4. Car Conversation

3.6K 148 3
                                    

"ok. Gua duluan yaa Syah" kata galih, ketika mobil Habibi berhenti di depan gerbang rumahnya. "bawa dia sampe rumah bro. Awas, anak orang jangan lo bawa lari" lanjutnya pada habibi.

"bawel lo kayak emak-emak. Udah sono" jawab Habibi.

"haha.. Okok" kata Galih dan keluar.

"sampai jumpa Gal.." kata Aisyah yang dibales anggukan galih. Setelahnya Habibi melajukan mobilnya meninggalkan rumah Galih.

---

Berawal dari tatap
Indah senyummu memikat
Memikat hatiku yang hampa lara..

Sayup-sayup suara terdengar dari perangkat audio mobil habibi mengisi keheningan di dalam mobil.

Dan keheningan ini terasa mencekik Aisyah.

Ugh, seharusnya aku diantarkan paling awal. Pikir Aisyah.

Dia melirik habibi yang sepertinya sangat fokus menyetir dan tidak menghiraukannya. Dia masih memikirkan tentang apa yang dikatakannya tadi di cafe. Dia merasa tidak enak, sungguh. Dia tidak pernah berpikir macam-macam kepada Habibi walaupun dia tau dengan kebiasaan Habibi. Dia juga tidak pernah berpikiran bahwa orang-orang yang melakukan hubungan berlebih(kalian tau apa) ketika berpacaran adalah orang yang buruk. Oh ayolah, orang yang berzinah tidak semua dalam dirinya buruk. Dia hanya salah pada satu kesalahan. Dan kita tidak bisa menilainya buruk hanya karena satu kesalahan itu.

Semua manusia hidup dan memiliki prinsip hidup yang berbeda. Jadi, kita tidak bisa memaksakan prinsip hidup kita pada orang lain. Itu yang dia pikirkan. Tadi dia menegur Namira karena dia tau. Prinsip Namira dan dirinya sama. Dan, dia mengira Evan sudah mulai memengaruhi prinsip Namira itu.

"belok mana ni?" suara Habibi merasuki pikiran Aisyah.

"hah?" tanya Aisyah tidak mengerti.

"abis lampu merah ini, kita belok mana?" tanya habibi ulang.

"oh. Lurus aja" jawab Aisyah.

Setelah itu hening.

Geez.. Gua mesti ngomong. Pikir Aisyah.

"emm.. Kak?" panggil Aisyah.

Habibi meliriknya sekilas,"Habibi aja." kata Habibi.

"oh. Iya, Bi. " ulang Aisyah.

Aisyah tidak menyadari senyum kecil Habibi, "kenapa?" tanya Habibi.

"emm.. Yang waktu di cafe, gue minta maaf" kata Aisyah.

"emang lo ada salah?" tanya Habibi dengan alis terangkat.

"e-e.."gagap Aisyah. Pasalnya, Habibi menatapnya sekian detik. Sebelum kembali fokus ke jalan. Dan itu memengaruhi detak jantung Aisyah. "yaa.. Menurut gua siih salah"

"emang lo salahnya dimana?" lagi, Habibi bertanya.

"yaa. Itu. Emm.." aisyah kesulitan dalam menjawab.

Drt..drt..

Getaran ponsel Habibi di dashbor mengalihkan perhatian keduanya.

Habibi meraih ponselnya dan nama Elisa ada dilayar. Elisa adalah adiknya yang masih SMA. Habibi menatap Aisyah memberi kode untuk mengangkatnya. Dan dibalas anggukan oleh Aisyah.

"halo? Babe?" suara itu bukan elisa. Tapi, alina.

Habibi mengerutkan kening. Kenapa suara Alina? Sial, mana dia menyambungkan dengan bluetooth mobil yang tersambung dengan audio mobilnya lagi. Alhasil, Aisyah juga akan mendengar percakapan ini. Dan kembali, Habibi merasa tidak nyaman karenanya.

Habibi dan AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang