Cemburu Menguras Hati

2.2K 91 13
                                    

Katanya kesuksesan itu terjadi ketika kita selalu mencoba dan mencoba.  Tidak ada kata menyerah meski percobaan itu gagal.  Dan Gibran masih di percobaan pertama,  dia yakin masih ada kesempatan  lain yang dapat membuahkan hasil yang diinginkan. Tidak perlu terburu-buru yang penting dia sudah setahap lebih jauh dari sebelumnya.

Gibran bilang dia ingin mencoba. Mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Sarah,  mencoba membuat kehidupan pernikahannya dari awal lagi untuk yang sebenar-benarnya dan mencoba membahagiakan wanita yang menjadi istrinya ini.  Tapi percobaan ini tidak mudah seperti yang ia bayangkan,  setelah semua terjadi sulit untuk memulai dari awal,  dan lagi sikap gengsi nya yang selangit susah sekali untuk ia buang jauh-jauh.  Syukurlah yang menjadi istrinya ini adalah Sarah,  meski mungkin dia akan heran,  bingung, canggung dan segala macam kata yang tidak terdefinisi untuk menggambarkan sikap Gibran tapi dia bisa memakluminya.

Pagi tadi sekitar pukul dua tiba-tiba kepalanya terasa perih terbentur lantai akibat pergerakan tak terduga dari  Sarah.  Dia yang masih tidur tidak bisa mengatasi serangan itu dan langsung pasrah tersungkur dengan kepala yang terlebih dahulu mencium lantai. Sungguh  sebenarnya Gibran ingin tertawa melihat ekspresi terkejut sekaligus bersalah dari wajah Sarah namun yang ia lalukan malah pergi begitu saja dari kamarnya sambil memegang kepala yang berdenyut.  Ia yakin Sarah akan salah paham dan menyangka dirinya marah.

padahal tidak, dia tidak marah jika Sarah membuat kepalanya benjol sekalipun. Ia hanya masih belum tahu harus bersikap seperti apa untuk memulai kembali.

Sarah menyiapkan sarapan pagi lagi,ia yang memang terjaga sejak kejadian itu,  lalu keluar dari kamar untuk melihatnya.  Duduk di pantry untuk sekedar melihat pergerakan Sarah  yang cekatan memasak nasi goreng. Sarah yang menyadari keberadaan Gibran malah gerasak gerusuk membuatnya menahan diri untuk tidak tertawa.

Mereka memakan sarapan dalam diam, Gibran ingin mengomentari masakan Sarah yang ternyata enak itu malah berakhir dengan kecepatan  makan yang lebih cepat dari biasanya.  Dia selesai duluan lalu pergi  begitu saja, jangan ditanya betapa kesalnya dia setelah ini.  Benar-benar!

"nasi goreng tadi enak,  makasih" dan akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulut Gibran, rasa lega menjalar dihatinya. Bahkan terasa hangat saat melihat  rona merah di wajah ayu Sarah.

Setelah keluar dari mobil, Gibran berjalan beriringan dengan Sarah. sebelumnya ia meminta Sarah untuk mengantarnya ke ruang prodi,
"mau apa ke ruang prodi?"

"ngurusin kepindahan"

"pindah?" tanya Sarah bingung

"hm aku belum bilang,  aku mau pindah ke kelas karyawan. Aku mau kerja Sarah. Buat kita" katanya dengan senyuman, sudah dua kali ia melihat senyum Gibran  yang entah sejak kapan menjadi favoritnya. Ada perasaan hangat sekaligus sedih. Hangat karena sadar atau tidak, tadi Gibran  bilang 'kita' dalam ucapannya. Dan sedih Sarah tidak bisa melarang Gibran untuk tidak pindah dan tetap dikelas reguler bersamanya,  Sarah tahu itu merupakan sebagian dari niatnya untuk memulai kembali kehidupan  pernikahan mereka.

Ia menunggu Gibran di kursi kayu depan prodi. tak menghabiskan waktu lama,  Gibran sudah selesai mengurus kepindahan nya di prodi.  Mereka lalu berjalan menuju kelas yang berada di lantai dua.

Tiba-tiba saja tangan Gibran yang lebih besar dari tangan Sarah itu menggengamnya erat.  Sarah terkejut langsung menatap Gibran,  sedangkan  Gibran hanya tersenyum kikuk dan tetap berjalan tanpa melepaskan tautan jemarinya di jemari Sarah, ia tidak menolak karena jika terlepas mungkin dia sudah terjerembab saking lemasnya, Pikirnya hiperbolis.

+++

"aduh jangan bikin iri dong" ucap Okta saat Gibran dan Sarah memasuki kelas berbarengan

"dih makannya kawin  sana.  Iri bae" komentar Alim

SAKINAH DENGAN MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang