Tidak ada yang bersuara sampai keluarga pak Aris tiba di rumah, Aris dan istrinya sedikit bingung dengan perubahan sikap kedua anak laki-laki nya. Memang mereka sedikit tidak akrab, namun kali ini ada sesuatu yang lebih patal, Aris bahkan merasa pemisah antara mereka semakin berjarak.
Aris, istrinya bahkan anak perempuannya itu tidak bisa berbuat apa-apa kala melihat Fikri maupun Gibran masuk ke kamar mereka masing-masing tanpa mengucap satu patah katapun.
"Mami mereka kenapa sih?" tanya Hani membuka suara setelah beberapa saat saling terdiam
"Entahlah mami bingung, seharusnya ini hari bahagia bukan?" ucap Mami Ana namun Aris hanya mengangkat bahunya bingung.
Kedua anak laki-laki nya memang kurang harmonis dari dulu. Mereka sangat bertolak belakang dari usia belia.
Jika Fikri adalah anak yang suka pergi ke masjid untuk mengaji maka Gibran pergi ke masjid untuk bermain petasan di halamannya. Jika Fikri memilih bergabung di grup nasyid SMA maka Gibran akan bergabung di grup Band SMA, masih mending sih Gibran tidak ikut aliran rock atau metal. Jika Fikri memilih organisasi Rohis maka Gibran akan memilih organisasi pencinta alam. Seperti itulah mereka, sangat berbeda namun tetap darah daging Aris, ia menyayangi keduanya meski dengan cara yang berbeda.
Kalau mereka seperti ini pada akhirnya, ini hanyalah kesalahan Aris. Ya dia sangat mengakuinya. Sejak dulu dia lebih mementingkan Fikri karena dia anak yang bisa diatur, maka mungkin dengan cara selalu mengarahkan Fikri akan membuat dia lebih matang nantinya, berbeda dengan Gibran, Aris membebaskan sepenuhnya anak itu karena dia tahu seperti apa karakternya. Aris pikir dengan itu ia bisa membuat Gibran berkembang sendiri dengan berbagai Kreativitas nya. Namun ternyata hal itu membuat Gibran salah paham, dia sempat membenci Fikri bahkan Aris karena ia menganggap ayahnya pilih kasih, selalu lebih peduli pada Fikri, padahal tidak. Andai saja Gibran tahu.
Baru kali ini Aris membuat keputusan sepihak untuk Gibran, menjodohkannya dengan salah satu teman kampusnya atas rekomendasi Fikri sekaligus karena Aris tahu baru-baru ini Gibran sedang mengagumi seseorang yang ternyata bernama Sarah. Aris merasa tindakannya benar maka ia mengajak keluarga nya untuk segera melamar Sarah agar Gibran senang. Namun yang terjadi malah semakin rumit, seperti ada perang dingin dirumah ini.
dia sudah tidak tahu lagi apa yang dipikir kan anak-anaknya.
+++
Fikri tersenyum getir. Otaknya mungkin sudah rusak karena terlalu banyak belajar anatomi manusia, atau karena hapalan nama-nama ilmiah dari biokimia lanjutan sehingga dia tidak bisa berpikir jernih saat itu. bahkan mungkin dia tidak punya hak kali ini, selama ini apakah dia terlalu memikirkan diri sendiri?
Flashback
saat dimana Sarah menjawab lamarananya itu adalah hari yang paling bahagia didalam hidupnya. bahkan dia langsung pulang kerumah untuk memberi kabar gembira pada keluarga. Akhirnya penantian nya tidak berlarut-larut, dia.sangat.bahagia.
Sampai dirumah yang ia temui malah Gibran, sebenarnya Fikri tidak punya masalah apa-apa dengan adiknya hanya saja Gibran seperti menutup diri dari nya.
"Pulang lo?" tanya Gibran datar. Fikri sempat terperangah. Adiknya barusan bertanya terlebih dulu padanya. Suatu keajaiban karena biasanya jika pun Fikri yang bertanya dia tak akan menjawab hanya dengusan dari mulut adiknya.
"Eh iya nih" jawab Fikri sekenanya, agak canggung karena mereka terbilang Jarang dalam momen seperti ini
"pasti mau ngebangga lagi" ucap Gibran sambil menuangkan air dingin dari lemari es.
"Hah? Maksudnya?" tanya Fikri bingung
"Lo pulang pasti mau pengumuman tentang sesuatu yang mau banggain. Fikri juara satu, menang piala, Fikri masuk kedokteran, ikut exchange, apalagi? Oh atau lo yang lebih pilih gebetan gue. Semua gebetan gue!"
"Lo ngomong apasih?"
"Gue tau lo gak bego fik"
"Dan gue emang gak ngerti" Fikri hendak melangkahkan kakinya ke kamar namun Gibran menginterupsi.
"Clara yang lebih memilih jadi penganggum rahasia anak rohis dari pada pacaran sama anak pencinta alam, banyak sih yang udah gue lupain sampe Sarah---" Gibran meredam emosinya
"gak nyangka lo ahli banget nikung bro" kata Gibran sinis sambil menepuk pundak Fikri.
"Tapi sarah nerima lamaran gue" ucap Fikri
"Bukan urusan gue" Ucap Gibran lalu melangkah pergi meninggalkan Fikri sendiri.
Bukannya kesal dengan tingkah aneh adiknya ia malah merasa bersalah padanya. Gibran memang selalu menjadi sosok yang berkorban menurut Fikri. bahkan dia harus menghapus mimpinya menjadi dokter karena Fikri sudah terlebih dulu mengambil kedokteran, kata ayah kalau sudah ada satu yang jadi dokter maka ayah hanya butuh orang untuk mengelola rumah sakit, dan Gibran berkorban untuk masuk fakultas ekonomi. Tadinya ayah menyuruh Gibran masuk Manajemen namun dia meminta untuk di akuntansi, seperti biasa ayah tidak bisa memaksakan kehendaknya kalu sudah menyangkut Gibran.
Apa sekarang Gibran juga berkorban?
Tentang Sarah. Fikri sengaja mengambil buku catatan Gibran. Dia suka menulis, Fikri tahu. Dan saat itu lah dia merasa menjadi orang paling tidak berguna bahkan untuk adiknya sendiri. Gibran menulis segala perasaan kecewanya terhadap ayah yang tidak mau mengerti dirinya, Fikri yang selalu lebih hebat darinya dan Gibran yang menemui gadis berkerudung jingga yang kemudian ingin ia ajak menikah.
Sungguh ini Gibran? Ternyata sudah dewasa dia.
Sekarang Fikri bimbang, jika dia meneruskan apa yang dia rencanakan maka pasti hati Gibran akan tersakiti kembali karenanya. Sebagai kakak tentu dia tidak ingin itu terjadi.
tapi jika ingin egois, kali ini saja dia ingin pura-pura tidak tahu apa yang terjadi pada adiknya dan tetap meneruskan niatnya pada Sarah.
Aku hanya laki-laki biasa, dengan cinta yang teramat biasa. jika harus egois apa aku masih pantas melakukannya walau hanya sekali setelah menyakiti adik sendiri begitu banyak? Atau apakah inilah saatnya untuk melakukan sedikit pengorbanan dan itu berarti aku akan menyakiti wanita berharga yang telah hadir di hidupku. Entahlah. Tuhan pasti akan mengarahkan aku kemanapun itu, aku yakin itu adalah yang terbaik menurut sudut pandang-Nya meski mungkin itu bukan lah yang terbaik dari sudut pandang ku.
+++
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...
entah, gue sangat teramat minder dengan tulisan ini🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKINAH DENGAN MU
Spiritualjika tak ku temukan cinta, biar cinta yang menemukan ku.
