5. Di Perpus

3.2K 162 0
                                    


Tap..tap..

Habibi melangkah menelusuri koridor kampusnya. Dia sedang mencari seseorang. Tepatnya seorang gadis. Gadis berjilbab dengan senyuman yang membekukan setiap syarafnya.

Yup, Aisyah. Sudah beberapa hari ini Habibi tidak melihat gadis itu. Kata Namira, Aisyah sangat sibuk. Karena ternyata dia juga mengambil pekerjaan sampingan. Dia tidak bertanya tentu saja. Tapi, Galih yang menanyakan alasan Aisyah tidak menemani Namira lagi saat bertemu Evan.

Dan dia ingin melihat wajah gadis itu. Katakanlah dia plin-plan. Dia mengatakan tidak akan mendekati Aisyah. Tapi, tindakannya saat ini menunjukkan bahwa di tengah berusaha mendekati Aisyah.

Sudah beberapa hari ini juga, dia menghindari hubungan yang lebih dengan Alina. Mereka masih sering bertemu. Tapi, hanya itu. Tidak ada ciuman dan dekapan penuh nafsu darinya untuk Alina.

Dan kalian tau??! Dia menunaikan ibadah sholat kawan-kawan. Hal yang wajib dilakukan setiap muslim. Tapi, tidak dikerjakan secara teratur olehnya.

Dia ingat reaksi adeknya Elisa. Ketika membuka pintu kamar.

"what??!!" pekik Elisa. Tepat ketika salam terakhir Habibi.

"lo sholat bang??! Lo sholat??!" lagi. Pekikan ketidakpercayaan Elisa terdengar.

"paansih lo. Pergi sana. Ganggu ajaa" usir Habibi.

"mami.. Papi.. Abang kerasukan jin putih niih" teriaknya lagi. Sambil beranjak meninggalkan Habibi.

Atau sahabat-sahabatnya, yang melihat dia keluar dari musholah.

"Habibi???!!" tegur Galih kaget.

Niki dan Evan melongo. Melihat Habibi sedang mengikat tali sepatunya. Rambutnya basah bekas wudhu.

Habibi berjalan menuju mereka.

"lo-lo ngapain dari musholah??" tanya Niki

"mandi" jawabnya sambil memutar bola mata jengah "yaa sholatlaah"

Evan meletakan tangannya di dahi Habibi. "lo gak panas kan? Atau apa memang sekarang upin-ipin udah masuk SMA?? Sampe lo sholat gini" kata Evan. Dia ingat Habibi pernah mengatakan, dia akan sholat kalau upin dan ipin masuk SMA.

"mimpi indah gua semalem." jawab Habibi singkat dan meninggalkan teman-temannya.

Yaa.. Dia hanya ingin...entahlah. Berubah??! Mungkin.

Penyebabnya Aisyah tentu saja. Gadis itu memberi pengaruh yang baik bagi dirinya. Melihat wajahnya yang bercahaya, memancarkan kesan sholehah membuat Habibi ingin mengimbanginya juga

Tapi pertanyaannya. Dimana dia sekarang??! Bahkan ketika sholat di musholah dia tidak melihat Aisyah.

Drt..drt. Ponsel Habibi bergetar dan menampilkan nama Alina disana.

"halo?" sapanya.

"halo? Babe? Bisa ke perpustakaan gak? Nemenin aku bikin paper. Skalian bantuin. Heheh" pinta Alina manja.

Habibi menghela napas sekejap. "oke" katanya singkat. Dan mematikan ponselnya.

Habibi memandang sekitar area tempatnya berdiri. Memastikan sekali lagi bahwa tidak ada aisyah dikeramaian itu dan melangkah menuju perpustakaan.

---

Habibi memasuki ruangan yang dipenuhi banyak buku itu. Ada meja-meja panjang yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang ingin belajar disini.

Habibi melihat sekitar untuk mencari Alina.

Dan itu DIA??!. Mata habibi menangkap objek yang membuatnya tersenyum lebar. Bukan, bukan Alina. Tapi Aisyah. Gadis yang dicarinya beberapa hari terakhir ini.

Habibi dan AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang