Sarah terkejut saat mendengar ucapan Gibran, pacaran katanya?
Namun tetap saja, disinilah dia sekarang. Duduk berdua ditaman tempat wisata alam didaerah lembang bersama Gibran yang mengajaknya kencan setelah selesai menunaikan sholat dzuhur.
Gibran lucu, setidaknya itu yang ada dipikiran Sarah saat ini. Tiba-tiba bilang pacaran yang membuatnya mau tidak mau tergelitik hatinya karena ucapannya itu dan kini membuatnya senyum-senyum sendiri.Gibran bilang mau nyobain gimana sih rasanya pacaran abis nikah yang selalu digembor-gemborin netizen yang mempelopori pacaran halal di sosial media
"ternyata bener ya. Pacaran sesudah menikah, alias pacaran halal itu enak, ni'mat pake a'in" ucap Gibran sambil tersenyum memamerkan gigi rapinya, sudah lama Sarah tidak melihat Gibran dengan prilaku dan ucapannya seperti ini, mengajaknya kembali ke masa dimana ia bertemu pertama kali dengan Gibran dan memulai pertemanan dengannya.
"nikmat apanya ?"
"bisa gini" Gibran meraih jemari Sarah untuk ditautkan dengan jemarinya, jangan tanya bagaimana ekspresi Sarah saat ini. Ia menatap jemarinya yang kini berada dalam genggaman Gibran, rona merah terpancar dipipinya. Ini pertamakalinya untuknya.
"apaan ih, lagi ditempat umum juga" setelah kesadaran datang Sarah buru-buru menarik tangannya dan melihat kekehan Gibran yang kentara sekali sedang mengejek
"kenapa ketawa"
"pipinya merah ih gemes" ucapnya santai membuat Sarah berkali-kali menahan napas
Sarah beranjak dari tempat duduk itu, bejalan menyusuri taman buatan yang dihiasi berbagai bunga dari manca negara, terlihat sedap dipandang. sedangkan Gibran terkekeh dengan senyum manisnya melihat Sarah berjalan dengan sweater kebesaran miliknya yang tadi ia berikan karena cuaca dingin setelah turun hujan. Dengan penuh inisiatif Gibran berjalan dibelakang Sarah dan voila
Sarah membeku saat Gibran berdiri dibelakangnya, sangat rapat seperti memeluknya dari belakang. Sebelum Sarah melayangkan protes Gibran terbahak sambil meraih lengan sweater dan menggulungnya agar tangan Sarah tidak tenggelam di sweater itu"apaa? Mikirin macem-macem kamu,nakal ya" ucap Gibran menggoda Sarah mendengar itu Sarah maju dua langkah agar lebih jauh dari Gibran lalu berbalik menatap Gibran kesal
"aku bisa sendiri" ucap Sarah sambil mendengus kembali merapikan gulungan sweater ditangan kirinya, mata Gibran berbinar,
"naik itu hayu" Gibran menarik lengan Sarah lembut lalu membimbing nya menuju danau dimana ada perahu kayu bersandar, setelah membayar karcis mereka menaiki perahu itu dibantu pendayung. Menyusuri danau yang dikeliling pepohonan rindang menambah sejuk suasana sore ini.
"Fikri bilang maaf" ucap Gibran tenang
"oh, terus?" tanya Sarah pelan tanpa mengalihkan pandangnya dari riak air yang dihasilkan dari dayung perahu
"ya dimaafin" ucapnya enteng membuat mau tak mau Sarah menatap kearah Gibran sedikit kesal, jawabannya itu lho, jenius.
"jadi sekarang udah selesai?"
"belum, fikri juga bilang maaf ke kamu-"
"aku udah maafin" potong Sarah
"issh bentar dulu dong, gampil banget maafin orang" ucapnya pura-pura tak terima
"emang aku udah maafin mas fikri kok dari dulu juga"
"jangan panggil fikri gitu, gak suka"
"ha?"
"bukannya panggilan mas cuma buat aku"
"apaan sih. Malu sama mamang dibelakang tuh"
Gibran menoleh kearah pendanyung perahu kayu yang sedang terkekeh
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKINAH DENGAN MU
Spiritualjika tak ku temukan cinta, biar cinta yang menemukan ku.