"semuanya 180 rb.. " kata Aisyah kepada seorang pelanggan. " uangnya 200 rb. Kembaliannya 20 rb. Terima kasih"
Aisyah menghela napas lelah. Hari ini restoran tempat dia bekerja lumayan ramai karena sedang akhir pekan. Ditambah ini merupakan jam-jam makan siang, jadi dia cukup sibuk dari tadi.
" kenapa Yang??" suara yang menyebalkan itu mengganggu acara santai aisyah. Dengan malas ia menoleh dan mendapati Udin, seorang pelayan di tempat restorannya bekerja juga, tengah menatapnya dengan tatapan genit dibuat-dibuat. Dan, jangan lupa senyum tengil yang bertengger itu.
"capek Yang?? Mau Aa' pijitin gak??" lanjut Udin lagi. Dengan mengedip-ngedipkan mata merayu kepada aisyah.
Aisyah menatapnya jengah. "eh, Udin sedunia. Apadeeh. " balas Aisyah.
" dih.. Orang perhatian juga. Mau dipijitin. Eh, malah ngejek" kata Udin lagi.
"ck.. Gak butuh" balas Aisyah lagi, dengan nada malas. "udah-udah. Sono. Jangan ganggu gua. Hus-hus"
"hus-hus.. Sekate-katenya yah lu. Lu kira gua kucing apa?? " sungut Udin sebelum beranjak.
Ekspresi Udin membuat Aisyah tertawa kecil.
" HAYOOO... ngetawain apa??!!! "
tiba-tiba saja dia dikagetkan oleh seseorang.
" ASTAGFIRULLAH... " respon Aisyah terkejut. Dia menatap Raka yang sedang cengengesan di depannya.
"ngapain sih lo ngagetin gua.." sungut Aisyah kesal.
"haha.. Siapa yg ngagetin. Lu-nya aja yang ngelamun sambil ketawa kayak orang gila" balas Raka tertawa kecil. "ayoo.. Lagi ngelamun jorok lu yaa??" lanjutnya lagi mengejek.
"ngelamun jorok.. Lu tuh yang tiba-tiba nongol kayak ninja konoha lagi jalanin misi khusus. Diam-diam, gak ada suara. " balas Aisyah kesal. Lengkap dengan ekspresi yang menggemaskan. Membuat Raka semakin tersenyum senang. Ini salah satu alasan dia menyukai aisyah. Dia orangnya asik. Dan mengikuti pergaulan. Tapi, dia tetap menjalankan perintah agama. Dia bergaul dekat dengan lelaki, tapi disamping itu dia juga membangun batasan dengan lelaki-lelaki itu.
"gimana?? Lu gak lupa janji lu kan, Nyet?? " tanya Raka.
Aisyah tidak menanggapinya. Dia malah merebahkan kepalanya di atas meja tempat mesin kasir.
Melihat aisyah yang tidak menjawab pertanyaannya, membuat Raka mengambil lonceng- yang diperuntukan untuk pelanggan ketika ingin membayar, namun tidak ada penjaganya. (jadi kaya lonceng di hotel-hotel itulooh. Yang buat manggil resepsionis. ^~^)- dan membunyikannya di dekat teling Aisyah.
TRING.. TRING...
"ASTAGFIRULLAH...!! " lagi, aisyah memekikkan kata itu karena terkejut. Untung saja suasana restoran tempatnya bekerja ramai, jadi pekikkannya teredam. Aisyah lantas menatap Raka jengkel. " napa sih lu. Ngajak berantem??! " tanya Aisyah kesal.
Raka membalasnya dengan tawa geli. "hehehe.. Abis lu-nya cuekkin gua. Yaudah." kata Raka setelahnya.
"lah, emang lu tadi ngomong ama gua?? " tanya Aisya mengangkat alis. " tadi lu bilang 'nyet'. Sedangkan nama gua gak ada 'nyet' - nya. Ya jelaslah gua gak jawab" lanjutnya kesal.
"yaudah deeh.. " ujar Raka mengalah. " Lu gak lupa janji lu kan, SYAH?? " Tanyanya lagi.
Aisyah tersenyum manis. Senyum yang mungkin maksud Aisyah untuk memberikan kesan imut yang menjijikan. Tapi, sungguh malah memang terlihat imut menggoda. Raka hanya bisa terpana dibuatnya.
"lu tenang aja. Gua bakal inget kok, babang.. " jawab Aisyah.
Raka yang masih dalam mode diam, karena senyuman Aisyah. Membuat Aisyah bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi dan Aisyah
Romance"syaah.." "apaansih, jangan megang. Bukan muhrim" "huufftt. Susah ya suka sama cewek alim" "heh, gua gk alim yaa. " "lah, trus apa?" "cuman takut dosa" God, it's the same thing. -_- Verania Aisyah Paraswati, seorang mahasiswi teknik yang bisa dibil...