Tess... Tess...
Tepat di angka 15.25 hujan turun membasahi bumi. Aisyah yang saat itu sedang berada di pelataran parkir kampusnya lantas berlari mencari tempat berteduh.
"Iih.. Bisa gak hujannya turun pas gua sampai rumah aja. Mana gak bawa jacket atau jas hujan lagi... Huuuu, dingin" dumel Aisyah pada dirinya sendiri. Sambil menggosok-gosokkan dan meniup tangannya.
Pluk..
Tiba-tiba ia dikejutkan dengan seseorang yang menyampirkan sesuatu-sepertinya jacket- ke bahunya. Dia menoleh dan mendapati Habibi menatapnya dengan senyum mengejek.
"makanya, sedia payung sebelum hujan." kata Habibi.
"hehehe.. Iya sih. Lupa" cengir Aisyah. Dia lalu menatap jacket Habibi yang sekarang dipakainya. Lalu kembali menoleh ke Habibi. "makasih ya.." tunjuknya pada jacket itu. "bisa gentle juga lo" lanjut Aisyah dengan senyum mengejek.
Habibi balas tertawa. " udah dari sononya kali. Lo aja yang baru tau"
Mereka bercakap-cakap. Seakan-akan melupakan tentang hal yang tadi siang. Aisyah tidak sepenuhnya melupakan. Pun, dengan Habibi. Mereka hanya tidak ingin hubungan mereka yang lumayan baik ini menjadi renggang.
Habibi sebenarnya ingin meminta maaf. Tapi, melihat Aisyah yang seperti tidak ingin membahasnya maka Habibi hanya mengikuti alurnya saja.
"uh, gua benci hujan. Gua gak suka. Dingin" kata Aisyah Tiba-tiba sambil menggigil kedinginan "Tapi kata ayah hujan itu berkah. Yaaa kata allah juga sih. Tapi, tetap aja gua gak suka" kata Aisyah lagi.
"hahaha.. Lo aneh. Beberapa cewek kalem mereka suka hujan tuh. Tuh, sampai difilmkan. Magic hour, misalnya." kata Habibi tertawa kecil. Saat ini cuaca terasa dingin. Namun, percakapan ringannya dengan aisyah membuat dia enggan untuk cepat-cepat pulang. Padahal, dia membawa jas hujan. Untuk dia pakai saat menggunakan motor.
Aisyah nampak berpikir. Terbukti dengan kerutan di keningnya. "iya juga sih. Tapi, gua gak suka hujan." kata Aisyah lagi.
Habibi hanya terkekeh kecil karena ucapan Aisyah.
"tapi, Bi. Ngomong-ngomong soal hujan. Hujan itu kaya cinta looh" ucap Aisyah.
Habibi mengerutkan kening, tidak mengerti. "maksud lo?"
Aisyah menatap rintik hujan yang sudah mulai deras. Sehingga menciptakan genangan-genangan air di jalan.
"iya. Cinta itu sama kayak hujan.. Kalo kebanyakan ngerepotin. Lihat" tunjuknya pada salah satu jalan yang mulai tergenang air.
Habibi mengikuti arah tangan Aisyah dan tertawa kecil. "hahahha.. Bahasa lo." "
"hehehe.. " balas Aisyah tertawa. " tapi memang benar looh. Hujan itu kan berkah. Tapi, kalo kebanyakan buat banjir dimana-mana. Ngerepotin kan? " jelas Aisyah. " begitupun dengan cinta. Kita kalo kebanyakan cinta sama orang, yang ada repot kitanya"
Habibi tertawa pelan. Namun, kemudian terdiam. Apakah ini menyangkut perasaan Aisyah padanya? Ini bukan kegeeran semata. Dia sudah berpengalaman dengan banyak perempuan. Dan, dia tahu dengan pasti bahwa apa yang di katakan suster tempo hari memang benar. Aisyah menyukainya. Itu juga dapat dilihat dari tingkah Aisyah ketika Habibi hampir menciumnya tadi siang. Aisyah bukan perempuan yang selama ini dikenalnya gampang mencium atau dicium pria lain. Dia tahu jelas bahwa Aisyah tidak seperti itu.
Trus, apa gua ngerepotin dia ya? Apa dia tersiksa suka sama gua? Tunggu dulu. Tadi dia bilang cinta. Berarti udah lebih dalam kan ya? Habibi berkutat dengan pikirannya. Hal terakhir yang dipikirnya membuat lekuk bibirnya membentuk senyuman secara tidak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi dan Aisyah
Romansa"syaah.." "apaansih, jangan megang. Bukan muhrim" "huufftt. Susah ya suka sama cewek alim" "heh, gua gk alim yaa. " "lah, trus apa?" "cuman takut dosa" God, it's the same thing. -_- Verania Aisyah Paraswati, seorang mahasiswi teknik yang bisa dibil...