polisi kebanyakan dia juga memiliki postur tubuh tinggi dengan baju seragam coklat yang pas di tubuhnya. Kalau saja dia bukan polisi, mungkin Rere sudah kepincut karena bentukan laki-laki itu seperti Ji Chang Wook, aktor korea kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKINAH DENGAN MU
Espiritualjika tak ku temukan cinta, biar cinta yang menemukan ku.