Siang hari memang merupakan waktu paling sibuk untuk pelayan restoran, rumah makan dan cafe. Tak terkecuali cafe tempat Aisyah bekerja. Sedari tadi Aisyah dan rekan-rekan lainnya sibuk melayani setiap pelanggan yang datang.
Karena semua meja sudah full, tak sedikit yang membungkus makanan serta minumannya, untuk kemudian di bawa pulang.
Bisa dibilang, semua meja terisi penuh oleh sebagian besar lelaki. Terhitung ada setidaknya 4 meja besar yang masing-masing berisikan 8 orang. Yang entah berapa waktu yang dihabiskan oleh lelaki-lelaki itu untuk menghabiskan minumannya. Catat yaa... Minumannya."astagaaa, kalau mau numpang wifi doang. Liat sikon juga kali! Masa daritadi belum selesai. Orang lain juga mau makan ni" dumel Udin menatap segerombolan lelaki itu.
"ck.. Bukan numpang wifi, Din" kata Rani merespon. "noh liat tatapan mereka" Matanya menatap ke arah kasir. Diikuti Udin. "mereka disini bukan karena wifi. Tapi karena sang Dewi tanpa Dewa-nya, lagi disini" lanjutnya. Dewa sendiri merujuk pada Habibi yang memang tidak keliatan mengawal Aisyah hari ini.
"ck.. Cecunguk-cecunguk itu mau saingan sama bos? Beuh.. Kalah jauuuh" balas Udin lagi. Sebelum kemudian beranjak dan kembali ke pekerjaannya.
Merhatiin cowok-cowok caper itu gak guna. Katanya sambil melangkah.
Aisyah sendiri masih sibuk melayani pesanan. Sering terselip godaan yang dilontarkan pembeli-pembeli lelaki. Tapi, Aisyah hanya membalasnya dengan senyum. Senyum manis yang membuat sang lelaki enggan untuk beranjak. Sebelum disadarkan oleh Raka. Dengan kata-kata nyelenehnya.
Seperti..
"bro. Awas matanya gelinding, terus dimakan kucing"
Atau
"itu orang kali. Bukan makanan. Jangan sampai liuran juga liatnya".
Dan kali ini..
"eh, itu dia jilbaban loh. Lo liat dia seolah dia lagi telanjang aja"
Plaak..
"aw.. " ringis Raka. Setelah sebelumnya dijitak Aisyah. "apaain si?"
"ngomong sekali lagi. Gua suapin elu 1000 uang koin" balas Aisyah. Sebelum kembali melayani pembeli. Tak lupa juga kesabaran dalam menghadapi tingkah aneh mereka.
---
"fyuuuhh.. Capek banget" kata Raka.
Rani, Raka, Aisyah dan Udin sedang berada di pintu belakang cafe. Shift mereka telah habis.
"lebay lo. Cuman duduk doang aja sok-sokan bilang capek" balas Udin.
"mata lu gua duduk doang!! . Noh, gua jagain si bunga bangkai yg dikerubutin lalat" kata Raka. Mengedik ke arah Aisyah.
Aisyah yang disindir balas mendelik galak. "cih, dasar kantong semar " kata Aisyah kesal.
"Syaaah." seru Namira dari jauh. Dia terlihat sedang berjalan mendekat. Membuat balasan Raka tertahan dibibirnya. Disamping Namira ada Evan yang setia merangkul bahu Namira.
"cih... Orang pacaran sekarang gak tau malu yaa. Masa rangkulan ditempat umum. Dilaporin ke KPI, di banned lo dari indo" kata Udin sambil mendengus jijik.
"cih. Jomblo sekarang sirikan ya orangnya" balas Evan. Melempar senyum ejekkan.
"ap-"
"astagaaa... Stop. Lagi urgent nih" potong Namira, membuat keduanya diam. Sebelum omongan gaje mereka akan bertambah lagi.
"Habibi sakit" lanjut Namira. Kali ini untuk Aisyah.
Aisyah mengerutkan kening. Kekhawatiran tergambar jelas diwajahnya.
"sakit? Sakit apa?? " balas Aisyah bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi dan Aisyah
Romance"syaah.." "apaansih, jangan megang. Bukan muhrim" "huufftt. Susah ya suka sama cewek alim" "heh, gua gk alim yaa. " "lah, trus apa?" "cuman takut dosa" God, it's the same thing. -_- Verania Aisyah Paraswati, seorang mahasiswi teknik yang bisa dibil...