siang ini Habibi berencana untuk melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingnya terkait skripsi yang sedang ia susun. memasuki ruang khusus dosen teknik pertambangan, Pak Andy selaku dosen pembimbingnya menyuruhnya untuk duduk.
jangan kalian pikir ia harus susah dalam menemui dosen pembimbing seperti mahasiswa yang lainnya. bukannya sombong, tapi menjadi putra pemilik kampus dia pasti akan selalu diutamakan. malahan dosennya pernah berkata.
"bapak senang jadi dosen pembimbingmu. nanti kalau mau bimbingan langsung hubungi bapak saja. bapak akan pasti langsung ke kampus. atau bila perlu kamu ke rumah bapak. dan bila bapak sedang diluar kota kamu bisa bimbingan lewat email"
Habibi menanggapinya dengan senyum sopan sambil mengucap terima kasih. menunggu kata-kata selanjutnya dari sang dosen.
"jadi kamu tolong bilang hal ini ke tuan Smith ya, nak." kata Pak Andy dengan senyuman menggoda.
"hehe. siap pak. hal itu serahkan pada saya" jawab Habibi balas tersenyum.
oke, kembali ke saat ini. Habibi sedang dalam mode menjelaskan rincian skripsi yang telah ia garap. sebelum diambil oleh Pak Andy untuk kemudian beliau cermati. Habibi hanya diam mengamati, sambil mendengar penjelasan beliau. hingga fokusnya teralihkan oleh suara seseorang. bukan, bukan suara orang itu yang mengganggunya. tapi orang itu terdengar memanggil nama yang sangat tidak asing baginya dari kemarin.
"Pak Rasyid" sapa orang itu yang ternyata seorang pegawai wanita.
secara otomatis, Habibi menoleh dan memberikan seluruh atensinya pada sosok tubuh tinggi kekar berkulit sawo matang yang sedang tersenyum itu. terlihat lesung pipi di kedua pipinya.
"iya Bu Ani" jawab Rasyid sontolo- ups, jangan ngomong kasar Habibi. batin Habibi berkata.
"ini saya ada bawa bekal dari rumah. kebetulan lebih. boleh buat bapak saja" kata pegawai wanita yang bernama Ani itu.
"oh tidak usah repot-repot bu" kata Pak Rasyid halus.
"tidak apa-apa pak. lagian sayang kalau dibuang" ujar Bu Ani tadi.
terlihat Pak Rasyid menghela napas pelan sebelum mengangguk. "baiklah. ini saya ambil ya bu. terima kasih" kata Pak Rasyid sambil tersenyum manis. membuat bu Ani merona.
Habibi yang memerhatikan mereka dari tadi mendengus melihat rona itu.
ternyata si Rasyid-Rasyid ini populer juga. pikirnya jengkel.
Habibi masih melamunkan dosen baru dikampusnya ini sampai suara yang sangat ia kenali terdengar menyapa dosen itu.
Aisyah.
"Permisi pak. ini tugas kelas kami" kata Aisyah sopan pada dosen didepannya.
"Ah" seru Rasyid tersenyum lebar. "ayo sini. wah banyak sekali ya. tau gitu aku gak bakal nyuruh kamu bawa sendiri ke sini, Aisyah" lanjut Rasyid lagi.
Aisyah???!!!! batin Habibi geram. apa-apaan dosen ini? cara bicaranya terkesan seperti untuk teman wanitanya alih-alih mahasiswanya. pikir Habibi. tak memperhatikan dengan jelas semua penjelasan Pak Andy di depannya.
"ah, tidak apa-apa pak. " balas Aisyah. disertai senyum manis. senyum manis yang mungkin menjadi kelemahan semua lelaki dimuka bumi ini.
Rasyid tersenyum lebar melihat senyum secerah mentari itu. lain halnya dengan Habibi yang tengah mengepalkan tangan menahan amarahnya.
Aisyah memang tidak melihat Habibi. karena meja Pak Rasyid menghadap meja Pak Andy yang otomatis membuat Aisyah berdiri membelakanginya.
"kalau begitu saya permisi ya pak. assalamualaikum" seru Aisyah. dan berlalu setelah salamnya dibalas oleh Rasyid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi dan Aisyah
Roman d'amour"syaah.." "apaansih, jangan megang. Bukan muhrim" "huufftt. Susah ya suka sama cewek alim" "heh, gua gk alim yaa. " "lah, trus apa?" "cuman takut dosa" God, it's the same thing. -_- Verania Aisyah Paraswati, seorang mahasiswi teknik yang bisa dibil...