Harga Diri Laki-Laki

1.7K 85 0
                                    

"Lo pikir gue bakal ngelupain semuanya hanya karena lo ngelakuin hal yang gak perlu? Hal bodoh yang bahkan gak pernah gue pikirin bisa lo lakuin?" Tiba-tiba Gibran menyerobot masuk ke kamar Fikri, yang punya kamar setengah kaget mendengar nada bicara Gibran yang kelewat tinggi seperti tidak peduli orang rumah mungkin akan mendengarnya.

"Gib--"

"Lo pikir gue apa? Lo masih nganggep gue gak ada apa-apanya hah? Yah seperti biasa Fikri memang selalu yang terhebat.ck" ujar Gibran sinis, Fikri menghela napas saat melihat ada setitik air disudut mata adiknya

"Gue gak maksud"

"Dengan lo ngelakuin ini, sama aja lo nganggep gue gak guna fik" nada bicara Gibran masih tinggi

"Duduk" perintah Fikri

"Jangan pake emosi" lanjutnya

Gibran mendengus masih dengan amarahnya ia pergi dari kamar Fikri diiringi dengan bunyi gedebum pintu yang dibanting kasar Gibran.

+++

GibranRd Meninggalkan Grup

Sebuah notifikasi dari aplikasi Line membuat Sarah langsung mengecek grup chatnya. Ia menghela napas. Entah kenapa ia merasa bahwa Gibran berubah semenjak itu, dia bahkan tidak pernah menghubungi Sarah. Dan teman-temannya pun tak ada yang berani berkicau di grup karena tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. mereka hanya menanyakan secara personal kepada Sarah untuk mengkonfirmasi kebeneran perihal lamaran Gibran. Sebenarnya bukan hanya teman terdekatnya bahkan orang yang tidak ia kenal, mungkin fans nya Gibran pun beberapa kali memberi direct message di instagram nya hanya untuk bertanya tentang fakta yang ada, mereka terang-terangan tidak suka bahkan ada yang patah hati juga dengan keputusan Gibran yang dianggap mendadak.

mau bagaimana pun hal itu tetaplah terjadi, dia hanya bisa bilang 'Ya' dan tanggal pernikahan pun sudah ditentukan, bahkan mbak Parida gesit sekali menyiapkan acara ini bersama tante Ana, ibu Gibran. Bersyukur karena mbak Parida masih mau mengurus kepentingannya.

Sarah sama sekali tidak ambil pusing akan hal itu, dia hanya berharap bisa ikhlas menerima dan menjadikannya sebagai ladang untuk beribadah.

+++

Sudah dua minggu setelah ucapan Gibran waktu itu, namun dia belum pulang ke rumah. Memang Baik Fikri maupun Gibran  sudah memiliki apartemen masing-masing tetapi biasanya mereka akan pulang setidaknya seminggu sekali namun jangankan pulang bahkan Gibran tidak bisa dihubungi.

Keluarga Aris sangat khawatir pasalnya persiapan pernikahan sudah hampir 100%, venue pernikahan mewah dikawasan Ciumbuleuit, bahkan ia sudah mengundang hampir 500 undangan dari kolega bisnis serta rekan-rekan dokternya, harusnya persiapan ini sudah matang,kalau saja Gibran sudah mempersiapkan dirinya sendiri.

"Fikri, mami gak tau ada masalah apa kamu sama adikmu itu, tapi dia gak bakal ngelukauin yang aneh kan? Dia gak mungkin ngebatalin pernikahannya ini kan?" ucap Ana resah

"Mih, jangan mikir yang aneh-aneh Gibran insyaallah tanggung jawab. Dia cuma butuh waktu. Aku bakal nyari dia" ucap Fikri yang hanya diangguki Ibunya

Sebenarnya Fikri juga hampir putus asa ketika puluhan bahkan mungkin ratusan panggilannya tak kunjung dijawab, namun dia tidak bisa mengatakan hal yang bisa membuat keluarganya semakin khawatir.

Tiba-tiba ponselnya berdering, segera ia merogoh kantung celananya dan melihat nama Gibran di handphonenya

"Assalamualaikum" ucap Fikri

"Keluarga yang punya hp? Tolong jemput pemilik hp ini di sobbers" ucap pria asing yang pasti bukan Gibran itu

"Sobbers?" ulang Fikri kebingungan karena asing dengan nama tempat semacam itu

"Sobbers bro. Masa gak tau club seterkenal itu. Googling aja. Cepetan nih orang mabok parah"

Klik

Fikri mengerenyitkan dahi bingung, sejak kapan anak itu main di tempat seperti itu, tapi tetap saja ia langsung pergi ke tempat yang dituju untuk memastikan apakah adiknya benar ada ditempat seperti itu.

Dia berharap tidak, namun saat ia melihat laki-laki setengah teler tengah meraung tidak jelas di sofa ruang VIP sebuah Club malam di kota Bandung itu membuat Fikri mengeraskan rahangnya tidak percaya.

"gibran!! apa-apaan ini?" teriak Fikri

Gibran memicingkan matanya saat melihat sosok Fikri. Lalu tertawa sinis
"Kenapa? Lo pikir lo paling tau gue? Gak. Lo gak pernah tau apapun tentang gue. Cih"

+++

SAKINAH DENGAN MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang