Sudah seminggu sejak kejadian di taman itu berlalu.
Aisyah disibukkan dengan kuliah dan kerjanya di kafe dekat kampus. Habibi juga disibukkan dengan skripsi dan sidangnya. Mengingat dia merupakan mahasiswa tingkat akhir. Namun, yang berbeda dari habibi adalah lelaki itu sekarang sering terlihat mengikuti kajian-kajian tentang islam di kampusnya.
Dan pastinya terlihat sangat posesif kepada aisyah.
Pernah sekali, habibi rela menjadi supir gratisan bagi Raka dan Aisyah yang ingin mencari keperluan untuk praktikum mereka. Karena Dia tidak ingin Aisyah pergi berduaan dengan bocah itu.
Atau juga seperti saat ini. Dengan wajah geram habibi menghampiri Aisyah yang sedang memaksakan senyum kepada seorang lelaki muda.
"ayolah. Gua cuman pengen kenalan sama lo. Yaa, siapa tau kita bisa temenan." samar-samar habibi mendengar lelaki itu berbicara. Lengkap dengan menyodorkan ponselnya pada Aisyah. Dari gestur tersebut, habibi tau dengan jelas bahwa lelaki itu sedang meminta nomor aisyah.
"maaf kak. Tapi, ponsel saya berada di belakang. Dan saya tidak menghapal nomor ponsel saya." tanggap Aisyah. Masih dengan senyum dipaksakan.
"kalo gitu gua tungguin lo pulang kerja gimana? " lagi, lelaki itu bertanya. Tampak tak ingin menyerah. Membuat habibi semakin geram.
"EHMMM.." dehem Habibi keras dibelakang lelaki itu.
Aisyah yang melihat Habibi langsung tersenyum sumringah dan tanpa sadar mengeluarkan killer smilenya.
Senyum itu menghangatkan hati habibi dan sedikit meredam amarahnya. Fakta bahwa dialah alasan Aisyah tersenyum seperti itu melambungkan perasaannya.
Lelaki itu menoleh setelah terdiam menatap Aisyah. Menatap dengan kernyit bingung yang dibalas tatapan tajam oleh Habibi.
Hah? Si James, Anak hukum. Ucap habibi dalam hati. Salah satu teman seangkatannya. Mereka kenal ketika berada dalam satu kelompok ospek di awal masuk kuliah.
"Habibi?? " tanya James.
" James.. "sapa Habibi datar.
" waw.. Long time no see bro" sapa james lagi. Lengkap dengan sapaan di bahu ala para lelaki.
"yaaa.. Long time no see" balas Habibi datar.
"ngapain? Dating?? " tanya James. Lengkap dengan lirikkan jahilnya.
Baru saja dia ingin menjawab terdengar suara genit dari belakangnya.
" Habibi.. God. Miss u so much" ucap seorang gadis tinggi semampai dengan rambut pirang khas orang eropa atau amerika. Tak lupa tangan yang ringan melingkar di lengan Habibi. Membuat Aisyah menatapnya takjub.
Habibi yang mengenal suara itu lantas bergumam pelan.
"Tiffany... "
🌞🌞🌞
Aisyah menghela napas pelan. Tepatnya dengusan kesal. Walaupun secara halus.
Habibi dengan mudahnya bercengkrama dengan wanita tinggi semampai bergaun manis yang menunjukkan kefemininnya di salah satu meja kafe yang masih dalam jangkauan penglihatannya. Juga keacuhan Habibi membuat Aisyah kesal, nyaris sedih melihatnya.
"kenapa lo? Sedih diacuhin gitu? " terdengar suara mengejek Raka dari sampingnya.
Aisyah mendelik tajam padanya. Menatapnya seakan ingin mengulitinya.
" wow.. Selow girl. Objek kemarahan lo lagi ketawa ketiwi sama cewek lain. Jangan lampiasin ke gua" tambah Raka lagi. Dengan ekspresi pura-pura takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi dan Aisyah
Romance"syaah.." "apaansih, jangan megang. Bukan muhrim" "huufftt. Susah ya suka sama cewek alim" "heh, gua gk alim yaa. " "lah, trus apa?" "cuman takut dosa" God, it's the same thing. -_- Verania Aisyah Paraswati, seorang mahasiswi teknik yang bisa dibil...