"sshh.." ringis Raka pelan menahan perih. "pelan-pelan suster. Sakit niih" keluhnya lagi.
"udah suster. Kerasin aja. Gak usah lembut. Byar dia kapok trus gak berantem lagi" ujar Aisyah kesal.
Yaa.. Saat ini Aisyah dan Raka sedang di rumah sakit. Fadli mengantar Rara pulang. Jadi dia tidak bisa ikut.
"Jahat banget sih lu. Gua gini juga gegara belain lu nyeet" balas Raka tidak terima.
"belain bukan berarti lo harus berantem. Tuh, kan lo yg susah sendiri. Udah ah, gua keluar bentar " kata Aisyah sambil beranjak.
" kemana- aw- lo?? "tanya Raka disela-sela ringisannya.
" betelor.. " jawab Aisyah acuh sambil mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang.
---
" hai Habibi.. " sapa Aisyah kaku. Senyum manis tetap ia paksakan terbit di tengah-tengah kegugupannya.
Habibi masih diam dalam keterjutannya. Menatap bingung ke arah gadis manis didepannya ini.
" emm... " gumam Aisyah, sedikit merasa tidak nyaman karena belum disuruh masuk. Akhirnya dia menoleh ke arah suster rumah sakit yang sedang berjalan mendekat.
" sini kak Anya.. " panggilnya. Lantas menatap Habibi. Cengiran terpasang dibibir mungilnya. " ini Bi, gua bawa suster buat ngobatin elo." jelasnya.
Habibi yang sudah mendapatkan kesadarannya menatap Aisyah. Dia merasa sedikit kaget dengan penjelasan Aisyah tadi.
Suster buat ngobatin dia?? Kenapa gak elo aja sih. Pikir Habibi, batinnya tersenyum senang.
Lain halnya dengan wajahnya yang menatap datar. Gengsi dong, udah ngehina dia malah trima bantuannya. Pikir otaknya...
"gak usah. Balik aja lo sono"kata Habibi ketus. Dia ingin terlihat garang. Tapi, terdengar seperti merajuk. Membuat suster Anya tertawa kecil.
Dia lantas menatap suster itu. Menyuruh diam tanpa suara.
"iih.. Apasih. Harus diobatin tau gak? Tuh liat wajah lo. Biru-biru gitu. Pake acara berantem siih. Jadi tambah jelekkan mukanya" kata aisyah lagi.
"apa?? " tanya Habibi tidak terima.
Aisyah meraih tas ranselnya meletakkannya didepan tubuh gadis agar tubuhnya terhalangi tas itu lalu mendorong Habibi ke dalam menggunakan tubuhnya. Seraya berkata. " ayoo kak Anya.. Silahkan masuk. Anggap aja rumah sendiri ya kak?? "
" eh-eh-eh. Apa-apaan? Kok lo maen masuk aja sih? Gu-"
"sst.. Diam" kata aisyah memotong ucapan habibi. "cuma obatin bentar kok. Lo gak kasian apa sama susternya udah jauh-jauh dateng ke sini??" lengkap dengan mimik wajah yang menyedihkan.
Habibi menatap wajah Aisyah sekejap. Dan bergumam dalam hati. Uh, imut banget sih lo. Jadi pengen gua kurung..
Oke, hati dan ekspresinya sangat tidak sejalan. Kalo hatinya menyerukkan kesenangan karena diperhatikan oleh Aisyah. Tapi, dia berusaha mengeluarkan ekspresi dingin.
Gak, gua masih marah dia jalan sama tu cowok tengil. Yaa. Itu otaknya yg berbisik.
"gak mau" tolak Habibi lagi. "bodoamat. Lo kan yang nyuruh.. Gua gak nyuruh dia dateng. Lagian yaa, kalo Lo ngerasa repotin susternya.. Kenapa bukan elo aja yg ngobatin?? " lanjutnya. Meraih remote tv dan menyalakannya.
"gua juga pengennya gitu. Tapi, kan kita berdua bukan muhrim. Belum halal kalo saling sentuh. Trus, kalo gua ngobatin lo disini berarti kita berduaan dong. Itu juga gak boleh tauuk. Mangkanya gua manggil ni suster. "jelas Aisyah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi dan Aisyah
Romance"syaah.." "apaansih, jangan megang. Bukan muhrim" "huufftt. Susah ya suka sama cewek alim" "heh, gua gk alim yaa. " "lah, trus apa?" "cuman takut dosa" God, it's the same thing. -_- Verania Aisyah Paraswati, seorang mahasiswi teknik yang bisa dibil...