"paansih, Nam? Ngapain tiba-tiba lo nyulik gua ke sini??" sungut Aisyah kesal. Pasalnya, dia tengah berada di alam mimpi. Setelah sebelumnya dengan penuh perjuangan untuk melupakan ucapan habibi tadi sore. Lalu, nenek kunti ini datang ke kamarnya dan meneriakinya seperti dia adalah maling. Dan membawanya ke taman dekat rumahnya malam-malam begini.
Namira tertawa tanpa perasaan bersalah. "nemenin gua ketemuan sama Evan. Takut ada setan nanti kalo cuma berdua"jelas Namira kalem.
Aisyah akhirnya hanya mengangguk pasrah mendengar penjelasan Namira. Dia juga tidak ingin temannya melakukan kesalahan yang akan merusak dirinya sendiri. "yaudah. Ayok duduk di sana" kata Aisyah sambil beranjak ke kursi taman.
Memaskukkan tangannya ke saku jacketnya. "lagian ngapain sih ketemuannya malam-malam? Dingin tauuk. Sepi banget lagi " sungut Aisyah kesal.
Namira hanya tertawa kecil "enakkan pacaran malam-malam. Lebih enak
mesra-mesraannya" jelas Namira.Aisyah memicingkan mata "awas lo mesra-mesraan terus. Dan buat gua kayak kupu-kupu malam disini"
Namira hanya tertawa lagi. Lalu mengeluarkan ponsel, memberi pesan pada Evan dan Habibi.
"Syah, gua tinggal bentar yaa " ujar Namira tiba-tiba.
" kemana? " tanya Aisyah.
" Evan ada di depan kompleks. Mau gua jemput "jelas Namira.
Aisyah mengangguk mengerti. " yaudah. Gua temenin "kata Aisyah berdiri.
" eh.. Gak usah Syah" cegat Namira gelagapan "gua bisa sendiri kok"
Aisyah mengernyit "lo gak bakal ninggalin gua disini kan, Nam?"
Namira memutar matanya, mencoba menemukan alasan. "ee... Gua sendiri aja kok. Gak bakal lama. Serius. Evan bawa motor soalnya" jelas Namira "lagian kan kata lo dingin. Mending disini aja" jelas Namira lagi. Berdoa semoga Aisyah mau untuk tinggal.
Akhirnya Aisyah menghela napas. "yaudah. Awas lama" kata Aisyah kesal. Namira lantas dengan semangat beranjak meninggalkan Aisyah, yang kembali duduk.
Aisyah Menatap sekitar taman sebentar. Dan menunduk memperhatikan sandal jepitnya. Mengeratkan jacketnya ketika hawa dingin semakin terasa. Ugh... Dia jadi rindu dengan kasur dan selimutnya. Dia tadi sedang berada di surga dunia. Sebelum nenek lampir itu merecokinya.
"Eheeem... "
Suara deheman itu, membuat Aisyah mendongak terkejut. Mencoba mencari asalnya. Mengggenggam erat semprotan mericanya. Dia memang terbiasa membawa alat-alat untuk melindungi dirinya. Karena dia seorang wanita. Dan wanita rentan menjadi korban kejahatan.
" siapa?? " tanya Aisyah.
Habibi yang melihat Aisyah memasang posisi siaga tertawa pelan dari tempat persembunyiannya.
Aisyah-nya yang manis... Pikir Habibi. Merasa lucu dengan ucapannya yang mengklaim Aisyah
Lalu setelah tawanya reda. Dia menarik napas panjang. Dan memainkan gitar ditangannya.
You are the one, girl
Kaulah orangnya, nona
And you know that it's true
Dan kau tahu itu yang sebenarnyaSuara itu. Aisyah mengenal suara itu. Habibi?? Iya itu Habibi. Aisyah kenal dengan suara lelaki pujaan hatinya itu. Tapi, Ngapain dia nyanyi malam-malam disini??tanya Aisyah pada dirinya sendiri. Ngamen?? Di tempat sepi ini??
Aisyah mengernyit bingung sambil memindai area taman. Mencoba menemukan sosok Habibi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi dan Aisyah
Romance"syaah.." "apaansih, jangan megang. Bukan muhrim" "huufftt. Susah ya suka sama cewek alim" "heh, gua gk alim yaa. " "lah, trus apa?" "cuman takut dosa" God, it's the same thing. -_- Verania Aisyah Paraswati, seorang mahasiswi teknik yang bisa dibil...