Judulnya asaloleh ah wqwq
Happy reading
Gibran meraih handle pintu kamar Sarah dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik yang mungkin dapat mengganggu Sarah yang tengah beristirahat.
Kemudian dia masih melihat Sarah tertidur lelap. Gibran menghela napas dan duduk di kursi yang ada disamping ranjang. Memperhatikan Sarah diam-diam, jika dipikir-pikir ini adalah pertama kalinya Gibran melihat Sarah sedekat ini dan entah kenapa membuatnya gugup.
Kemudian Gibran mengalihkan pandangnya ke meja dimana terdapat buku-buku yang tersimpan rapi, fokusnya teralih pada post it berwarna kuning yang menempel di meja. Ia mendengus geli ketika tahu isi post it itu
Makanan yang disukai Gibran versi mami
1. Sate kambing bumbu kecap
2. Rendang
3. Gepuk daging sapi
4. Sambal goreng ati
5. Nasi goreng
Yang tidak disukai :
Jengkol, petai, ikan jenis apapunLalu ia melihat post it yang lain
Makanan yang disukai Gibran versi Hana
1. Mie rebus
2. Mie ayam
3. Bakso
4. Mie mentah
5. Ikan asin
6. Tahu tempe
7. Segala macam sambal
8. SeblakIa menahan diri untuk tidak terbahak, adiknya itu benar-benar sesuatu. Tidak bisa diandalkan.
Lalu ia melihat buku-buku yang menumpuk terpisah, terlihat sekali baru saja selesai di baca.
Ibadah Bersama Suami
Tips membangun keluarga bahagia
Istri sholeha dan lain-lain membuat Gibran terdiam. Ia menatap lekat sosok didepannya, dia mempersiapkannya sejauh itu dan Gibran mematahkannya dengan memberikan surat cerai. Sungguh Gibran tak bisa hanya mengatakan maaf saja.
Ia meraih jemari Sarah perlahan, menggenggamnya lembut kumudian tanpa diduga air matanya membasahi wajahnya. Gibran terlalu banyak berpikir, lihatlah! gadis Berjilbab jingga yang dulu ia temui di tempat pendaftaran ulang kampus, yang tak meliriknya sama sekali, yang ingin Gibran jadikan istri kini tepat berada dihadapannya dan sudah sah menjadi istrinya. Dia hanya terlalu banyak berpikir, padahal dia sudah memiliki apa yang dia inginkan itu. Dia hanya terlalu banyak berpikir dan dia hampir saja membuang apa yang menjadi impian terbesarnya. Bodoh, mungkin itu yang pantas di sematkan pada dirinya selama ini. Tapi kemudian rasa bersalah itu menghampirinya kembali saat bayangan Sarah yang tersenyum bahagia didepannya karena lamaran Fikri, saat raut terkejut Sarah ketika Fikri malah melamarkan Sarah untuk Gibran terus terngiang di otaknya dan semakin membuatnya tidak tahan untuk melayangkan surat cerai itu, tujuannya hanya satu, ia ingin Sarah bahagia. Dia memang sebodoh itu, tidak bisa melihat apa yang sebenarnya Sarah inginkan.
Perlahan tapi pasti Gibran mendekatkan wajahnya pada Sarah yang masih terlelap. Tidak apa kan? Toh Sarah sudah halal untuknya. Pikirnya dan masih mengikis jarak antara mereka. Saat bibir Gibran akan mendarat di dahi mulus Sarah tiba-tiba wanita itu membuka matanya dan pemirsa kecewa karena adegan selanjutnya tentu saja sangat awkward Sarah yang bingung dengan posisi Gibran yang kelewat dekat dengannya dan Gibran yang tentu saja menahan malu karena kepergok Sarah hendak melakukan yang iya iya.
"mas Gibran?" ucap Sarah bingung dengan suara seraknya saat Girban terduduk kembali dikursinya
"butuh sesuatu?" Gibran mengalihkan pembicaraan
Sarah menggeleng dan hendak menanyakan kejadian tadi tapi Gibran buru-buru bangkit dari duduknya dan bersiap untuk pergi namun dengan segera meski masih lemas Sarah menarik kaos hitam Gibran membuatnya tidak bisa bergerak
"aku gak bakal tanya macem-macem, mas Gibran tetep disini ya?" pintanya membuat Gibran berbalik menatap tepat di mata Sarah yang memohon. Ia berdehem lalu kembali duduk, Sarah tersenyum karena nya.
"mau makan sesuatu? Atau mau minum?" tawar Gibran, Sarah menggeleng. Ia malah menggeser posisi nya di kasur itu sehingga menyisakan ruang lumayan banyak.
"mas Gibran perlu istirahat juga" Sarah menepuk-nepuk ruang kosong disampingnya yang sengaja ia buat.
Gibran mengerti apa yang Sarah lakukan, tapi dia--malu? Tidak bukan itu. Terdengar tidak gentle. Dia hanya perlu berpikir, tapi tidak-kenapa juga dia harus sibuk berpikir. Tidak menunggu lebih lama lagi, ia langsunh meringsek ke ruang kosong di samping Sarah kemudian terlentang kaku. Ada jarak sekitar sepuluh senti diantara mereka. Dan suasana tiba-tiba canggung. Apa Gibran mengambil keputusan yang salah?
Selama sekitar lima menit mereka hanya diam sibuk dengan pikiran masing-masing, mereka sama-sama memandang langit-langit kamar yang sepertinya lebih menarik, dan hanya terdengar bunyi jam yang berdetak di meja belajar Sarah.
"mas--"
"aku minta maaf" sela Gibran saat Sarah hendak bicara
Sarah diam, menunggu Gibran meneruskan ucapannya
"selama ini aku ga bisa ngerti sama sistuasi yang terjadi. Jadi aku bersikap kurang baik dan terkesan labil. Tapi kamu harus tahu aku ga niat nyakitin kamu dan juga--"
"maaf mas, Sarah menyela" ucap Sarah dan tanpa diduga berani menggenggam tangan Gibran yang bebas di sebelahnya.
"Sebenarnya selama ini kita belum pernah memulai apapun. Dan Sarah ingin sekarang kita memulai apapun yang akan kita jalani kedepan. kita lupain yang terjadi kemarin, Sarah ikhlas. Tapi Sarah ga ikhlas kalau kita berakhir ga baik, untuk itu, bagaimana jika kita hanya perlu memulai?"
Gibran terdiam cukup lama. Kemudian memposisikan dirinya menyamping untuk menatap Sarah
"shall we?"
Sarah mengangguk kemudian tersenyum, jenis senyuman yang jarang sekali ia tampakan akhir-akhir ini.
Gibran yang melihat respon Sarah langsung membalas senyuman itu, senyuman yang tidak pernah ia tampakan lagi setelah mereka sah menjadi suami istri.
Sarah meringsek lebih dekat pada Gibran dan dengan keberaniannya untuk memulai, Gibran merengkuh Sarah kedalam pelukannya dengan erat.
+++
Ahaide penulis amatir yang ngebet update lewatt:" tydak peduli ancur yang penting update. Emang minta di kawinin Lee Min Ho banget yupss :"
Dikasih bonus sama Mas Gibran katanya mau selfie dulu sebelum cukuran😘
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKINAH DENGAN MU
Spiritualjika tak ku temukan cinta, biar cinta yang menemukan ku.