rani segera turun dari motor sport merah milik ical. gadis itu langsung berjalan meninggalkan ical yang masih duduk di atas motornya sambil melepas helm.
begitu kakinya masuk ke dalam rumah, rani langsung membanting tas pink nya pada sofa yang berada tidak jauh dari tempat ia berdiri. saat ia akan melangkah menaiki tangga, sebuah tangan kekar milik ical sudah dulu mencekal lengannya.
"lo harus jelasin semuanya ke gue."ujar ical dingin. terdengar kekehan kecil dari bibir rani. ia menatap hampa pada pria yang sudah lama bersamanya tersebut tetapi masih saja belum bisa memahami dirinya.
"maaf..gue terlalu murahan buat ngomong sama cowok terhormat kayak lo."ujar rani dengan nada sakrastik. gadis itu mencoba melepaskan cekalan tangan ical namun nihil. pria itu terlalu kuat untuk dilawan.
"rani jangan kekanakan bisa nggak?!"
"Lo juga jangan terlalu emosian bisa nggak?!"balas rani ikut membentak."sumpah yah cal, gue bingung sama sikap lo yang sekarang."
"lo sakitkan?mending lo masuk aja ke kamar."titah ical melembut. rani menghela nafasnya pelan.
"leave me. let me alone."ujar rani. ical mengusap wajahnya dengan kasar.
"Lo itu kenapa sih ran?! Sekali aja lo dengerin gue bisa nggak?! masih di untung gue nggak laporin lo ke bunda soal ciuman lo-"
"WE NOT KISSING YOU KNOW!"teriak rani marah. ical berdecih sinis.
"YOU LIE! terus yang tadi itu apaan?hah?! jelas-jelas gue liat dengan mata gue sendiri, dan itu emang benar adanya! LO dan ALDO, ciuman!"
"i'm cheap. rightt?"lirih rani. ical nampak terdiam membisu.
"rani gue-"
"gue murahan. gue cewek yang murahan. benarkan?itu yang lo maksud kan?"ujar rani yang mulai meneteskan air mata."cal,bisa nggak lo nggak usah mempersulit gue? WHY ARE YOU ALWAYS COMPLICATING ME?! SHIT! I REALLY DO NOT UNDERSTAND WHAT YOU MEAN!!"bentak rani marah."lo bilang ke gue, untuk saling berfikir dewasa untuk hal ini. tapi lo?yang ada lo malah mempersulit! gue nggak ngerti lagi sama jalan pikir lo cal."
"gue emang ngomong kayak gitu. tapi bukan berarti lo ngejauh dari gue ran. lo tetap sahabat gue. gue nggak mau kalo sampe lo-"
"all is over cal. i beg you not to bother my first. i just wanna get used to it without you. can you?!"lirih rani yang mulai terisak.
"Apa salahnya kita dekat seperti dulu sih ran?! Soal kita yang udah punya pacar,nggak akan mungkin merusak segalanya kan?!Gue nggak minta lo ngejauh! gue minta lo untuk bisa berfikir dewasa! bukan bersifat kek-"
"BECAUSE I LOVE YOU!"bentak rani dengan wajah yang merah akibat malu dan marah. gadis itu sudah tidak bisa memendam semuanya lagi. ia sadar dengan apa yang ia katakan. karena memang itulah yang ia rasakan selama ini."I... I love you cal. i stupidly realized it now. the more sick i am so jealous to see you walk with her. I do not like to see her begin to slowly change my position in your life. her your past, managed to shift me away from you. and i...i do not know this is very painful."
ical masih diam mencerna kata-kata yang keluar dari mulut rani.
"mungkin lo fikir ini hanyalah omong kosong. tapi gue sadar. gue cinta sama lo cal. bodohnya gue baru nyadar sekarang, di saat lo udah sama kinan."rani menghela nafasnya."perhatian lo, kedekatan kita...membuat gue nggak bisa jauh dari lo dan-----dan rasa itu datang gitu aja tanpa gue sadari."
lagi dan lagi ical hanya diam dan tidak bergeming sama sekali. ia menatap kosong ke depan.
"gue..gue harus pergi."gumam ical setelah terjadi keheningan yang cukup lama di antara mereka.
"cal..?"
ical menatap rani yang tengah menunduk.
"gue harap lo ngerti sekarang dengan apa yang gue ucapin tadi. please.. bantu gue buat hilangin rasa itu. gue nggak mau, sakit hati lagi."ujar rani yang kemudian berlalu naik ke atas tangga menuju kamarnya.
"sial!"umpat ical menendang kaki sofa yang berada di samping nya.
******
afan dan aulia sedang berjalan menyusuri koridor menuju kantin. sepasang kekasih itu nampak tersenyum sembari bercanda tawa bersama. sesekali afan mencubit hidung aulia gemas.
"hidung kamu mah pesek. beda sama hidung aku."canda afan pada aulia. gadis itu langsung mencubit pinggang afan membuat si korban mengerang sakit."aww..sakit yang."
"habisnya kamu nyebelin. pesek dari mana nya sih! hidung aku tuh mancung tau!"gerutu aulia kesal. afan yang terkekeh dengan senyum manisnya.
"lah, ngapain harus marah si yang? lagian juga cewek hidung pesek itu imut tau!"goda afan. aulia langsung mendelik tajam.
"udah tau cewek hidung pesek itu imut,ngapain pacarin cewek yang hidungnya mancung?"cibir aulia kesal. afan langsung tertawa gemas.
"ciee yang ngambek. hehe bercanda atuh sayang. nggaklah. aku kan suka nya sama kamu. bukan hidung kamu."ujar afan dengan wajah imutnya. aulia langsung tertunduk malu dengan wajahnya yang merona.
"afan?"
kedua orang itu langsung menoleh ke sumber suara. tampak sindi yang tengah berlari menghampiri mereka. tanpa aba-aba, gadis itu langsung menubruk dada bidang afan. genggaman tangan afan dan aulia langsung terlepas.
"fan...hiks...afan nyokap gue masuk rumah sakit. gu---gue butuh lo fan...please.."isak sindi dengan deraian air mata.
mata aulia langsung memanas ketika afan membalas pelukan sindi dan mengelus pelan punggung yang bergetar itu.
"ssssttt...ada gue disini. tenang yaa.."hibur afan. sedangkan sindi semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang afan, tanpa tau ada sepasang mata yang menatap mereka terluka.
"fan, kamu udah janji nemenin aku ke kantin."ujar aulia pelan. afan menatap aulia sebentar lalu kembali fokus mengelus rambut panjang sindi.
"kamu kekantin nya sendirian aja yah. aku masih harus nemenin sindi."ujar afan. aulia hanya bisa terdiam. gadis itu hanya tersenyum lalu mengangguk pelan.
"yaudah. aku ke kantin dulu."ujar aulia yang sama sekali tidak di gubris oleh afan. gadis itu langsung melangkah pergi sebelum tangisnya pecah di depan afan maupun sindi.
sakit fan..ngeliat kamu lebih peduli ke sindi daripada aku. tapi aku bisa apa?aku hanyalah pacar kamu. aku nggak berhak ngelarang kamu buat dekat sama siapa aja. batin aulia terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
move on [END]
Teen FictionRasa saling menyayangi dan melindungi antara rani dan ical,membuat kedua insan yang berbeda itu berfikir bahwa rasa yang mereka punya hanyalah rasa yang biasa di miliki oleh sepasang teman. Tanpa mereka sadari rasa itu memilih untuk menuntut lebih d...