Hidangan bakso kantin tersaji lezat di depan mata. Baunya yang memikat dan asapnya yang mengepul membuat ingin segera melahapnya. Safa, Tika, Syerin, Nina dan Tya duduk di depan hidangan itu, berhadap-hadapan, ada juga Ceca –teman sekamar Safa yang ikut bergabung. Kantin seperti biasa ramai, petugas kanti kuwalahan mengurus siswa-siswa yang tidak berhenti berdatangan seperti air yang mengalir. Ceca memakai headset Tya di telinganya setelah berkali-kali mengeluh bahwa kantin ribut sekali.
“Tentu saja ribut. Namanya juga kantin, bukan perpustakaan,” ujar Tika meledek.
“Gimana perkembangannya, Syer?” Nina membuka pembicaraan di sela-sela makan mereka.
Yang lain menatap Nina, bertanya-tanya. Perkembangan apa?
Syerin tampaknya mengerti maksud Nina, di menyungging senyum. Tika menyenggol lengan Nina yang duduk di sampingnya. Memperlihatkan ekspresi tidak mengerti.
“Robert.” Nina berbisik dengan suara yang dikeraskan.
“Oh....,” Yang lain mengengguk-angguk. Syerin cuma terkikik sambil menatap baksonya.
“Gimana, gimana?” Safa menyenggol Syerin, antusias bertanya.
Syerin masih senyum-senyum, mempermainkan mie bakso dengan garpu dan sendoknya. Yang lain menatap antusias, kecuali Ceca. Dia sok gengsi.
“Dia sih sudah bertanya punya pacar atau tidak, tapi belum nembak juga.”
Tika meletakkan garpunya. “Yah.. Perubahan sih iya, tapi progress-nya lama..!” Tika tampak kesal.
“Kalau kamu? masih ingin setia sama Reynald, Saf? Dia kayaknya tidak ada respon. Kita semua sudah punya pasangan, tinggal kamu saja, Saf.” Syerin menunjuk Safa dengan sendoknya.
“Kalian semua? Memangnya kamu sudah?” Safa balik bertanya pada Syeirn.
Syerin salah tingkah. “Yah.., kan sedikit lagi...,” Dia membela diri. “sementara kamu kan belum sama sekali.”
“Iya, Saf. Kapan kita nge-date massal kalau kamu tetap setia sama Reynald. Kamu tahu kan dia sudah punya pacar? Apa perlu kami bantu jadi PHO?”
Safa menggeleng. “Jangan buat masalah lagi, Nin.”
Teman-temannya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, Safa memang tipe yang sangat setia. Bahkan kepada yang tidak pasti.
*
Jam pelajaran bahasa inggris dimulai. Kelas senyap. Guru sedang menulis di papan tulis, kesempatan Syerin, Nina, dan Tya untuk berdiskusi tentang nasib Safa.
Syerin meletakkan pena, menengok ke belakang, ke meja Nina dan Tya.
“Bagaimana urusan Safa? Kita tidak bisa membiarkan dia jadi jomblo terus.” Syerin berbisik.
Tya dan Nina mengangguk setuju.
“Bagaimana kalau kita jodohkan dia dengan cowok lain?” Nina memberi usul.
Syerin menggeleng. “Safa tidak akan mau, cara itu sudah kita lakukan sebelumnya. Safa langsung kabur.”
Mereka bertiga menghela nafas, urusan Safa akan jadi rumit. “Kalau begitu ayo kita hancurin hubungan Reynald dan pacarnya.” Nina mengulang ide tadi.
“Bukannya Safa sudah melarang?”
“Jangan sampai dia tahu!”
“Jangan sampai siapa tahu?” Guru Bahasa Inggris sudah berdiri di depan mereka. Secepatnya, ketiga sahabat itu mengambil pena dan menulis.
*
Sepulang sekolah, saat Safa sedang capek-capeknya, tiba-tiba dia ditarik masuk ke dalam kamar kost-nya. Ternyata itu Syerin dan Nina, mereka segera mendudukan Safa di atas tempat tidur. Nina yang memegang Safa, sementara Syerin mengacak-acak isi lemari, mencari pakaian dan mencocokkannya pada Safa.
“Ada apa ini?” Safa heran.
“Diam saja!” Ancam Nina.
Safa tidak bisa berbuat apa-apa, ikut perintah saja.
Keluar dari pintu, Safa heran melihat segerombolan laki-laki dengan motor besar sudah menunggu depan pagar rumah kost. Ada Tika dan Tya juga. Safa memperlihatkan wajah tidak senangnya pada Syerin, dia tahu siapa saja rombongan itu. Safa menatap teman-teman perempuannya. “Kalian bilang tidak akan ada date massal sebelum semuanya punya pasangan?”
“Tenang saja, Saf. Kami sudah menyiapkannya untukmu.” Nina menepukan tangannya dua kali. Kemudian muncullah seorang lelaki tampan dengan mengandarai motor ninja ke arah mereka, dia berhenti tepat di depan Safa.
Safa berbisik pada Nina. “Bukannya ini sudah pernah kalian lakukan? Aku tidak mau!” Sahut Safa hendak kembali masuk ke dalam kostannya. Nina segera mencegahya.”Ayolah, Saf. Kami melakukan ini untuk kamu!”
“Coba saja hari ini, please.”
Melihat wajah memelas Nina, akhirnya Safa bersedia, dengan syarat bahwa ini adalah yang terakhir kali.
Mereka memulai perjalanan ke tempat yang dituju berpasang-pasangan. Mulai dari cafe, lanjut menuju tempat-tempat wisata sederhana di kota menjelang sore hari.
Awalnya mereka beramai-ramai, tapi semakin lama malah memilih berdua-dua saja bersama pasangan. Tertinggal Safa dan orang itu. Mereka berjalan bersisian, tidak ada yang dibicarakan, karena memang sejak awal Safa tidak nyaman dengan jodoh-jodohan ini. Reynald tetap nomor satu di hatinya.
Lelaki itu bertanya pada Safa beberapa pertanyaan dan hanya dijawab dengan anggukan dan gelengan saja. Di dalam otaknya berkecamuk banyak kekhawatiran-kekhawatiran. Takut Reynald melihatnya dan tidak mau mendekatinya.
“Assalamu’alaikum!” Seseorang menyapa. Safa yang tadi berjalan malas sambil menunduk, kali ini melihat ke depan. Dia masih ingat lelaki itu. Fajar, nama yang tidak usah diingat.
Safa cuma tersenyum kecut, tidak menjawab salam.
Fajar memang sudah sejak tadi memperhatikan Safa dan teman-temannya. Awalnya dia tidak ingin terlalu ikut campur, bahkan mengganggu rekreasi mereka. Tapi setelah melihat kelakuan teman-teman Safa dan pasangan mereka, Fajar jadi sedikit risih dan khawatir Safa juga melakukan hal yang sama.
“Ini siapa?” Fajar menunjuk lelaki di sebelah Safa.
“Bukan siapa-siapa!” Safa langsung menyergah seakan tahu apa yang difikirkan Fajar.
“Ya sudah. jaga diri saja, ya. Allah maha melihat.” Pesan Fajar sebelum berlalu pergi. Safa tidak mengerti maksud Fajar mengatakan itu, tapi dia teruskan saja jalan malasnya.
Pacaran? Tentu saja banyak yang pacaran. Hal itu jadi semacam kewajiban. Kalau kamu jomblo, hubungi saja tim pencari cinta. Tinggal tunggu, besok pasangan sudah ada di depan pintu. Mereka tidak tahu, hubungan yang mengatas-namakan cinta itu memiliki dampak yang sangat buruk bagi mereka. Mencabut seluruh harapan sampai ke akar-akarnya.
Fajar memotret dari jauh. Tidak sengaja sesuatu tertangkap kamera. Melihatnya, Fajar langsung beristighfar dan menghapus, tidak melanjutkan kegiatannya lagi. Membiarkan salah satu teman Safa, bercumbu mesra di balik pepohonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Hijrah (COMPLETED) ✔
SpiritualJauh dari kampung halaman. Jauh dari Tuhan. Nurul Safa Salsabila menghabiskan masa mudanya dengan hanyut dalam kemaksiatan. Mengaitkan kelingking, ucapkan perjanjian. Mereka fikir itu cinta. Mereka fikir akan bahagia. Lupa, masa depan menjadi taruh...