Sepertinya tak usah menunggu lama, ketika memang dua insan sudah dtakdirkan untuk berjodoh maka Alloh pasti akan menyatukan mereka meski di pertemukan tidak sengaja sekalipun. Karena cinta sejati hanya ada dalam ikatan pernikahan maka jika memang sudah mantap akan pilihan maka jalannya adalah pernikahan untuk meniti jalan ridhoNya.
Memang baru tiga kali di pertemukan tapi Sarah merasakan hal aneh pada dirinya, dia selalu memikirkan sosok Fikri yang menurutnya sangat baik itu, dia pun sering melihat Fikri di panti asuhan dekat kampus, apalagi kalau bukan untuk mengajak bermain anak yatim piatu, zaman sekarang, anak muda apalagi model kak firkri yang tampan, anak orang kaya dan pintar tentunya mau berkunjung ke panti, dan lagi Sarah sering berpapasan dengannya ketika seusai sholat di masjid kampus. Namun kekagumannya ini membuatnya resah, ia tak ingin berlarut-larut dalam pikiran seperti ini, ia memang bukanlah orang alim yang sangat patuh terhadap peraturan agama, namun ia tahu hal seperti itu bisa saja termasuk zinah pikiran karena memikirkan yang tidak-tidak. Sehingga disinilah dia di sepertiga malam, seperti biasanya dia akan berlama-lama menghadap sang khalik untuk meminta sesuatu.
Kali ini bukan soal meminta nilai ipk yang bagus, namun ada hal baru yang ia panjatkan pada Alloh
“ya alloh, jika memang dia jodohku, maka dekatkanlah dengan kuasaMu, namun jika bukan, aku mohon jauhkan dia baik dalam pikiranku atau dalam kehidupanku, agar aku tak memikirkan hal yang tidak-tidak” begitulah doa yang terucap dari mulut seorang yang tengah di landa badai cinta.
Fikri Albana Dewangga, nama itu kemudian terucap dalam doanya kali ini.
+++
“ente sekarang sering ngelamun ya? Hati-hati jangan yang jorok-jorok” ucap Azi sambil terkekeh
“tuh kan sampe gak di jawab”
“kalau aku lamar dia, apa bakal diterima?” tanya Fikri membuat Azi terkejut
“seriusan ente?” tanya Azi tak percaya
“ya serius lah”
“alhamdulillah, ya pasti mau lah, siapa sih yang nolak cowok tamvan aset Bandung yang kaya raya dan sholeh ini” ucap Azi berlebihan
“lebay banget” ucap Fikri
“amin kituh” celetuk Azi
“siapa emangnya yang mau kau lamar?” tanya Baron ikut nimbrung
“pasti cewek yang kau suruh push up itu kan?” lanjut Baron
“sok tau”
“bah, aku memang benar. Aku sering memperhatikan kau lah”
“kalau iya emang kenapa?” tanya Fikri, agak malu juga dia sebenarnya. Karena ketahuan kasmaran
“tidak apa-apa, tapi dia itu sepertinya ukhty ukhty muslimah, bagaimana nanti jika kau diminta mahar hapalan quran? Mampus kau” kata Baron sambil bercanda
“lah memangnya kenapa kalau diminta mahar hapalan, kau tak tau Fikri itu penghapal al-quran?” ucap Azi mengikuti logat Baron,
“iya kah? Kok aku tidak tau?” tanya Baron
“kau kan memang tidak pernah ke masjid, makannya nanti kapan-kapan ke masjid kampus, biar kau tau betapa merdunya suara Fikri kalau sudah mengaji” ucap Azi masih mengikuti logat Baron
“bah, aku kan keristen mana bisa masuk masjid, kau ini” ucap Baron sambil menggeplak kepala Azi dengan gulungan kertas makalah membuat Azi menggaduh sambil memegang kepalanya, sedang Fikri hanya menggelengkan kepala melihat tingkah teman-temannya itu.
Perempuan itu, sejak pertama kali bertemu dengannya memang Fikri sudah merasa hal yang aneh dalam dirinya. karena selama ini baru pertama kali ia ingin mengenal lebih sosok perempuan di yang ia lihat pertemuan pertama.
perempuan itu begitu sederhana, dengan khimar merah jingganya tampak kebingungan mencari sesuatu di teras masjid yang selalu Fikri kunjungi selama dirinya berkuliah di Kampus itu. ketika itu Fikri mengamati perempuan itu, bahkan perempuan itu tak bereaksi apapun ketika dirinya berdehem. Sungguh kejadian langka karena biasanya para perempuan selalu berlomba-lomba untuk menyapanya, bahkan hanya sekedar senyuman dari Fikri sudah membuat mereka meleleh namun tidak dengan perempuan satu ini. Dia malah asik dengan dunianya sendiri.
Tanpa sadar dia tersenyum, mungkinkah hatinya akan segera berlabuh?
“ya alloh izinkan hamba meminang Sarah Maharani” ucap Fikri dalam hati.
+++
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKINAH DENGAN MU
Spiritualjika tak ku temukan cinta, biar cinta yang menemukan ku.
