Twenty Eighth

59 7 7
                                    

Jika kau telah menemukan
'Rumahmu'
Bolehkah 'Payungmu' ini hilang dan takkan kembali?

-All I Have

🌈

Irham mengetuk-ngetukkan pulpen yang ia biasa pakai untuk menulis kata demi kata di meja.

Dahi Irham tampak berkerut, memikirkan sesuatu yang membuat otaknya lelah. Bukan tentang pelajaran, namun tentang hidupnya.

Apa yang Irham pikirkan?

Jujur, belakangan ini Irham merasa tidak lagi dibutuhkan oleh Nanda, belakangan ini Nanda sudah lebih dekat dengan Faldo.

Karena itu, Irham merasa dia sama sekali tidak berfungsi untuk ada di kehidupan Nanda lagi, mungkin bagaikan sebuah pekerjaan, kontrak Irham telah selesai.

Bukan hanya itu alasannya, Irham mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di Jerman. Hingga itu dapat menjadi alasan kuat untuk Irham pergi dari kehidupan Nanda. Walaupun Irham tidak tau apakah Nanda bisa tanpanya, atau malah Irham yang tidak bisa tanpa Nanda.

Sungguh, Irham lelah dengan semuanya, disaat dia hanyalah peran pembantu, Irham tidak mau hidupnya hanya begini terus. Irham ingin menemukan sosok yang menganggapnya benar benar berarti dan dianggap sebagai pemeran pendamping, bukan hanya pemeran pembantu.

Selain itu, Irham punya alasan lain,yang sepertinya orang orang tidak perlu tau.

"IRHAM!!" jerit seseorang yang memang terngiang dipikiran Irham, Ayahnya.

"Ya,Yah?" tanya Irham setelah menemui keberadaan Ayahnya.

"Ayah gak mau tau! Kamu harus terima beasiswa itu! Kamu kira dapatinnya gampang? Awas aja kalau kamu tolak, Ayah gak segan segan cambuk kamu," ancam Ayahnya.

"Iya,Yah. Nanti Irham pikirkan dulu," jelas Irham.

"Halah! Udah Ayah gak mau tau! Terima beasiswa itu!" bentak Ayahnya.

Irham menundukkan kepalanya,"Nanti Irham kabari. Permisi,Yah,".

Irham pergi kembali ke kamarnya.

Seseorang membuka pintu kamarnya, sosok lembut yang sangat Irham cintai.

"Sayang?" panggil Bundanya.

"Iya,Bun?" sahut Irham sambil tersenyum.

"Maafin Ayah,ya? Jangan terlalu dipirkan ancaman Ayah. Ini keputusan untuk hidup kamu, kamu yang menentukan,sayang. Bukan ayah atau pun bunda," jelas Bundanya.

Irham mengangguk.

"Bun, Ayah kok kasar sama Irham? Kenapa adek Aska gak digituin? Irham kan capek,bun. Irham bagaikan bukan anak..," omongan Irham dipotong oleh Ibunya.

"Syutt, kamu gak boleh ngomong gitu, Ayah sayang sama kamu. Dia mau kamu jadi sosok yang gak lemah, kamu kan anak pertama. Ayah mau kamu kuat, kamu terbiasa dengan kekasaran, biar kamu bisa lindungi keluarga kamu," jelas Bundanya.

Irham memeluk Bundanya, Bundanya menitikkan air mata memeluk anaknya yang memang didik secara keras oleh Ayahnya.

"Nanti, saat kamu besar, kamu akan sadar jasa Ayah mendidik kamu seperti ini sangat berarti untuk hidup kamu kelak, sayang," Bundanya mengusap punggung Irham.

All I HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang