Sebuah gelas kaca jatuh dari atas meja. Membuat suara berisik ketika pecahannya beradu dengan lantai dingin di ruangan sepi itu. Seorang gadis berjilbab lebar di dekat sana terkaget sendiri dengan ketidak-sengajaannya.
Dulunya, maksudnya beberapa waktu yang lalu, ini adalah sebuah toko. Bangunan kecil yang di depannya terpampang dengan jelas sebuah baliho bertuliskan “Toko Sarah.” Sama seperti gerai lain di kota ini yang juga cenderung memakai nama pemiliknya sebagai nama. Letaknya cukup strategis, tepat di samping jalan raya. Sebagaimana juga yang lain. Tapi bagi gadis itu, ini bukan toko biasa.
Bangunan itu adalah muara kerinduannya. Tempat dimana ia menemukan sebuah cahaya. Di sana, ia diperkenalkan dengan ketulusan, keikhlasan, dan hakikat cinta sejati.
Dulu, toko penuh dengan barang-barang dan pelanggan yang berdatangan. Dan ketika waktu senggang, mereka bersama duduk di bawah tangga. Bermain congklak. Bila ia menginap, akan diceritakan cerita horor. Seru sekali. Meski ketika itu ia pun diusir. Tapi begitulah, ia selalu bisa tersenyum di toko ini.
Dia menyebutnya...., Toko Hijrah.
Memandang dan mengenang masa lalu selama sepuluh menit sepertinya sudah lebih dari cukup. Kini dia akan menatap masa depan yang insyaallah lebih cerah.
Sebenarnya dia baru saja pulang dari sekolahnya yang mengadakan farewell party. Sayangnya dia tidak bisa tertawa senang dengan kelulusannya. Ada banyak kebusukan yang ditutup-tutupi selama ini. Beberapa waktu belakangan mulai tercium baunya. Dan hari ini sebagai bukti. Dua siswi setingkat kami dibunuh pacarnya. Dua siswi lain bunuh diri. Lima siswi aborsi, termasuk Nina. Dan kelimanya memutuskan berhenti sekolah karena rasa malu yang teramat sangat. Beruntung, mereka ternyata masih punya malu. Tiga siswi menikah dan dua bulan kemudian punya anak. Tiga bulan kemudian suaminya menghilang entah kemana. Sementara siswa laki-laki beruntung semuanya lulus, tapi jelas mereka nyaris tidak punya harapan menjadi sukses.
Persahabatan mereka masih utuh, meski tanpa Nina. Semuanya bertekad bulat untuk berubah. Syerin masih tetap fashionable dengan gamis muslimahnya. Lagu-lagu cinta yang sering dilantunkan Tya kini berubah haluan jadi syair indah milik Alqur’an. Meski Tika masih tetap jadi galak, tapi galak yang positif. Nahi munkar, katanya. Sementara Safa sendiri terus memperbaiki diri. Dia sadar tidak ada perubahan yang sempurna. Yang ada hanyalah berusaha berubah jadi lebih baik dari yang lalu. Istiqamah adalah kuncinya.
Ketiga orang yang barusan terlintas dalam fikiran Safa, tiba-tiba sudah ada di sampingnya.
“Kenapa masih di sini, Saf? Kita harus cepat ke rumah Kak Annisa!”
Safa menepuk jidatnya, hampir saja dia terlupa. Malam ini Fajar akan melaksanakan akad nikah dengan Annisa. Butuh waktu yang cukup lama untuk lelaki itu meyakinkan Annisa kembali setelah menyakiti perasaannya. Yang jelas, mereka akhirnya menikah juga.
Acara berlangsung dengan khidmad. Safa melihat Abangnya yang terlihat gagah dan berani di depan wali. Tidak menyangka, melihat lelaki yang baru kemarin sore bermanja-manjaan dengan mamanya, kini mengucapkan kalimat akad untuk mempersunting gadis idaman.
Selesai acara, Safa hendak mengambil udara segar di luar. Di sanalah ia temukan balasan dari Allah atas hijrahnya. Seorang lelaki mendatanginya dengan tersenyum. Awal pertemuan cerita indah dalam lindungan kalimat Bismillah dimulai. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Hijrah (COMPLETED) ✔
SpiritualJauh dari kampung halaman. Jauh dari Tuhan. Nurul Safa Salsabila menghabiskan masa mudanya dengan hanyut dalam kemaksiatan. Mengaitkan kelingking, ucapkan perjanjian. Mereka fikir itu cinta. Mereka fikir akan bahagia. Lupa, masa depan menjadi taruh...