Asap motor masih mengepul. Di tengah teriknya cahaya matahari dan lalu lintas yang padat, dua orang siswa laki-laki masih sempat membuat masalah. Mereka berkelahi di tengah jalan di depan gerbang sekolah. Jika dikatakan mereka adalah siswa SMA Manuangsa Muda, maka orang buta pun akan tahu salah satu dari mereka pasti adalah Reynald.
Awal mula permasalahannya adalah siswa SMA lain yang tidak sengaja menyerempet Reynald. Tentu saja Reynald yang fikirannya sudah kusut sejak lahir itu langsung marah dan melempar tasnya pada siswa tersebut hingga membuatnya jatuh dari motor. Kegiatan saling menuduh pun semakin menjadi dan membuahkan perkelahian. Karena keduanya punya geng, ya semua anggota geng ikut berkelahi. Lalu lintas pun jadi macet karena perbuatan mereka.
“Dasar egois! Masa iya masalah pribadi jadi masalah bagi orang banyak? Karena mereka jadi macet, kan!” Tika menggerutu.
Banyak orang yang melihat perkelahian sengit itu, termasuk Safa dan teman-teman. Hampir seluruh siswa SMA Manuangsa Muda keluar untuk melihat perkelahian itu, tidak peduli dengan guru yang marah-marah menyuruh mereka masuk kelas. Tidak ada yang berani melerai, semua orang tahu perkelahian Reynald and the geng sangat sadis. Mereka tidak takut lawan mereka akan terluka parah atau tidak.
“Jadi itu lelaki yang kamu kagumi?” Tiba-tiba suara itu terdengar di telinga Safa, dia menoleh.
Fajar tersenyum menyapa.
“Apa yang kamu sukai dari lelaki ugal-ugalan itu?” Fajar menunjuk Reynald dengan tatapan matanya.
Safa kembali melihat ke depan, malas menjawab pertanyaan Fajar. Dia tidak suka Fajar yang terlalu banyak ikut campur urusannya.
“Cinta itu fitrah manusia, silahkan lanjutkan.” Fajar langsung pergi.
“Sudah kubilang dia lelaki aneh. Dia ada dimana-mana. Dan dia tahu segalanya,” batin Safa.
Safa tidak tahu perkembangan berita perkelahian Reynald CS selanjutnya. Meski dia menyukai Reynald, bukan berarti dia setuju dengan perilaku buruknya.
Sebuah pesan masuk.
Kak Annisa : Safa ke toko, kan, hari ini? Kakak sudah kangen :)
Safa : Sama, Kak. Tapi aku sedang tidak mau ke toko, Kak. Malas ketemu Bang Fajar.
Kak Annisa : Lho? Kenapa? Lagi marahan, gitu?
Safa : Hm. Dia sok ikut campur dan terlalu maksa.
Kak Annisa : Karena masalah jilbab itu, ya?..., Jangan begitu, Dek. Kakak yakin Bang Fajar cuma mau kamu jadi pribadi yang lebih baik. Dia cuma terlalu perhatian saja. Coba renungkan apa yang Bang Fajar bilang ke Adek. Semuanya sekedar untuk kebaikan Adek.
Safa : Iya deh, Kak. Lagi mencoba merenung. Beberapa detik berlalu.
Kak Annisa : Kok Kakak jadi kayak menengahi sepasang kekasih yang bertengkar , ya?
Safa segera tersadar membaca pesan itu.
Safa : Maaf, Kak. Tidak ada apa-apa, kok. Kakak jangan cemburu, ya sama adik sendiri?
Tidak ada balasan dari Annisa. Safa tidak tahu, di sana Annisa ternyata benar-benar serius cemburu.
*
Debu bertebaran dimana-mana. Udara sore terasa kotor. Safa dengan celana jeans dan baju kaosnya berdiri di depan pintu sebuah toko sambil memeluk buku bersampul biru. Kakinya masih ragu untuk melangkah masuk.
Fajar yang melihatnya dari dalam menghampiri Safa.
Safa menghembuskan nafas, merilekskan batin dan fikiran. Dia mengulurkan buku tebal itu ke depan sambil menunduk, membuat rambutnya tergerai ke depan.
Fajar menatap bingung pada buku itu dan Safa. “Kenapa dikembalikan?”
Safa akhirnya mengangkat kepala, menatap mata Fajar. Tatapan mata lelaki itu selalu lembut. Meski Safa sudah jelas-jelas menunjukkan kemarahan dan kekesalannya pada Fajar, dia tetap bersikap seperti biasa. Ramah dan karena sifatnya itu pula dia menjadi aneh di mata Safa.
“Kali ini aku mau hijrah beneran, Bang.”
Fajar mengernyitkan dahi. “Serius?”
Safa mengangguk. Tangannya masih terulur.
“Lalu kenapa dikembalikan bukunya?”
“Aku mau Abang kasih ulang ke aku. Insyaallah kali ini aku sudah siap menerima buku itu.”
Senyum terhias di bibir Fajar, hendak tertawa dengan cara Safa yang tidak biasa. Tapi ya sudahlah, Fajar melakukan seperti yang diinginkan Safa. Mengambil bukunya, dan memberikannya ulang.
Buku itu dipegangnya erat-erat di dadanya setelah menerima untuk kedua kalinya.
Fajar permisi masuk sebentar, ternyata dia memanggil Annisa. Fajar menyuruh Annisa membimbing Safa mencari pakaian muslimah syar’i di dalam toko. Safa hendak menolak, tapi Fajar memaksa. Akhirnya Safa mulai masuk dan mencari-cari pakaian yang disukainya di dalam. Rezeki tidak boleh ditolak, kan?
Sebuah baju gamis berwarna biru agak gelap dan jilbab dengan warna senada sudah terpasang manis di tubuh Safa. Saat memandang bayangan dirinya di dalam cermin, Safa merasa terkejut, seperti melihat orang lain. Perasaannya juga masih terasa aneh ketika memakai baju itu. Rencananya Safa mau pasang jilbab saja dulu, nanti syar’i-syar’i-nya tapi dia sadar bahwa yang namanya berjilbab ya begini. Karena itu tujuan Fajar memberinya buku itu, supaya dia tidak asal pakai saja. Tapi tahu hakikatnya, maknanya, dan syaratnya.
Kali ini Safa sudah bertekad bulat. Dia ingin berubah menjadi lebih baik. Setiap hari selalu ingin memperbaiki diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Hijrah (COMPLETED) ✔
SpiritualJauh dari kampung halaman. Jauh dari Tuhan. Nurul Safa Salsabila menghabiskan masa mudanya dengan hanyut dalam kemaksiatan. Mengaitkan kelingking, ucapkan perjanjian. Mereka fikir itu cinta. Mereka fikir akan bahagia. Lupa, masa depan menjadi taruh...