Sakit Namun Tak Berdarah

2.2K 99 0
                                    


Sarah POV

Apa yang lebih sakit daripada suami berselingkuh? Adalah ketika kita tidak disentuh sama sekali olehnya bahkan di hari pertama pernikahan. Seolah jijik denganku, Gibran pergi begitu aku masuk ke kamarnya. Entah kemana. Dia tidak mengatakan apapun dan saat itu aku menyadari ini bukanlah mimpi karena sakit diulu hatiku yang kentara.

Gibran sangat aneh, kenapa dia begitu baik diawal jika sekarang hanya akan menyiksa batinku seperti ini. Dia tidak mengatakan apapun tentang apa yang salah dariku, membuatku bingung dengan segala pemikiran yang ada.

Baik, ini hari pertamaku, Bukan begitu? Aku hanya perlu bersabar, Bukan begitu? Aku hanya perlu ikhlas, bukan begitu?

Setelah kepergiannya aku mulai merapikan baju-baju ku. Aku bahkan baru menyadari wajahku sembab dengan air mata. Apakah situasi seperti ini wajar dalam sebuah pernikahan? Aku masih belum banyak belajar. Aku tidak tahu, yang pasti ini sangat menyakitkan.

Setelah menyimpan kembali baju di koper karena bingung mau disimpan dimana, Gibran menyuruhnya untuk tidak menyentuh barang-barang nya. Oh iya dia juga bilang kalau aku bukan siapa-siapa.

Aku bahkan tidak bisa duduk disofa yang ada di kamar ini karena perintah Gibran. Ya, itu semua adalah barang-barang nya. Aku belum mempunyai barang apapaun di kamar ini kecuali koperku yang teronggok di pojok ruangan. Untuk itu aku hanya menggelar sajadah dilantai marmer kamar ini. Untuk kemudian meringkuk. sudah terlalu malam untuk menunggu kedatangannya, Sehingga aku memutuskan untuk tidur.

+++

Pukul tiga dini hari, aku terbangun dengan alarm yang biasa berdering  di handphone. Setelah itu aku mengambil wudlu untuk kemudian menunaikan sholat malam, aku sempat melirik kearah tempat tidur yang masih rapi seperti sedia kala tanda jika tempat itu belum digunakan kembali oleh yang punya. Gibran belum pulang rupanya.

Aku tidak tidur kembali melainkan menuju dapur mencari peralatan kebersihan. Orang rumah belum ada yang bangun, masih setengah jam lagi menuju subuh. Setelah mendapat sapu bererta alat pel, aku mulai aktivitas pagi ku dengan membersihkan rumah mertuaku, seperti kata ibu, aku harus menjadi menantu yang baik. dan aku senang melakukannya.

Sampai akhirnya Mami Ana menghampiriku yang tengah membersihkan area kitchen set.

"Sarah, kamu tidak perlu melakukan itu. sudah ada mbak Tati" ucap mami Ana lembut. Aku hanya tersenyum

"Gapapa mi, sekali-kali kan. Ini kali pertamanya aku menjalankan tugas sebagai menantu heheh" kataku membuat mami Ana ikut tersenyum

"Gimana tidurnya nyenyak? Hari pertama dirumah mertua?"

aku hanya mengangguk.

"Gibran masih tidur?" tanya mami Ana yang tidak langsung aku jawab. bingung, tiba-tiba pintu rumah terbuka dengan Gibran ada disana, rambutnya terlihat berantakan dengan kemeja yang digulung sampai sikunya. Dia melihat kearahku dan mami Ana. Sedang mami Ana hanya menghela napas dia sudah tidak memerlukan jawabanku lagi.

"Dari mana kamu?" tanya Mami Ana, sedang aku masih diam.

Dia tidak menjawab, bahkan mengucap salam pun tidak ketika diam melangkah begitu saja kearah tangga menuju kamar.

Segera, aku menghampirinya. Aku tersenyum untuk menyambutnya tapi dia malah mendengus ketika melihatku

"Mas. baru pulang?" tanyaku sedikit basa basi

"Lo gak liat?" ucapnya acuh seraya melanjutkan langkahnya

"Mas setengah jam lagi subuh, aku siapin air anget ya biar mandi terus sholat subur bareng" ucapku masih mempertahankan nada suaraku sesopan mungkin

"Lo pembantu disini?" tanyanya ketus dengan menatap tajam kearahku

Dia juga mengambil kain yang kupakai untuk mengelap kompor gas tadi yang kebetulan masih aku genggam. Dengan kasar ia menghempaskannya begitu saja.

Aku tidak bergerak ketika dia pergi dari hadapanku. Sepertinya usahaku kali ini akan sia-sia, dia masih marah. Aku tidak bisa memaksakan kehendak, akan kucoba lain waktu.

Saat berbalik aku melihat mami Ana menatapku dengan tatapan empatinya

"Kalian? Ada masalah?" tanyanya perlahan

"Aku tidak tahu mi. Aku masih mencari tahu letak kesalahanku dimana. atau mungkin itu hanya karena Gibran lelah, gak usah terlalu dipikirin mi, aku gapapa" kataku lalu pergi ke kamar mandi.

Ya. alih-alih menuju kamar aku malah pergi ke kamar mandi, karena aku tahu jika aku masuk kamarnya mungkin saja Gibran akan merasa terganggu lagi. Aku akan membiarkannya sendiri untuk saat ini.

+++

Terima kasih untuk para pembaca.

SAKINAH DENGAN MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang