Pertemuan

2.2K 103 0
                                        


Ada hal yang Sarah sukai selama kuliah hampir satu semester di kampus ini, donat mak icih yang suka di jajakan di sekitar kampus. Donatnya enak, harganya murah dan dengan ia membelinya, setidaknya bisa membantu keuangan Mak Icih yang sudah lanjut usia itu.

Sarah paling gak bisa melihat manula, baik itu kakek-kakek atau nenek-nenek bekerja terlalu berat. Sebisa mungkin ia membantu, meski tak seberapa. Namun kali ini, ia tak menemukan mak icih. Sehingga ia bertanya pada teman-teman kelasnya yang sama menjadi langganan kue donat mak icih

“Ika, mak icih gak jualan?” tanya Sarah sambil memasukan alat tulis kedalam tas ketika dosen sudah meninggalkan kelas.

“jualan, tapi katanya mangkal di fakultas kedokteran, males gue kesana, anak kedokteran kan sombong banget. Apalagi kalo ketemu anak ekonomi, musuh bubuyutan” ucap Ika, membuat Sarah mengangguk.

Fakultas kedokteran berada diseberang Fakultas ekonomi, tidak terlalu jauh. Namun anak ekonomi, dari dulu sudah turun temurun, untuk tidak masuk ke daerah terlarang itu (fakultas kedokteran) alasannya karena mereka suka memandang rendah anak ekonomi, katanya kedokteran lebih hebat baik dalam karir maupun dalam kontribusinya pada khalayak. Sarah tidak memusingkannya sih sebenarnya karena toh dia percaya, Alloh sudah memberi hambanya rizki masing-masing, dan tidak akan tertukar.

“mau nyamperin mak icih? Sama aja tau masuk kandang macan” ucap Trisna saat aku akan beranjak dari kelas

“gapapa lah sekali-kali” ucap Sarah santai. Lalu keluar dari kelas untuk menuju fakultas kedokteran tempat mak icih sekarang mangkal.

Setelah sampai di depan Fakultas kedokteran, Sarah mulai melihat keberadaan mak icih, seperti biasa di kerubungi mahasiswa, banyak pelanggannya sepertinya.

Sarah menghampirinya namun yang di lihat bukan pemandangan orang-orang yang sedang bertranskasi membeli donat tapi mahasiswa mengerubungi mak icih yang tengah mendapat pertolongan pertama dari seseorang, sepertinya mak icih sesak napas, aku yang khawatir menerobos kerubungan mahasiswa kedokteran membuat sedikit kegaduhan.

“telepon ambulan, atau pake yang ada di universitas” ucap seseorang yang membelakangi Sarah ia tengah menangani mak icih.

“gak ada, ambulan kampus di pake, kalo nelepon ambulan rumah sakit nyampenya lama.” Sahut seseorang dengan nada khawatir dan takut

Sebenarnya ada rumah sakit milik fakultas kedokteran di kampus, namun itu berskala kecil jadi sepertinya Mak icih harus di rujuk ke rumah sakit besar

Sarah yang khawatir lalu menghampiri mak icih, lalu memegang tangan mak icih yang terasa dingin, denyut nadinya juga melemah, dan napasnya tak beraturan.

“kita harus cepat bawa dia ke rumah sakit” ucap Sarah tak terasa dia terisak menangis

Fikri melihat Sarah heran, kenapa dia menangis?

“kamu keluarganya?” tanya Azi yang berdiri disamping Fikri

“apa itu penting?” tanya Sarah kesal

“siapapun yang bawa mobil tolong antar mak icih kerumah sakit” ucap Sarah sedikit berteriak

“yaudah gotong mak icih ke mobil gue” perintah Fikri pada teman-temannya. Mereka menurut lalu menggotong mak icih ke mobil CRV hitamnya yang kebetulan dekat.

“saya ikut kak” pinta Sarah saat Fikri hendak masuk ke mobilnya. Ia mengangguk untuk persetujuan.

Sarah masuk dan duduk di belakang, membawa kepala mak icih untuk direbahkan di pangkuaannya.

SAKINAH DENGAN MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang