Perkenalan yang Aneh

5.4K 305 21
                                    

Safa kesal sekali hari ini. Ia lemas sejak pagi tadi. Mulai dari bermimpi buruk, terlambat sarapan hingga membuat perutnya keroncongan, apalagi ia mendengar kabar bahwa Reynald, gebetannya, sakit. Makanya, ketika Reynald sakit, Safa juga ikut sakit.

Pas jam olahraga, saking lemasnya, Safa bahkan tidak kuat berlari. Padahal mereka sedang mengambil nilai untuk materi marathon pelajaran Penjaskes. Safa sebenarnya suka olahraga, buktinya dia ikut klub voli di sekolah. Tapi secinta apapun dia dengan olahraga, ketika sang pujaan hati sakit, olahraga juga jadi tidak mood.

Alhasil, karena Safa yang hanya termenung-menung seperti kekurangan gizi, guru olahraganya memberi hukuman membuang sampah kantin. Siapa yang tidak tahu sampah kantin? Kotor, lembek, dan baunya, loh.. Seketika mata Safa langsung menyala melihat sampah-sampah itu. Sempat terbesit keinginan untuk kabur saja, tapi apa boleh buat, mata elang sang guru olahraga senantiasa mengawasi. Safa menarik nafas dalam-dalam di luar, lantas menahannya sekuat mungkin ketika mengangkut sampah-sampah itu.

Baru dua kali bolak-balik dia sudah lemas. Mengantarkannya ke luar memang tidak melelahkan, tapi rasanya mau muntah mencium baunya.Teringat kata-kata bijak guru olahraga, “Kalau berhenti sebelum semuanya selesai, kamu harus melakukannya tiap hari!”

Aduh, jangan deh tiap hari. Hari ini saja sudah cukup. Batin Safa.

Seluruh kantong plastik berisi sampah telah terangkut ke luar, tapi pekerjaan belum selesai. Safa harus menunggu di depan sekolah sampai truk pengangkut sampah datang.

Matahari semakin tinggi, akhirnya truk pengangkut sampah sampai juga untuk mengangkut sampah sekolah. Tugas selesai, saatnya kembali ke kelas. Belum sempat beranjak, seorang pemuda pengendara sepeda melaju melewati jalanan di depan Safa. Tanpa sengaja  membuat genangan air di jalanan terciprat ke seragam sekolahnya. Safa reflek berbalik, tapi sudah terlanjur kotor. Dia menyahut pemuda itu, tapi tidak dihiraukan. Safa menyerah. Lagi pula tidak ada gunanya memanggil lelaki itu. Ia tidak mungkin membantu Safa mencucinya, kan?

Mata gadis itu melihat sebuah ponsel jadul yang terjatuh di jalan. Segera diambilnya. Mungkin milik pengendara sepeda tadi. Apa boleh buat, pengendara sepeda itu sudah jauh, dia tidak mungkin mengejarnya. Lagi pula ponsel itu terlalu jadul, orang macam apa yang zaman sekarang masih memakai hape ini?

Tapi hati nurani Safa tergerak. Ia segera berlari mencoba mengejar lelaki itu. Terlihat ada sebuah sepeda yang terparkir di depan toko. Safa segera menyusul ke sana.

Di pintu toko tersebut, terpampang besar-besar “Muslimah Store : Toko Sarah” Catnya berwarna biru dan pink. Itu toko pakaian wanita. Safa jadi heran, untuk apa lelaki tadi ke sini?

Tanpa perlu masuk dan mencari-cari lelaki tadi, kebetulan ia baru saja muncul dari pintu. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal, Safa menyodorkan ponsel itu padanya. “Ini, Kak. Tadi jatuh di jalan.”

Sebentar ia tampak bingung melihatnya, tapi kemudian tersenyum dan berterimakasih.

Lelaki itu kemudian permisi, menaiki sepedanya yang berada dekat sana. Ia memandang Safa sebentar, kemudian bertanya, “Sekolah dimana, Dek?”

“SMA Manuangsa Muda.”

“Oh…, dekat sini, kan? Mau diantar?”

Safa menggeleng cepat. “Tidak perlu, Kak.”

“Tidak apa-apa, kok. Anggap saja sebagai tanda terimakasih.”

Bukannya curiga atau apa, tapi rasanya aneh saja dibonceng oleh orang asing, apalagi laki-laki yang baru saja mengotori roknya. Safa masih dendam. Ia pun mencari-cari alasan.

“Ayo!” Panggilnya.

“Tapi kan tempat duduk untuk boncengannya tidak ada,” ujar Safa polos.

Lelaki itu menggaruk kepala, ia sepertinya baru sadar.

“Kalau begitu, apa mau duduk di depan saja?” Tanyanya lagi.

Aduh, dia mulai aneh. Safa menggeleng tegas. Ada-ada saja.

Ia pun tertawa melihat ekspresi cemas Safa. “Bercanda, kok. Nanti bisa-bisa yang di dalam marah.”

Yang di dalam? Safa pun mengintip ke dalam lewat pintu transparan yang terbuat dari kaca. Mungkin maksudnya seorang wanita manis berjilbab di dalam. Mungkin itu pacarnya.

“Gimana? Diantar, tidak?” Tanya lelaki itu lagi.

“Kan tempat boncengannya tidak ada.”

Lelaki itu menepuk jidatnya sendiri. “Kalau begitu, lain kali saja, ya?”

Lain kali? Safa berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengan lelaki aneh ini.

“Safa Nurul, ya?” Tanyanya.

Safa tersentak kaget. Darimana dia tahu?

Ia kemudian tertawa lagi melihat ekspresi lucu Safa. “Itu tagname-nya kan ada.” Menunjuk tag-name Safa. “Saya Fajar, tidak usah diingat.”

Lelaki bernama Fajar itu pun berlalu sambil melambaikan tangannya. Safa menatap bingung. Namanya Fajar, dan tidak usah diingat? Perkenalan yang aneh.

Safa sudah berjalan menuju sekolah. Fajar juga sudah melanjutkan perjalanan bersepedanya ke arah yang berlawanan. Tiba-tiba Fajar teringat sesuatu, dia pun memutar sepedanya berbalik berusaha mengejar gadis yang baru ditemuinya tadi. Tapi sayang, dia sudah tidak kelihatan lagi, mungkin sudah masuk ke lingkungan sekolahnya.

“Cepat sekali hilangnya,” gumam Fajar.

Ternyata Safa bukan sudah masuk ke sekolah, melainkan sedang bersembunyi di samping sebuah rumah. “Kenapa dia mengejar, ya?” Safa bertanya-tanya. Mengintip ke luar. Melihat lelaki bersepeda itu sudah tidak di sana, secepat kilat Safa berlari kembali ke sekolah.

*

Fajar sudah kembali lagi ke sebuah toko baju muslimah yang juga merangkap rumahnya, kali ini wajahnya tampak serius. Lelaki bertubuh tinggi itu menyela masuk di antara pelanggan-pelanggan yang mulai berdatangan. Dengan langkah yang lebar dan cepat, dia menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Fajar membuka laci-laci meja di kamarnya, mencari sesuatu. Dia ingat sekali meletakkannya dengan rapi di sebuah kotak. Barang yang dicarinya pun akhirnya ditemukan, sebuah pas foto seorang anak kecil mengenakan baju batik TK. ‘Nurul Safa.’ Begitu tulisan di belakangnya. Fajar memandangi foto itu dengan seksama, mencoba membandingkan dengan siswi SMA yang ditemuinya baru saja.

Jantungnya berdetak kencang, keringat mulai bercucuran. Fajar menyungging senyum.

Gadis yang sudah dicarinya sejak lama, ternyata dekat sekali.

Toko Hijrah (COMPLETED) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang