Pada suatu pagi di hari senin, Aisyah memarkirkan matic kesayangannya di halaman parkir kampusnya. Jam tangan mungilnya menunjukkan pukul 7.20 pagi, 10 menit sebelum kelas peledakan di mulai.
Dengan langkah malas dan sesekali menguap tanda bahwa dirinya masih ingin bermalas-malasan dengan kasurnya, Aisyah memasuki gedung fakultasnya.
Semalam dia menonton pertandingan club bola favoritenya, MU, hingga pukul setengah 2 pagi. Mengerjakan setengah essaynya yang akan dikumpulkan besok, lalu tidur pukul 3 pagi.
Dengan waktu datang bulannya, Aisyah tidak sholat shubuh, yang membawa sedikit manfaat baginya jadi dia bisa tidur sekitar 3 jam. Sebelum bangun dan bersiap-siap ke kampus.
Huaaaah.. Dia berharap bisa tidur siang. Tapi, dia memiliki pekerjaan siang sampai sore. Bekerja sambil kuliah tidak segampang di sinetron-sinetron yang dia tonton.
"MAK LAMPIIIIIIRRR"
"astagfirullah.. " seru Aisyah terkejut dengan suara 8 oktav yang membahana dikoridor. Merasakan rangkulan di bahunya, Aisyah berbalik dan mendapati Namira berdiri dengan cengiran menyebalkannya.
" astagaaa, Namira. Dasar tarzan." sungutnya.
"haha. Lo udah buat tugas kan? Minta doong. Gua belum niiih" rengek Namira. Mengabaikan tampang kesal Aisyah.
"ogah" balas Aisyah singkat.
"yeee.. Segitunya lu. Sama temen sendiri juga" ujar Namira memelas. Lengkap dengan tatapan 'puppy-eyesnya'.
"cih.. Tampang lu itu bakal berhasil buat Evan. Tapi, gak buat gua. Bleeee" ejek Aisyah lagi lengkap dengan tawa kecil.
"Sya... Plisss. Yah, yah. Boleh liat tugas lu yaaa. Gua traktir deh" kata Namira, menolak menyerah untuk merayu.
Aisyah baru akan membalas ketika mereka berpapasan dengan Alina, Cindy dan Lioni. Para mantan-mantan Habibi. Pikir Aisyah kecut.
"yuhuuu guys" seru Alina saat Aisyah didepan mereka. "kalian cium bau-bau busuk gak? Itulooh kayak bau sampah yang busuk karna ketutup banget. Ketutup plastik bersih sih. Jadi, orang gak tau kalau itu sampah". Lanjutnya sambil terkikik. Yang diikuti dua teman lainnya.
"apa??! kurang aj-"
Aisyah menahan tangan Namira yang akan berbalik. Dan memaksanya melanjutkan langkah mereka. Namira menatap tidak setuju yang diabaikan Aisyah.
Alina dan yang lainnya memang sekarang sering mengganggunya. Dia tau alasannya. Habibi. Apalagi alasan mereka selain itu. Tapi dia tidak menggubris.
"lo biarin, mereka bakal ngelunjak tau gak?!! " kata Namira kesal.
"males gua. Begini-begini gua makai kerudung yang jadi tanda agama gua. Gua buat salah, bukan cuman nama gua yang jadi buruk. Agama gua juga bisa dibawa-bawa." jelas Aisyah pelan.
Namira mendengus keras " tapi..."
"udah. 5 menit lagi kelas mulai." kata Aisyah tegas. "tugas elo belom kan?" Lanjutnya.
"mampus" seru Namira menepuk jidatnya. "sya.. Pliss-"
"nih, " potong Aisyah memberikan kertas kepada Namira." bego. Lu baru mau nyalin sekarang? Yaaa, gak keburulah" katanya dan berjalan meninggalkan Namira yang terdiam.
Menatap sekitar 10 lembar kertas ditangannya, yang ternyata merupakan tugas lengkap dengan jawabannya. Namira tersenyum dan berlari mengejar Aisyah.
"aaa.. Sya. Lu emang paling the best lah " seru Namira riang. Dan langsung mengejar Aisyah dan merangkulnya lagi.
🌞🌞🌞
"Kamu tinggal revisi bab III. besok bawa ke saya. Kalau sudah pas. Kamu bisa lanjut ke bab selanjutnya"
Habibi mengangguki kata-kata dosen pembimbing skripsinya. Tinggal beberapa data lagi untuk menyempurnakan bab III ini.
"eh bro. Udah selesai bimbingan lo? " sapa Galih ketika Habibi keluar dari ruangan.
" hmm.. Lo? " tanya Habibi.
"ini giliran gua" jawab Galih.
"ooh.. Good luck kalau gitu" kata Habibi yang dibalas anggukkan oleh Galih.
Huuh.. Hela napas lega Habibi. "udah selesai bimbingan. Gua makan bareng ica aja kali ya? Seharusnya, udah kelar kelasnya" gumamnya pada dirinya sendiri sambil melihat jam tangan rolex hitam di tangannya
Hehehe.. Jangan aneh kalau Habibi tau jadwalnya Aisyah. Dia pernah nyuruh Aisyah ngirim semua jadwal kuliahnya ke Habibi.
Dia berjalan menuju koridor dan melihat kerumunan yang baru saja keluar kelas. Dilihatnya Aisyah dan Namira berjalan menuju ke arahnya tanpa menyadari keberadaannya.
Timbulah niat jail dalam diri Habibi. Bukannya menghampiri Aisyah, dia malah bersembunyi di balik tembok lorong. Sambil terkikik kecil dia menunggu sampai kedua gadis itu lewat di depannya, dan...
"Haaaak.. " teriak Habibi keras. Disusul suara 8 oktaf mengisi koridor secara serempak.
"HUAAAAAA..." Aisyah.
"MAMAAAAA" Namira.
"hahahhaahaha.. " tawa Habibi keras. " astaga kalian harus liat muka kalian tadi. Hahaha" ujarnya masih diiringi tawa.
Tak menyadari raut wajah kedua gadis didepannya. Aisyah dan Namira yang kesal saling memberi kode. Lalu...
"aahk.. "ringis Habibi. Setelah Aisyah dan Namira kompak menginjak kakiknya. ditambah Namira menggunakan heels 5 cm berujung runcing. Pahamlah kalian bagaimana sakitnya
" rasain tuuh" ujar Namira. "yuk syah, kita cabut" lanjutnya mengamit lengan Aisyah.
"yuk" angguk Aisyah "jangan iseng makanya" kata Aisyah pada Habibi.
"eh, Ca. Mau kemana? Eh eh eh" tanya Habibi diantar ringisannya.
"makan" jawab Aisyah. Sambil berjalan meninggalkan Habibi.
"eh tungguin dong. Gue tadi emang mau ngajak lo makan" kata Habibi lagi. Kali ini sambil melangkah tertatih-tatih mengikuti Aisyah.
"makan aja sana sama tembok" balas Aisyah lagi.
"eh.. Jangan dong Ca. Masa gitu aja ngambek" kata Habibi lagi. "aw.. Aw.." ringisnya lagi. "gila.. Itu sepatu atau gigi hiu sih, tajam banget" gumam Habibi lagi.
"CA... ICA....... "
Tbc-
Pendek ya?? Maaf yaaa. Segini dulu. Makasih buat yang mau baca. Ambil yang baik, buang yang buruk yaaa.
Love,
Ambon, 17-09-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi dan Aisyah
Romance"syaah.." "apaansih, jangan megang. Bukan muhrim" "huufftt. Susah ya suka sama cewek alim" "heh, gua gk alim yaa. " "lah, trus apa?" "cuman takut dosa" God, it's the same thing. -_- Verania Aisyah Paraswati, seorang mahasiswi teknik yang bisa dibil...